HUT RSKB Ke-8: Mengedepankan Pelayanan Humanis
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Arimami SAMinggu, 10 Januari 2016, Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng merayakan HUT Ke-8 di di Aula TK Cinta Kasih Tzu Chi. Perayaan sederhana tersebut dihadiri oleh dokter, perawat, staf, relawan Tzu Chi, dan rekanan RSKB.
“Angka delapan itu angka keramat ya, angka infinity, nggak ada putusnya,” canda dr. Tonny Christianto Ms., Sp.B., MM., Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng saat menjelaskan makna angka delapan yang merujuk pada usia RSKB saat ini. Delapan, angka tak berujung pangkal tersebut dianggap sebagai usia yang matang untuk sebuah pembelajaran dan perjalanan hidup.
Perayaan ulang tahun ke-8 RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng digelar sederhana di Aula TK Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng pada Minggu 10 Januari 2016. Sebelum menjadi sebuah rumah sakit, RSKB didirikan dalam bentuk poliklinik pada tahun 2003 lalu. Poliklinik tersebut dibuat dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk warga sekitar terutama warga pindahan bantaran Kali Angke yang kala itu dipindahkan ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di dalam kompleks yang sama.
Para perawat memainkan peran dalam drama berjudul “Menggapai Impian” yang berkisah mengenai suasana keharmonisan, kehangatan, dan kekeluargaan di dalam RSKB.
Seiring perkembangannya, status poliklinik mulai ditingkatkan menjadi rumah sakit pada Januari 2008 agar dapat melayani masyarakat secara lebih luas. Dokter Toto Suryana, salah satu dokter yang bergabung sejak awal poliklinik berdiri pada 2003 lalu mengungkap bahwa situasinya kini telah berubah. “Kini RSKB lebih maju,” kata dr. Toto. “Maju dalam artian bahwa fasilitas dan personalnya lebih baik, sumber daya manusianya lebih aware ke pasien serta lebih memahami arti rumah sakit Tzu Chi sendiri,” imbuhnya.
Dokter yang bertugas di Ruang Instalasi Gawat Darurat ini bahkan masih mengingat bagaimana dulu ia berkunjung dari pintu ke pintu di Rusun Cinta Kasih untuk memeriksa kesehatan warga pada masa awal perpindahan mereka. “Kami para dokter berkeliling ke blok-blok melakukan pemeriksaan dan memberikan penjelasan langsung kepada warga untuk hidup bersih dan higienis,” ulasnya.
Dalam perayaan HUT RSKB ke-8, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei memberikan apresiasi kepada staf yang telah bergabung sejak awal berdirinya RSKB.
Dalam ceritanya, dr. Toto menjelaskan bahwa kala itu warga bukan tidak mau datang ke poliklinik dan memeriksakan keluhannya. “Tapi dulu mereka malu,” jelasnya. Karena itulah dokter yang harus berkeliling ke rumah warga sementara poliklinik masih membuka praktik.
Bagi dr. Toto, perjalanan yang dilalui oleh poliklinik cinta kasih maupun RSKB tidak bisa dibilang singkat. “ini bukan masalah berapa tahun. Ini merupakan perjalanan panjang dalam upaya menebarkan benih baik dalam membantu sesama,” katanya. “Selama delapan tahun, sudah banyak pasien yang terbantu melalui RSKB. Jangan sampai lingkaran kebaikan ini terhenti,” tambah dr. Toto.
Dokter Toto Suryana, salah satu dokter yang bertugas di Ruang Instalasi Gawat Darurat juga menerima apresiasi karena bergabung sejak RSKB masih berstatus sebagai poliklinik.
Setelah lebih dari 10 tahun mengabdi, ia bersyukur karena diberikan wadah berupa tempat pelatihan diri sekaligus wadah untuk menyalurkan kemampuan dalam membantu sesama. “Melalui RSKB, saya belajar menjadi dokter yang berbudaya humanis, belajar bersyukur, dan mengendalikan diri serta emosi,” aku dr. Toto. Dalam perayaan ulang tahun yang digelar sederhana tersebut, ia berharap RSKB bisa menjadi rumah sakit yang menjawab keluhan masyarakat sekitar.
Sementara itu, Oey Hoey Leng, Pembina RSKB Cinta Kasih Cengareng mengungkapkan bahwa perayaan ulang tahun ini merupakan satu kegiatan refleksi diri untuk bersama-sama membuka diri dan membuka hati dalam meningkatkan kualitas sehingga RSKB siap dalam menghadapi tantangan untuk melayani pasien bukan hanya secara profesional, namun juga dengan cinta kasih.
Hal tersebut jugalah yang disampaikan oleh dr. Tonny. “Saya melihat RSKB Cinta Kasih ini harus sesuai dengan namanya. Mengedepankan cinta kasih, menebar kebajikan, menebar perhatian pada pasien,” katanya. Ia pun bermimpi nantinya RSKB mampu mengembangkan diri dengan mutu dan pelayanan yang baik. “Apalagi dengan tuntutan sertifikasi rumah sakit yang harus berfokus ke pasien. Artinya pasien bukanlah objek, tapi subjek yang harus mendapat perhatian yang baik sehingga kita harus mampu menjaga pasien sekaligus keluarganya dari setiap masalah yang memperberat mereka,” jelasnya.
Di akhir perbincangan, mereka semua berharap hal baik akan terjadi dalam perjalanan tiada akhir sebuah angka delapan. Semakin bertambah usia, tentunya harus semakin baik dalam menjalankan visi dan misi sebagai Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi yang mengedepankan pelayanan humanis.