Hidup Sementara di Bawah Tenda Tzu Chi

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra

Usai membagi beras di Desa Sajen, Klaten, tanggal 5 Juni, truk logistik Tzu Chi tidak langsung pulang ke posko, melainkan mendaki pegunungan tinggi di perbatasan Sleman dan Klaten. Jalan sempit dan retak di sana-sini harus dilalui dan sesekali harus berbagi dengan mobil bantuan dari organisasi lain. Perjalanan ini dilakukan untuk mengunjungi sekaligus membagi beras kepada para warga yang sebelumnya menerima bantuan tenda dari Tzu Chi. Perlu waktu lebih dari satu jam dari kota Jogja.

Tenda yang pertama kali ditemui adalah di Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga di Desa Katean, Gantiwarno, Klaten. Di situ, 6 tenda Tzu Chi dipasang menyambung di halaman gereja. Jika kita masuk ke dalamnya, kita serasa masuk ke sebuah lorong yang panjang yang berisi kasur, pakaian, dan barang apa saja yang berhasil diselamatkan pengungsi. Lebih dari 15 KK tinggal di situ.

Meskipun mereka kehilangan rumah dan sekolah, anak-anak tetap memperlihatkan keceriaan mereka ketika rombongan Tzu Chi mengunjungi mereka. Pada siang hari, orang-orang dewasa meninggalkan tenda untuk membenahi rumah. Malam menjelang mereka baru kembali ke tenda untuk melepas lelah. Sebelum memperoleh tenda dari Tzu Chi, mereka tidur di sembarang tempat menggunakan peneduh seadanya, padahal pada dua hari pertama setelah gempa, hujan deras terus turun. Udara dingin akibat hujan menambah derita mereka, apalagi wilayah mereka termasuk daerah pegunungan yang memang berhawa dingin.

Perjalanan rombongan Tzu Chi berlanjut. Hanya beberapa meter dari gereja, sebuah tenda Tzu Chi ditemui berdiri di depan sebuah rumah yang runtuh yang terletak di tengah-tengah sawah. Sang penghuni tenda, Rabino, dengan ramah segera menghampiri dan menyalami rombongan Tzu Chi. Ia sedang membenahi reruntuhan rumahnya seorang diri, istri dan anaknya sedang pergi. Menurutnya, sebelum mendapat tenda dari Tzu Chi, ia tidur di jalan di depan rumah dan tak bisa berkelit dari hujan. Ia sangat berterima kasih mendapat bantuan tenda dari Tzu Chi. Beberapa waktu lalu, putrinya yang kuliah di Solo, mengunjunginya. Putrinya datang bersama teman-teman kuliahnya. Mereka membantunya membenahi rumah dan juga menyumbangkan peralatan masak. "Musibah ini merupakan suatu cobaan agar kita lebih banyak mendekatkan diri pada Tuhan. Sedih sih pasti, tapi mau gimana lagi?" ujarnya. Sekarung beras diberikan kepadanya.

Mobil Tzu Chi melanjutkan perjalanan yang mulai menanjak ketika memasuki Jalan Salib di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Di kanan kiri jalan terdapat tugu yang berornamen kehidupan Yesus. Banyak gereja dapat ditemui di kiri kanan jalan karena jalan tersebut menuju Goa Maria, yang sering menjadi tempat ziarah umat Kristiani. Mayoritas warga di Gayamharjo adalah pemeluk agama Katolik dan gereja sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari mereka, termasuk dalam kondisi bencana seperti saat ini. Hampir semua bantuan yang mereka terima berasal dari gereja.

Di depan tangga menuju Goa Maria, berdiri 3 tenda Tzu Chi yang juga dipasang menyambung. Menurut Antonius Sukirno, pemuka desa tersebut, tenda tersebut dihuni oleh 12 keluarga atau 46 jiwa. Naik ke atas sedikit, terdapat 2 tenda Tzu Chi lagi yang dipasang terpisah. Di situ berdiam 6 keluarga (22 jiwa). Berjalan sedikit lagi, ditemui lagi sebuah tenda yang dihuni oleh 5 keluarga (12 jiwa).

Perjalanan di Desa Gayamharjo berakhir di sebuah puncak bukit. Di situ berdiri 3 tenda Tzu Chi yang dihuni oleh 15 keluarga (46 jiwa). Menurut salah para penghuni tenda, cuaca di tempat tersebut sangat panas pada siang hari dan dingin pada malam hari. Tenda Tzu Chi mampu memberikan kehangatan dan kenyamanan. Mereka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam hal air bersih karena sumur-sumur mereka tidak mengalami kerusakan, sedangkan listrik baru hari itu menyala kembali.

Lantas rombongan Tzu Chi menuju Desa Kembar Sawit, 15 menit dari Gayamharjo. Di sana terdapat juga tenda Tzu Chi yang dihuni oleh 49 jiwa. Namun karena hari sudah mulai beranjak malam dan jalan tidak bisa dilewati karena ada tenda pengungsi yang dibangun di pinggir jalan dan menghalangi jalan, perjalan dibatalkan dan dua hari lagi baru akan dikunjungi lagi.

Tenda-tenda tersebut diberikan oleh Tzu Chi tanggal 29 Mei, 2 hari setelah bencana. Tzu Chi adalah organisasi pertama yang memberikan bantuan kepada mereka pasca gempa. Organisasi lain hanya sampai di wilayah bagian depan, tidak sampai menjangkau wilayah-wilayah di atas bukit. Upaya ini berkat kerja keras 2 relawan Tzu Chi, Budi Widjaja dan Rozak, yang dibantu beberapa relawan dari Desa Blendangan, Berbah, Bantul. Menurut Rozak yang sore itu memimpin rombongan, "Tenda mereka saat itu sangat tidak layak. Sebagai manusia, mereka seharusnya dapat kesempatan hidup yang lebih layak." Sekarang ia merasa sangat puas karena kerja kerasnya telah menolong orang banyak pada saat yang tepat, meskipun ia harus membayarnya dengan anjloknya daya tahan tubuhnya.


Artikel Terkait

Peresmian Kantor Sekretariat He Qi Timur

Peresmian Kantor Sekretariat He Qi Timur

20 Maret 2023 Sejarah Tzu Chi Indonesia kembali digoreskan dengan ditandai peresmian kantor secretariat Tzu Chi komunitas He Qi Timur yang berlangsung pada Sabtu, 18 Maret 2023 yang terletak di jalan Ruko Graha Boulevard Timur Blok ND1 No. 50, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Bersama Memikul Tanggung Jawab Master

Bersama Memikul Tanggung Jawab Master

26 Juni 2014 Kegiatan yang selalu rutin dilaksanakan satu bulan sekali oleh Tzu Chi Kantor Penghubung Tanjung Balai Karimun tidak lain adalah kegiatan Gong Xiu.
Suara Kasih : Cara Menginspirasi Orang Lain

Suara Kasih : Cara Menginspirasi Orang Lain

25 Maret 2010
Topan ini membawa kerusakan parah bagi desa tersebut. Rumah-rumah, lahan, dan jalan-jalan, semuanya mengalami kerusakan. Warga tak punya pilihan selain meninggalkan kampung halaman yang telah didiami dari generasi ke generasi.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -