HUT TIMA ke-17: Bergandengan Tangan Dalam Barisan TIMA Indonesia

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Sugianto Kusuma bersama keluarga besar TIMA Indonesia meniup lilin sebagai ungkapan syukur atas ulang tahun TIMA yang ke-17.

Perayaan 17 tahun berdirinya Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia berlangsung sederhana namun meriah, Minggu (10/11/19). Para anggota TIMA menjadikan moment sweet seventeen ini sebagai suatu perjalanan menuju kedewasaan yang baru, dengan tetap bergandengan tangan dan membantu masyarakat hingga pelosok negeri.

Bertempat di Xi She Ting, Aula Jing Si lantai 1, HUT TIMA yang dihadiri oleh 200 peserta dan tamu undangan ini lebih banyak menampilkan berbagai rangkuman kegiatan hingga sharing dari para anggota TIMA yang baru saja dilantik menjadi relawan komite akhir Oktober lalu. Mereka antara lain: dr. Tonny Christianto, dr. Subekti N. Kartasasmita, dr. Ida Bagus Darmasusila, dr. Yasavati Kurnia, dan dr. Yanto Kurniawan. Kepada para peserta dan tamu undangan, kelima dokter tersebut membagikan momen kebahagiaan mereka.


Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma bersama keluarga besar TIMA Indonesia berfoto bersama. Ulang tahun ke-17 ini diharapkan menjadi perjalanan menuju kedewasaan yang baru, dengan tetap bergandengan tangan dan membantu masyarakat hingga pelosok negeri.

Lelah Bukan Masalah
“Saya beruntung bisa mendapat kesempatan untuk menjadi relawan komite tahun ini. Rasanya memang harus. Ini memantapkan hati saya untuk berbuat lebih bagi Tzu Chi dan TIMA sesuai dengan passion saya. Sukacitanya sungguh tidak terbayarkan,” ungkap dr. Tonny Christianto. Direktur Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng itu juga bercerita bahwa ia selalu mendapatkan kegembiraan dalam berkegiatan Tzu Chi.

“Dulu awal ikut baksos kesehatan, kami bisa menangani 100-an pasien per hari. Karena saya dokter bedah, saya membantu operasi hernia, tiroid, pernah juga bibir sumbing. Setelah pulang, saya merenung dan merasa ini adalah tempat saya membantu orang,” lanjut dr. Tonny.

Bergabung dalam barisan Tim Medis Tzu Chi sejak tahun 2000, dr. Tonny tak menampik bahwa semangatnya bersumbangsih kerap ia dapatkan ketika melihat para relawan Tzu Chi. Mengemban tugas di bagian masing-masing, relawan selalu memberikan pelayanan yang maksimal, termasuk ketika membantu para dokter dalam kegiatan baksos berlangsung. “Salut dengan para relawan karena mereka selalu senang bisa membantu di baksos khususnya. Mereka bukan dokter, tapi bisa berbuat sesuatu untuk orang lain,” lengkap dr. Tonny.


Dokter Tonny Christianto, Dokter Subekti N. Kartasasmita, Dokter Ida Bagus Darmasusila, Dokter Yasavati Kurnia, dan Dokter Yanto Kurniawan (kedua dari kiri hingga kedua dari kanan) memberikan sharing perjalanan mereka di Tzu Chi hingga dilantik menjadi relawan komite.

Tak berbeda dengan dr. Tonny, dr. Subekti N. Kartasasmita juga sudah 19 tahun menjadi anggota Tim Medis Tzu Chi. Baksos demi baksos, wilayah demi wilayah, sudah pernah ia jelajahi bersama Tzu Chi. Bangga tentunya karena seperti yang banyak orang katakan, dokter itu seperti manusia setengah dewa, bisa menyembuhkan orang, bisa juga membunuhnya. Tapi begitu mengenal Tzu Chi, ia menyadari tugas dokter sepenuhnya adalah memberikan seluruh kemampuannya untuk membantu orang yang membutuhkan. “Makanya walaupun kadang ada rasa duh capek, males. Tapi begitu ada (baksos kesehatan), ya ikut lagi dan lagi,” katanya.

Dokter Bekti merasa bahwa perjalanannya di Tzu Chi dan TIMA merupakan suatu proses yang panjang, naik turunnya kehidupan, dan suatu kegembiraan. “Ini kebahagiaan bagi saya yang tidak ternilai. Ini bekal untuk mengalahkan hawa nafsu dan mengarahkan pada membantu orang lain. Di sini kita bisa menemukan suatu jalan untuk berbuat bagi sesama,” ungkap dr. Bekti.

Lebih Dekat dengan Guru, Lebih Banyak Mengemban Tanggung Jawab
Tidak bisa dipungkiri, pulang ke Taiwan atau yang biasa relawan sebut sebagai ‘kampung halaman batin’ memberikan kesan tersendiri. Bagi dr. Ida Bagus Darmasusila, bisa kembali ke Taiwan sekaligus dilantik menjadi relawan komite merupakan hal sungguh membahagiakan.

“Di sana kita bisa benar-benar dekat dengan Master Cheng Yen, Shifu, dan dengan relawan lainnya di seluruh dunia. Ini pengalaman yang tidak akan terlupakan,” kata dr. Darma. “Benar apa yang dikatakan teman-teman semua bahwa sukacita dan kegembiraan yang saya rasakan di sini sangat banyak sekali. Jadi rasanya saya ini selalu dikelilingi orang-orang baik sehingga saya bisa ikut menghilangkan tabiat buruk,” lanjutnya.

Menyandang status relawan komite, dr. Darma menganggapnya sebagai apresiasi dari apa yang ia dedikasikan, yang ia janjikan. “Dengan kata lain, ini adalah amanah bagi kita, tugas dan tanggung jawab. Mungkin kalau dari sisi kuantiti dan kualiti (tanggung jawab) akan lebih banyak. Juga yang harus kita ingat, bahwa di depan kita ini ada 8 misi, 10 sila,” imbuhnya.


Sugianto Kusuma melantik anggota TIMA yang baru. Kepada mereka, Sugianto Kusuma berharap semoga mereka bisa turut berkontribusi bagi sesama dan memperpanjang barisan TIMA Indonesia.

Hal itu pula yang diungkapkan oleh Yasavati Kurnia. Ia mengungkapkan setelah menjadi komite, tanggung jawab yang berat sudah menantinya. Namun ia tidak pernah khawatir karena mempunyai banyak orang di sekelilingnya yang siap membantu dan mendukungnya untuk mewujudkan tujuan bersama berkaitan dengan pelayanan paliatif dan donor sumsum tulang di Tzu Chi Hospital.

Dokter Yasa juga yakin bahwa Master Cheng Yen telah memberikan restu dan berkah kepada setiap muridnya untuk bisa menjalankan misi. “Saya bahagia sekali di Taiwan bisa sangat dekat dengan Master, bahkan kami sempat meminta berkah dan restu kepada Master Cheng Yen untuk bisa mempunyai kekuatan dalam mewujudkan pelayanan paliatif di Tzu Chi Hospital,” kata survival kanker melanoma ini.

Lahan Luas untuk Menanam Kebajikan
Satu lagi yang memberikan sharing adalah dr. Yanto. Berawal dari TIMA, dr. Yanto Kurniawan mengenal berbagai misi dan kegiatan Tzu Chi. Berawal dari TIMA pula, ia kini dilantik menjadi relawan komite.

“Saya menuruti rasa ingin tahu saya, juga rasa keanehan yang saya alami. Karena ketika berkegiatan ini jujur lelah sekali, tapi senangnya juga senang sekali. Ada apa?” tutur dokter yang aktif di komunitas relawan di Tangerang ini.

Untuk mengobati rasa anehnya, dokter yang selalu ingin tahu ini bahkan datang tidak hanya dalam kegiatan baksos kesehatan. Ia ikut pergi melakukan pemilahan sampah, datang ke kegiatan bedah buku, dan kegiatan lainnya.

Dari berbagai kegiatan itu, dr. Yanto menyadari bahwa ketika orang bersumbangsih kepada orang lain, ia akan merasakan sukacita dan itu tidak bisa dituliskan dengan kata-kata. Itulah yang ia rasakan. Untuk itu, dirinya mengingatkan para dokter dan paramedis agar tidak berhenti sampai di satu titik. “Karena Tzu Chi ini lahan yang luas untuk kita menanam kebaikan,” ungkapnya.


Tawa bahagia di penghujung perayaan 17 tahun berdirinya Tzu TIMA Indonesia. Tawa dan kehangatan seperti ini menjadi ciri khas setiap kegiatan Tzu Chi yang terus membuat setiap relawan kembali ikut berkegiatan lagi dan lagi.

Dengan lahan yang luas tersebut, dibutuhkan pula insan-insan yang dengan ketulusan menggarap berkah dalam membantu sesama. Sehingga setiap tahunnya TIMA selalu menggalang hati para insan medis untuk bergabung bersama. Pada kesempatan itu pula, TIMA melantik 97 anggota baru yang nantinya akan terus berkontribusi dalam dunia kesehatan di tanah air.

Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Tzu Chi Indonesia berpesan kepada anggota TIMA yang baru dilantik untuk tidak menunggu namun memanfaatkan kesempatan yang ada, berinisiatif untuk datang memberikan kemampuan, dan terpanggil dalam berbagai hal termasuk ketika ada hal darurat. Ia juga mengingatkan untuk tetap mengingat budaya humanis Tzu Chi baik dalam berdisiplin waktu, seragam, hingga tindak tanduk di lapangan. “Kita juga menjaga dan menyampaikan kepada masyarakat bahwa cinta kasih menjadi landasan Tzu Chi tanpa ada batasan suku, agama, ras, dan lainnya,” ungkap Sugianto Kusuma.

Pada kesempatan itu pula, Sugianto Kusuma mengajak seluruh anggota TIMA Indonesia untuk turut mempersiapkan TIMA Conference yang akan diadakan tahun depan di Jakarta.

“Intinya, selamat bergabung kepada para anggota baru. Semoga relawan yang baru dilantik bisa terus berkontribusi untuk sesama, dan bagi yang sudah senior bisa menjadi panutan sehingga barisan TIMA Indonesia semakin panjang dan bisa membantu lebih banyak masyarakat yang membutuhkan,” harap Sugianto Kusuma.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

HUT TIMA ke-17:  Bergandengan Tangan Dalam Barisan TIMA Indonesia

HUT TIMA ke-17: Bergandengan Tangan Dalam Barisan TIMA Indonesia

11 November 2019

Peringatan 17 tahun berdirinya Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia berlangsung sederhana namun meriah, Minggu (10/11/19). Para anggota TIMA menjadikan moment sweet seventeen ini sebagai suatu perjalanan menuju kedewasaan yang baru, dengan tetap bergandengan tangan dan membantu masyarakat hingga pelosok negeri.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -