Relawan menghindari genangan air saat melakukan survei ke rumah Hengky.
“Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai dan menciptakan kembali berkah tersebut.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Terpal hitam menutupi sebuah rumah. Di sisi yang lain tertutup asbes. Dinding kayunya berwarna coklat memudar dimakan usia. Ukurannya tak seragam. Tambal sulam. Bambu dan kayu usang menggantung di beberapa sisi untuk menyangga. Beberapa lembar plastik menutup beberapa sisi yang bocor. Tak heran begitu menengadah, cahaya matahari masuk dari sela-sela atap yang bolong.
Lantainya semen yang sudah retak. Beberapa barang tampak terserak di beberapa tempat. Ruang tamu diubah menjadi kamar tidur, ditemani TV 14 inch di atas sebuah lemari. Di sampingnya kamar tidur dan di belakang dapur yang bersebelahan dengan kamar mandi.
Kondisi rumah Hengky sebelum dibedah.
Kondisi dapur rumah Hengky sebelum dibedah.
Itulah gambaran rumah Hengky (44) warga Desa Kampung Melayu Timur, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Banten. Rumah berukuran 5x7,5 meter yang merupakan warisan dari orang tuanya, ditempati Hengky bersama sang istri Liesah Maytika (37) dan tiga orang anaknya, Helshenky (17), Helvanky (9), dan Helvelinsui (7). Rumah ini ditempati Hengky sejak anak pertamanya berusia 5 tahun.
Sehari-hari Hengky bekerja serabutan. Kadang ikut memperbaiki rumah, kadang yang lainnya. Tergantung kebutuhan orang yang ingin memakai jasanya. Jika tidak ada panggilan kerja, ia membantu sang istri mengemas tali rafia di rumah. “Kalau misalnya saya gak ada di bangunan ya begini. Kalau besok ada yang nelpon nyuruh ini ya ditinggal. Jadi biar setiap harinya ada penghasilan,” terang Hengky sambil mengemas tali rafia. Pekerjaan ini didapatnya dari saudara. Tujuh ribu per bal upahnya.
Jodoh dengan relawan Tzu Chi
Program bedah rumah pernah dijalankan relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas. Sudah empat rumah yang sudah diperbaiki. Dan Hengky beberapa kali ikut menjadi seniman bangunannya. Dalam hati ia juga berharap rumahnya mendapat bantuan serupa. Bertahun-tahun harapan itu ia simpan. Sehingga ketika mendapat kabar jika relawan akan membedah rumahnya, ia girang bukan main. “Wah saya bahagia. Istilahnya biasa ngebedah rumah orang, sekarang bedah rumah sendiri,” ujarnya.
Relawan gotong royong membongkar rumah Hengky yang sudah lapuk.
Tampak atap rumah Hengky saat dilakukan proses pembongkaran.
Sabtu (18/1/25), relawan melakukan survei ke rumah Hengky untuk pertama kalinya. Survei ini dilakukan usai penyerahan bantuan beasiswa untuk anak asuh di Sekolah Bodhisatta, tak jauh dari rumah Hengky. Sejak itu relawan berkoordinasi dan juga menggalang dana untuk pembangunan rumah Hengky.
“Waktu kami melakukan pembagian beasiswa di Sekolah Bodhisatta, kami bertemu Romo Budi. Sebelumnya kami pernah melakukan bedah rumah di sini juga. Lalu saya tanya ke Romo Budi apakah masih ada warga yang membutuhkan bedah rumah? Kata romo ada. Jadi setelah kegiatan beasiswa itu kami bersama relawan yang ada saat itu, Shixiong Yulius, Shijie Emmy, dan Shixiong Tanaka langsung survei. Kami lihat ke lokasi rumahnya Pak Hengky. Rumahnya menurut saya memang tidak layak dihuni. Dan menurut kami semua ini memang layak dibantu,” terang Tony, salah satu relawan yang sejak awal terlibat.
Hengky mengemas tali rafia jika tidak ada panggilan kerja.
Ertin Tanuwandi menyerahkan kunci sebagai simbolis penyerahan rumah kepada keluarga Hengky.
Sabtu (1/3/25), sembilan relawan kembali mengunjungi rumah Hengky. Kali ini untuk membantu pembongkaran sebelum proses pembangunan dimulai. Beberapa pekerja sudah bersiap sejak pagi. Hengky juga terlibat. Wajah bahagia tak bisa ia sembunyikan. Relawan bergotong royong memindahkan barang, lalu mulai membongkar rumah Hengky. Sementara Liesah Maytika berkaca-kaca melihat rumahnya dibongkar.
“Sedih terus ada senangnya juga soalnya suka dukanya di rumah ini sudah banyak banget yang saya lalui. Banjir, kebocoran, sama anak-anak di rumah ini,” tuturnya menahan haru.
Tony menyerahkan beras 5 kg untuk membantu keluarga Hengky sebagai tanda syukur atas penempatan rumah barunya.
Selama proses pembangunan, Hengky turut turun tangan. Selain sebagai wujud terima kasih, ia ingin memastikan rumahnya cepat selesai. Tak heran jika pekerja lainnya sudah selesai, Hengky meneruskan pekerjaannya hingga malam.
“Saya ikut full dari pagi sampai sore. Bahkan tukang pulang pun saya sampai malam. Biar cepet selesai. Saya bahkan sampai jam 9 malam baru selesai. Baru mandi makan. Tukang pulang jam 5 saya sekuatnya kadang jam 7 jam 9. Yang rapi-rapiin sendiri,” ungkap Hengky.
Gotong rotong banyak pihak
Sejak rencana pembangunan rumah Hengky disetujui, Tony bergerak cepat. Ia menghubungi kolega dan atasannya di kantor yang juga relawan Tzu Chi. Dari tiga orang yang bertekad membantu, niat baik ini disambut tambahan beberapa orang lagi.
Tony dan Ertin Tanuwandi ditemani Hengky mengecek kran air yang sudah terpasang.
“Awalnya hanya kami bertiga donaturnya, saya, Shixiong Suryanto sama Shixiong Dennis. Kebetulan Shixiong Suryanto ini kan atasan saya. Besoknya setelah saya ngobrol lagi sama beliau, beliau sampaikan mungkin untuk donatur ini jangan kita bertiga saja karena ini kan perbuatan baik. Mungkin ini jalinan jodoh juga. Kami bagikan ke yang lain. Nah Shixiong Suryanto ada grup whatsapp sendiri, saya ada grup dengan Shixiong Dennis, kami coba sebarkan. Dan ternyata disambut positif sama donatur-donatur yang lain,” terang Tony.
Hunian Baru, Harapan Baru
Sabtu (12/4/25), relawan menyerahterimakan rumah yang sudah selesai dibangun. Hengky dan Liesah tak henti menyunggingkan senyum bahagia. Kekhawatiran akan bocor dan banjir sudah sirna. Rumahnya sudah bersalin rupa. Jauh lebih kokoh.
“Terharu, kayak masih mimpi gitu. Ini bener gak sih gitu? Ini rumah saya bukan sih gitu. Masih gak nyangka. Kan jauh perbedaannya sama yang lama itu jauh. Dulu kan dari papan sekarang dari batu kan. Jauh bedanya sama yang lama. Banyak-banyak terima kasih kepada Buddha Tzu Chi dan Sinar Mas yang telah melakukan kebaikan kepada saya dan suami bersama anak-anak yang membedah rumah saya. Juga Romo Budi dan para donatur semua yang sudah berbuat baik sama keluarga saya,” ucap Liesah Maytika bahagia.
Rumah baru Hengky tampak dari depan.
Dua lilin merah dinyalakan saat masuk ke rumah, pertanda harapan baru bagi keluarga Hengky. Demikian juga harapan relawan, hunian baru ini menjadi babak baru bagi Hengky dan keluarga untuk memiliki kehidupan yang lebih baik.
“Rumah itu bukan hanya tempat berteduh tetapi tempat tumbuhnya cinta kasih, harapan, dan masa depan yang lebih cerah untuk Pak Hengky dan keluarga. Itu harapan dari saya dan juga pasti harapan dari Yayasan Tzu Chi Indonesia khususnya Sinar Mas,” harap Ertin Tanuwandi.
Editor: Khusnul Khotimah