Hidup Serba Terbatas Karena Katarak

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Metta Wulandari


Dalam rangka menyambut HUT RI ke-73, Kodim 0612 Tasikmalaya menggandeng Tzu Chi Indonesia sekaligus Dinkes Tasikmalaya akan mengadakan baksos operasi katarak, pterygium, bibir sumbing, hernia, bedah mayor, dan minor. Screening baksos dilakukan di Kantor Kodim 0612, Sabtu (28/07/18).

"Apabila di sebuah keluarga ada satu orang yang menderita katarak, minimal akan mengakibatkan 3 orang di rumah itu menjadi tidak produktif. Tiga orang itu siapa saja? Pertama adalah si penderita, lalu dua anggota keluarga yang harus mengawasinya secara bergantian,” kata Marudin Muhammad yang mewakili Dinkes Tasikamalaya menjelaskan betapa penyakit katarak membuat kualitas hidup sebuah keluarga menjadi menurun drastis.

Lebih lanjut Marudin menambahkan bahwa katarak membuat mereka yang dulunya aktif mencari nafkah, kini tidak bisa lagi. Perekonomian keluarga pun menjadi menurun karena katarak. Di lain soal, kehidupan sosial juga akhirnya menjadi terbatas karena jangankan untuk mencari nafkah dan bersosialisasi, berjalan ke luar rumah saja mereka bisa tersandung berkali-kali. Mereka, para penderita katarak, kebanyakan lalu memilih diam di rumah dengan isi kepala yang penuh mengkhawatirkan ini itu. Belum lagi persoalan religiusitas yang menjadi ikut terbatas karena kesulitan membaca Al-Quran bagi mereka yang memeluk agama Islam.

“Ayah saya sempat putus asa dan mengatakan ingin mati saja karena katarak,” kata Ani, anak dari seorang pasien katarak bernama Dodo Suhada. Sejak dua tahun lalu, kedua mata Dodo sudah tidak bisa melihat karena katarak. Sebelumnya sekitar 10 tahun lalu, katarak di mata sebelah kiri Dodo sudah pernah dioperasi namun gagal. Dua tahun belakangan, katarak datang lagi dan bersarang di mata kanannya. “Kalau malam ayah selalu susah tidur karena banyak pikiran, pikirin ini itu, kapan bisa sembuh,” tambah Ani. Banyak orang lain selain Dodo yang juga merasakan hal yang sama karena penyakit katarak.

Meredam Peningkatan Penyakit Katarak


Marudin Muhammad yang mewakili Dinas Kesehatan Tasikamalaya menyapa warga yang tengah mengantre untuk pemeriksaan dalam screening baksos.

Setiap tahunnya, angka penderita katarak di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat terus meningkat. Data terakhir dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Tasikmalaya mencatat bahwa, pada akhir 2016 ada sekitar 7.200 warga menderita penyakit yang menyerang penglihatan ini. Selain karena usia, cuaca Tasikmalaya yang cenderung panas terik disinyalir menjadi faktor lain yang menyebabkan banyak warga menderita katarak.

Untuk mengurangi angka penderita yang terus bertambah, Marudin menjelaskan bahwa pihaknya selalu bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus fokus memberikan bantuan operasi. Terbukti pada tahun 2018 ini, dalam rangka HUT RI ke-73, Kodim 0612 Tasikmalaya menggandeng Tzu Chi Indonesia sekaligus Dinkes Tasikmalaya berkerja sama mengadakan baksos operasi katarak untuk warga di sana. Tidak hanya melayani operasi katarak, baksos kesehatan ini juga nantinya akan melayani operasi pterygium, bibir sumbing, hernia, bedah mayor, dan minor.

Screening dilakukan di Kantor Kodim 0612 Tasikmalaya sejak Sabtu (28/07/18) pukul 7.30 WIB hingga Minggu (29/07/18) pukul 00.30 WIB. Antusias warga Kota dan Kabupaten Tasikmalaya untuk memperoleh kesehatan membuat bakti sosial amat diminati.

Dari 534 pasien yang mendaftar, tercatat ada sebanyak 319 pasien katarak, 23 pasien pterygium, 14 pasien hernia, 3 pasien minor lokal, 4 pasien minor GA, dan 3 pasien bibir sumbing yang telah lolos dalam tahap screening. Nantinya baksos operasi akan dilakukan pada 24, 25, dan 26 Agustus 2018 di Kantor Kodim 0612 Tasikmalaya dan di RS Jasa Kartini, Tasikmalaya.

Harapan untuk Kembali Melihat Terang


Ani (baju merah) menemani ayahnya Dodo Suhada (batik hijau) menjalani setiap tahap dalam pemeriksaan di screening baksos. Ia berharap ayahnya ikut menjalani operasi sehingga penglihatannya bisa berangsur membaik.

Dodo Suhada, satu dari ratusan pasien katarak yang lolos dalam tahap screening merasa bahagia tak terkira. Ia dan Ani, anaknya, bahkan sempat menangis karena terharu akhirnya penantian panjangnya berbuah juga. “Nggak rugi menunggu proses yang pemeriksaan yang panjang, apalagi ditambah perlakuan relawan yang sangat membantu dan melayani kami sejak baru datang sampai kami pulang. Terima kasih semuanya,” kata Ani mewakili ayahnya.

Melalui screening ini Marudin Muhammad juga mengungkapkan terima kasih kepada Tzu Chi yang telah aktif membantu masyarakat di Tasikmalaya. “Saya sangat mengapresiasi Tzu Chi yang terus membantu mengentaskan masyarakat dari penyakit ini,” ucap Marudin. “Semoga baksos ini bisa menyelamatkan masyarakat. Dari segi aktivitas mereka bisa produktif kembali, ekonomi bisa menghasilkan kembali. Jadi dengan menyelamatkan 1 orang, bisa berdampak pada 3 orang sekaligus. Sosial, religiusitas, ekonomi, semua terangkat,” harapnya.


Sejak pagi sudah ada pasien yang berdatangan. Dari 534 pasien yang mendaftar, tercatat ada sebanyak 319 pasien katarak, 23 pasien pterygium, 14 pasien hernia, 3 pasien minor lokal, 4 pasien minor GA, dan 3 pasien bibir sumbing yang telah lolos dalam tahap screening.


Relawan Tzu Chi melayani dan mendampingi para pasien sejak mereka melakukan pendaftaran hingga menerima hasil screening.

Sejalan dengan harapan Marudin, Chandra Cahyadi, PIC Baksos Tasikmalaya juga berdoa agar baksos yang akan dilaksanakan pada akhir Agustus nanti bisa berjalan dengan lancar. “Kami berharap TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Indonesia bisa sukses melakukan tugas yang mulia ini sehingga banyak warga yang terbantu,” ujarnya.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Hidup Serba Terbatas Karena Katarak

Hidup Serba Terbatas Karena Katarak

30 Juli 2018

Untuk meredam tingginya angka penyakit katarak Kodim 0612 Tasikmalaya menggandeng Tzu Chi Indonesia sekaligus Dinkes Tasikmalaya mengadakan baksos yang screeningnya dilakukan pada Sabtu (28/07/18).

Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -