Hidup untuk Melayani

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Hok Cun, Juliana Santy
 
 

foto
Para Frater bersama dengan relawan Tzu Chi melakukan kunjungan kasih ke penerima bantuan Tzu Chi di Tangerang.

Setiap tahunnya pada masa liburan, Frater-frater (calon Pastor/Imam) dari Wisma Sang Penebus yang sedang menempuh pendidikan kuliah di tahun pertama dan kedua Filsafat dan Teologi, mengisi liburannya dengan karya-karya sosial kemasyarakatan. Biasaya para Frater ini akan mengadakan “Live In” hanya di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, namun kali ini adalah yang pertama kalinya mereka mengisi liburan ke Jakata.

Sejak awal bulan Juli, sebanyak sepuluh calon imam kongregasi C.Ss.R (Kongregasi Sang Penebus Mahakudus) mengadakan “Live In” di Yayasan Buddha Tzu Chi, Jakarta. Mereka adalah Frater-frater asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Perjumpaan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi berawal ketika pembagian bantuan beras di NTT, seorang pastor yang berada di sana terkesan dengan aktivitas kemanusian yang dilakukan oleh Tzu Chi di NTT. Hal tersebut melahirkan inspirasi baginya untuk mengenalkan karya sosial yang dilakukan oleh Tzu Chi kepada mahasiswanya.

 Tujuan utama yang ingin mereka dapatkan adalah untuk tinggal, mengalami, merasakan, dan belajar bersama dengan para relawan Tzu Chi, sekaligus juga ikut berbagi dengan mereka yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, mereka yang sakit dan kurang beruntung hidupnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Mereka pun menghibur penerima bantuan dan anak-anak sekitar dengan isyarat tangan lagu “Satu Keluarga” (kiri).
  • Berbagai kegiatan mereka ikuti, salah satunya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk ikut serta dalam memberikan pelayanan dan perhatian kepada masyarakat yang mengajukan bantuan biaya pengobatan kepada Tzu Chi yang mendapat perawatan di rumah sakit tersebut (kanan).

Pada awal kedatangannya sepuluh Frater ini mendapatkan pengenalan tentang Tzu Chi serta visi dan misi Tzu Chi. Selain itu mereka juga mendapatkan pengenalan mengenai lingkungan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, yang menjadi tempat tinggal mereka selama mengadakan “Live In” ini. setelah mengenali apa itu Tzu Chi, para Frater dengan mengenakan rompi relawan pun terjun langsung di aktivitas sosial yang dilakukan Tzu Chi. Didampingi oleh relawan, sepuluh Frater yang terbagi dalam tiga kelompok mengunjungi tempat yang berbeda setiap harinya, mulai dari RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, Jing Si Books & Café, hingga Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk ikut serta dalam memberikan pelayanan dan perhatian kepada masyarakat yang mengajukan bantuan biaya pengobatan kepada Tzu Chi yang mendapat perawatan di rumah sakit tersebut.

Selain itu mereka juga diajak ikut serta dalam kegiatan relawan komunitas seperti kunjungan kasih ke penerima bantuan Tzu Chi. Salah satunya mereka ikuti pada hari Jumat, 12 Juli 2013. Bersama relawan Tzu Chi Tangerang mereka mengunjungi dua penerima bantuan Tzu Chi, namun sebelumnya mereka diperkenalkan terlebih dahulu mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Tzu Chi Tangerang di Kantor Tzu Chi Tangerang. Para Frater juga diajarkan bahasa isyarat tangan lagu “Satu Keluarga” untuk menghibur para penerima bantuan yang akan mereka kunjungi. Walau pertama kali belajar isyarat tangan, mereka tampak bersemangat ketika menggerakan tangannya mengikuti gerakan tangan relawan, sembari bernyanyi dan memahami makna yang terkandung dalam lagu tersebut.

Seorang relawan yang beberapa kali mendampingi para Frater ini adalah Hok Cun, ia berkata: “Mereka saya lihat penuh dengan ketulusan, dan tujuan utama mereka mereka ingin mengasihi sesama, sama seperti visi kita sendiri. Saya berharap para Frater sesuai dengan calon Pastor. Kan ada firman Tuhan mengatakan kasihilah sesama mu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Apa yang dikatakan dalam firman Tuhan tersebut itu dipraktikan dalam hidup mereka dalam melayani sesama.

foto  foto

Keterangan :

  • Kehidupan pak Didik (bawah) membuat para Frater merasa terharu yang ditengah keterbatasannya ia mampu melawan cobaan hidup (kiri).
  • Frater Petrus Faber Pattymangue (tengah) berharap dirinya dapat menjadi seperti insan Tzu Chi, dimanapun ia ditempatkan, ia akan melayani (kanan).

Kunjungan Kasih
Salah satu penerima bantuan yang dikunjungi adalah Pak Didik, yang sejak tahun 1996 hingga saat ini, hanya dapat terbaring di tempat tidur karena lumpuh. Keadaan tersebut bukan terjadi karena ia tidak berhati-hati, namun karena kecerobohan dari kendaraan yang melintas di dekatnya, ketika sedang mencuci motornya, dua mobil dari arah  berlawanan saling bertabrakan, akibatnya pecahan kaca mobil melukai tubuhnya dan membuatnya lumpuh hingga saat ini. Pada awalnya ia sempat putus asa dan ingin mengakhiri hidup. Namun ia menganggap Tuhan belum berkehendak mengakhiri hidupnya sehingga percobaan bunuh dirinya pun gagal, dan kini ia hanya bisa menjalani hidupnya dengan tegar, sabar, dan semangat. Tak ada keluarga yang merawatnya selain teman-temannya, melewati hari-hari dalam kesendirian, membuatnya merasa sangat gembira saat menerima kehadiran para Frater dan relawan Tzu Chi. Mereka pun saling bercerita dan saling memberikan semangat.

Melihat keadaan pak Didik, Frater Petrus Faber Pattymangue merasa tersentuh dan terkadang merasa ingin menangis melihatnya. Ia pun menyertakan doanya bagi setiap penerima bantuan yang ia kunjungi. “Kunjungan kali ini saya sangat sedih, pak Didik bukan hanya menderita luka fisik tapi juga luka batin. Apalagi saat istrinya meninggalkannya, tapi Tuhan itu maha adil dia tak pernah tutup mata kepada umatnya, dan itu terbukti. Sudah seminggu lebih di sini, kegiatannya itu seperti kunjungan kasih, kerja di RSKB, depo, dan lainnya, semuanya itu jujur yang paling membuat hati sampai tergerak adalah kunjungan kasih.  Di daerah saya, saya belum merasakan hal seperti ini, tapi di sini saya rasakan, sangat berkesan. Pelajaran yang saya dapat, yaitu kemanusiaannya, saya sebagai insan manusia harus menolong sesama apapun keadaaannya, karena hidup tidak sendiri, di luar sana banyak yang masih membutuhkan. Seandainya kita masih bisa membantu kita harus membantu,” ucap Frater Petrus.

Ia pun mengatakan bahwa seperti kata Master Cheng Yen kita harus memiliki hati seperti hati Buddha, yaitu memiliki hati yang penuh welas asih. “Kami juga punya kegiatan seperti Buddha Tzu Chi, hanya untuk menolong orang sampai seperti ini, itu yang kami butuh belajar dari Buddha Tzu Chi. Kami lebih bergerak pada penguatan dan pendampingan. Saya lebih melihat pada kesamaan pelayanannya, yaitu misi umat, pergi memberikan penguatan-penguatan. Bagi saya sendiri kita semua adalah saudara, semua agama sama dan satu Tuhan, istilahnya jalan berbeda tapi tujuannya satu,” tuturnya. Ia pun berharap dirinya dapat menjadi seperti insan Tzu Chi, dimanapun ia ditempatkan, ia akan melayani, karena Kongresasi Sang Penebus Mahakudus yang diikutinya memiliki  tujuan utama yang hampir sama, yaitu mengabdi pada orang miskin.

  
 

Artikel Terkait

Kamp Pengusaha: Bersumbangsih Bersama, Menghimpun Pundi-pundi Berkah

Kamp Pengusaha: Bersumbangsih Bersama, Menghimpun Pundi-pundi Berkah

15 Oktober 2018
Dalam kamp bertema The Power of the Heart ini ada sebanyak 189 pengusaha asal Malaysia dan 332 pengusaha asal Indonesia yang turut serta mendengarkan materi yang dibawakan oleh para pengusaha yang mendedikasikan dirinya di Tzu Chi.
Bantuan Korban Kebakaran di Kebonwaru

Bantuan Korban Kebakaran di Kebonwaru

04 Oktober 2021

Ada 12 Kepala Keluarga dan 41 jiwa yang menjadi korban bencana kebakaran di wilayah kelurahan Kebon Waru Kecamatan Batununggal pada 29 September 2021.

Menjaga Bumi dengan Mendaur Ulang

Menjaga Bumi dengan Mendaur Ulang

02 April 2024

Kegiatan pelestarian lingkungan di Gedong Panjang pagi itu diikuti 26 relawan Hu Ai Pluit 1. Tidak hanya di Gedong Panjang, pelestarian lingkungan juga diadakan pada hari yang sama di Kompleks Perumahan Taman Harapan Indah (THI).

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -