HUT TIMA KE-11: Meneladani Masa Lalu, Bekerja Untuk Masa Depan
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Hingga kini, TIMA Indonesia telah mampu melaksanakan 93 Baksos kesehatan berskala besar yang berlokasi di wilayah Indonesia mulai dari Sabang hingga Marauke. Belum lagi baksos-baksos kecil yang juga digawangi oleh mereka. Dari 93 baksos yang dilaksanakan, sudah tak terhitung banyaknya pasien yang berhasil ditangani oleh para tim medis Tzu Chi yang datang dengan membawa hati tanpa pamrih dan pulang dengan membawa senyuman. Kini TIMA telah berusia 11 tahun, perjalanan panjang telah dilalui namun ke depan, perjalanan yang tak kalah panjang masih harus ditempuh untuk lebih banyak menolong mereka yang kurang beruntung. Memaknai Hari Ulang Tahun
Keterangan :
Sejalan dengan ungkapan dr. Ruth, drg. Linda Verniati mengungkapkan hal yang sama dan mengibaratkan TIMA seperti sebuah perahu yang sedang didayung. “Sepuluh tahun awal perkembangan TIMA merupakan waktu yang sangat berat dimana kita mulai mendayung perahu kita. Saya berharap poin sepuluh tahun ke atas kita ini seperti mendayung perahu dan kini arus itu telah mendorong dan seakan-akan kita tidak perlu mendayung. Jadi kalau kita masih mendayung, percepatannya bisa lebih bagus. Selain itu semoga TIMA menjadi organisasi yang lebih rapi, sehingga bisa memberikan yang lebih baik ke masyarakat,”ungkap drg. Linda. Memberikan yang Bisa Dilakukan Hal yang paling diingat oleh dr. Irhamni dalam perjalannya di TIMA adalah ketika baksos Tzu Chi digelar di Batam. “Ada bayi berumur seminggu yang mempunyai kelainan diagfragma, orangtuanya tidak mempunyai dana untuk berobat. Kemudian Ia ikut dalam baksos di Batam tapi datangnya pas hari terakhir dan pas kegiatan sudah mau selesai. Ada dua kemungkinan yang kita pikirkan yaitu antara saya melakukan operasi atau ketinggalan pesawat untuk pulang. Dalam kondisi ini saya memutuskan untuk melakukan operasi untuk anak ini, dengan persiapan yang cukup singkat, kami melakukan operasi dalam waktu 1 jam dan sukses,” ceritanya mengenang masa lalu. “Berselang 2 tahun kemudian, ada baksos di Batam lagi, saya juga ikut TIMA untuk membantu. Dalam kesempatan itu, saya dipertemukan dengan anak ini lagi dan saya sangat berbahagia sekali. Karena teman-teman dokter juga pasti merasakan hal tersebut saat melihat pasiennya sehat dan sembuh,” tambahnya berbangga hati.
Keterangan :
“Melalui Tzu Chi saya merasakan bahwa saya sebagai dokter mampu berbuat lebih selain di rumah sakit, dengan keterbatasan alat, keterbatasan waktu, sarana prasarana, kita membongkar kemampuan kita, dan belajar bersama. Untuk itu saya mengimbau kepada teman-teman bahwa dari sinilah kita dapat pengalaman baru dan ilmu baru,” pesannya pada para anggota TIMA yang baru. Ikut Dalam Barisan TIMA Indonesia Salah satu peserta yang dilantik adalah dr. Andre Prawira Putra yang merasa tersentuh dengan yang dilakukan dalam misi kesehatan Tzu Chi. Sebelum dilantik menjadi anggota TIMA, dr. Andre telah mengikuti barisan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching), kini setelah menamatkan kuliahnya di jurusan kedokteran, tanpa ragu Ia langsung bergabung dalam barisan TIMA Indonesia. “Saya tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh Tzu Chi melalui hubungan antara dokter dan pasien yang begitu erat terjalin di mana itu merupakan esensi yang tidak boleh dilupakan oleh seorang dokter,” ungkapnya. Ia juga menyelipkan sebuah doa untuk TIMA Indonesia, “Semoga bisa menjangkau masyarakat lebih luas, karena Tzu Chi tidak mengenal SARA, dan semoga kita bisa menggalang lebih banyak kekuatan untuk bersumbangsih bagi masyarakat. Semoga saya juga bisa lebih berempati pada pasien dan dapat menjalin hubungan baik antar relawan,” doanya. | |||