Hidup Sehat dan Bahagia di Usia Senja

Jurnalis : Lily Tedja, Riska, Marlina (He Qi Pusat), Fotografer : Sandy Widodo, Dendy Huang, Linggawati Mandrawan, Ricky Surya, Santica Kusno (He Qi Pusat)


Relawan Tzu Chi Linda dan Koerniawan membantu Bapak Hanli Kukus berjalan menuju ruang ukur tensi.

Baksos kesehatan degeneratif  diadakan relawan Tzu Chi dari komunitas relawan Xie Li Cikarang (He Qi Pusat) untuk warga Karang Baru, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Baksos kesehatan difasilitasi oleh Sekolah Sariputra, Cikarang Utara dengan melibatkan 110 orang relawan, 10 dokter, 9 apoteker, dan 20 orang perawat ini berhasil melayani 425 pasien lanjut usia. Seminggu sebelumnya (16/11/2019), pembagian kupon (baksos kesehatan) telah dilaksanakan di Kantor Desa Karang Baru.

Dokter Helen sebagai koordinator tim medis mengatakan pasien yang hadir dalam pemeriksaan dan pengobatan kali ini di bantu oleh 20 orang perawat, 9 orang apoteker dan 10 orang dokter.  Semua proses dari berjalan sesuai dengan ekspektasi dimana peserta pengobatan yang hadir juga sangat teratur dan patuh mengikuti arahan para relawan. 

Kegiatan baksos dibuka dengan berdoa bersama dan briefing tentang kegiatan baksos kesehatan oleh Dokter Helen. Dokter Helen juga memperkenalkan Tzu Chi dengan menjelaskan atribut relawan Tzu Chi dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama berlangsungnya baksos kesehatan, seperti bervegetaris saat mengenakan seragam dan atribut Tzu Chi. Pembukaan juga dihadiri oleh perwakilan Yayasan Sari Putra, Darma Kumara. Beliau memberikan apresiasi terhadap antusias relawan kembang yang hadir cukup banyak hari itu.  Setelah itu, para relawan menuju ke pos masing-masing untuk melaksanakan tugas yang telah diberikan.


Pemberian kacamata baca secara gratis kepada para pasien baksos yang membutuhkan

Kesibukan relawan mulai terlihat di bagian pendaftaran dan semua pos kegiatan seiring dengan kedatangan pasien. Umumnya pengobatan difokuskan pada penyakit degeneratif, seperti seperti gula darah, hipertensi, asam urat, dan kolesterol.

Kali ini terlihat di bagian pendaftaran yang tadinya masih menggunakan sistem manual berubah menjadi sistem digital untuk mempermudah jalannya baksos kesehatan. Uji coba perdana ini adalah ide dari relawan Kevin Runancia (19). Kevin membuat inovasi berupa program aplikasi dengan bantuan google untuk mempermudah dalam pencatatan data pasien menjadi lebih efisien.  Memang pada saat ini adalah percobaan perdana dan masih di-back up secara manual untuk kemungkinan kegagalan program. Menurut Kevin, sistem kerja digital pada saat input data di bagian pendaftaran, data akan langsung terhubung ke bagian pengobatan sehingga diagnosa dan resep obat dapat langsung diinput ke data pasien yang sama. Apabila program ini berjalan lancar maka Kevin akan mengembangkannya mulai dari data saat pembagian kupon, sehingga pada saat pendaftaran pasien hanya perlu menyebutkan nama dan data akan ditampilkan secara otomatis. Kevin optimis tingkat keberhasilan programnya mencapai 80%. 


Para relawan memperagakan isyarat tangan yang merupakan salah satu ciri khas budaya humanis Tzu Chi.

Kevin ternyata mengenal Tzu Chi sejak masih kecil. Pada saat kecil Kevin tinggal di Jakarta dan pada umur 10 tahun kebetulan di seberang rumahnya ada wihara. Pada saat mengikuti sekolah minggu di vihara ada beberapa minggu relawan Tzu Chi mengunjungi ke wihara dan membagikan celengan bambu dan dikumpullkan kembali setelah beberapa bulan terkumpul. Jalinan jodoh kembali dengan Tzu Chi adalah pada saaat diajak teman sekolahnya untuk mengikuti baksos kesehatan degeneratif pertama di Xie Lie Cikarang. Bagai cinta bersemi kembali, Kevin teringat kembali akan kisah celengan bambu pada waktu masih sekolah dan merasa sangat unik cara kerja celengan bambu, dan menurutnya hanya ada di Tzu Chi. “Saya bercermin ke diri sendiri, kalau kita membutuhkan bantuan dan dibantu oleh orang lain pasti akan bersyukur sekali,” ungkapnya.

Veriyanto The, koordinator baksos kesehatan degeneratif ini ini mengatakan peserta yang hadir sebanyak 425 orang dan terlayani dengan baik karena diimbangi dengan jumlah relawan yang cukup banyak.  Antusias para relawan yang hadir membantu baksos berjalan dengan lancar dan baksos kesehatan selesai pada jam setengah dua belas siang.

Dirasakan Langsung Manfaatnya


Relawan dan Tim Medis Tzu Chi membantu Nenek Gauw Bun Nio mencoba kacamata baca yang pas untuknya.

Salah satu pasien yang datang untuk memeriksakan kesehatan dan berobat adalah Hanli Kukus, berumur 57 tahun. Pak Hanli tinggal di Kampung Kramat dan sehari-harinya bekerja di pemakaman. Pak Hanli memiliki keluhan sakit pada kakinya karena jatuh dari ojek saat ingin pergi ke pemakaman. Selain itu, ia juga menderita hipertensi. Pak Hanli belum menemui dokter karena tidak ada yang bisa mengantarkannya. Setelah mendengar akan diadakannya baksos kesehatan degeneratif di Sekolah Sari Putra, Pak Hali sangat senang dan merasa terbantu. Meski tidak ada yang mengantarnya, ia memutuskan tetap pergi sendiri dengan berjalan kaki walaupun kondisi kakinya sedang sakit. “Saya terharu, relawannya ramah-ramah dan mendampingi dari awal sampai selesai,” katanya.

Semangat juga terlihat dari sosok nenek berusia 81 tahun, Gauw Bun Nio yang ditemani oleh anak perempuan dan cucunya. Tinggal di Kampung Kramat, beliau datang ke Baksos Kesehatan Degeneratif Tzu Chi dengan menumpang becak. Sehari-hari Nenek Gauw Bun Nio tinggal berdua bersama anak perempuannya. Nenek Gauw Bin Nio sudah tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Ia mengeluhkan sakit pada pinggangnya. Selain itu, Nenek Gauw Bin Nio juga mempunyai keluhan pada matanya yang sudah mulai rabun. Dokter menganjurkan untuk menggunakan kacamata yang telah disediakan. Nenek sangat bahagia dan senang karena banyak relawan yang sangat peduli dan perhatian kepadanya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -