HUT Tzu Chi Indonesia ke-25: Momentum untuk Introspeksi

Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Anand Yahya, Erli Tan, Henry Tando, Kusnadi (HQB1), Basno (HQB2)


Peringatan 25 Tahun Tzu Chi Indonesia digelar di Aula Jing Si Tzu Chi Center dalam dua sesi. Sesi pertama untuk para relawan digelar pada Sabtu, 8 September 2018, dan sesi kedua untuk umum digelar hari ini, Minggu, 9 September 2018.

Rasa syukur yang mendalam menjadi spirit dari peringatan 25 Tahun Tzu Chi Indonesia yang digelar di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Sabtu, 8 September 2018. Selain diliputi rasa syukur, peringatan 25 tahun Tzu Chi Indonesia ini juga dimaknai sebagai momentum untuk introspeksi diri. Seperti yang dirasakan Ketua He Qi Pusat, Like Hermansyah yang sudah 20 tahun menjadi relawan Tzu Chi.

“Perasaan saya senang bahwa Tzu Chi Indonesia sudah 25 tahun, tidak terasa. Satu sisi juga sedih, waktu cepat berlalu. Apakah saya masih ada di 25 tahun ke depan. Benar-benar merasakan yang Master Cheng Yen sering katakan, tanpa terasa sisa hidup kita makin berkurang. Memang kita harus lebih memacu diri untuk lebih tekun lagi memanfaatkan sisa hidup ini untuk melakukan hal-hal yang bermakna,” kata Like. 


Peringatan 25 Tahun Tzu Chi Indonesia juga dimaknai Like Hermansyah sebagai momentum untuk introspeksi diri.

Mulanya, Like bergabung menjadi relawan Tzu Chi agar bisa lebih banyak berbuat baik. Namun dalam perjalanannya, dan juga seringnya mendengar ceramah Master Cheng Yen, ia menyadari bahwa tak sekadar berbuat baik, menjadi relawan Tzu Chi sesungguhnya adalah sarana untuk melatih diri.

“Semua kegiatan itu hanya kendaraan saja. Yang kita lihat bukan berapa lama di Tzu Chi, tapi berapa banyak sikap buruk kita terkikis. Juga seberapa besar perubahan yang lebih ke positif, yang tidak lebih melekat,” kata Like.

Memori-memori Tak Terlupakan

Tan Soei Tjoe, yang bergabung menjadi relawan Tzu Chi pada tahun 1996 atau 22 tahun yang lalu masih ingat betul bagaimana dulu Tzu Chi Indonesia belum banyak dikenal, berbeda sekali dengan yang sekarang. 


Soei Tjoe mengenang memori di awal-awal ia bergabung menjadi relawan Tzu Chi pada tahun 1996.

“Awal-awal saya ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta, dulu kan masih belum ada Acun (Hok Cun, relawan Tzu Chi), jadi kami relawan itu bawa pasien ke RSCM, dokter tanya kami, ‘kamu siapa?’ ‘saya relawan’. ‘Itu saudara kamu?’ padahal kan sudah jelas pasien kasus yang kami bawa bukan saudara saya kan. ‘Kami relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi’, mereka sama sekali tidak tahu Tzu Chi itu apa. Tapi belakangan malah ada dokter yang ikut menjadi relawan di TIMA (Asosiasi Medis Tzu Chi atau yang disebut Tzu Chi International Medical Association),” kenang Ketua He Qi Barat 1 ini.

Suka Duka Menjadi Relawan Tzu Chi dan Tekad yang Makin Kuat

Sementara bagi Eva Wiyogo yang sudah bergabung menjadi relawan Tzu Chi selama 14 tahun, banyak suka dan duka menjadi relawan Tzu Chi. Sukanya tentu saja ketika melihat banyak orang yang terbantu.

“Dari yang tidak bisa melihat jadi bisa melihat, kan saya seringnya di bakti sosial pengobatan katarak. Nah dukanya itu kadang ada saudara kita yang tidak tertolong karena sudah terlambat, bukan karena Tzu Chi tidak mau bantu, tapi dia baru tahu ada Tzu Chi, itu yang buat saya sedih,” kata Eva.


Linda Awaludin (tengah), Ketua He Qi Timur, berharap dengan masih banyaknya ladang berkah yang ada di Indonesia para relawan lebih tekun lagi.


Peringatan 25 tahun Tzu Chi Indonesia di sesi pertama ini dihadiri oleh 2.296 orang, yang terdiri dari para relawan, donatur, para staf di badan Misi Tzu Chi, serta relawan Tzu Chi luar negeri seperti dari Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Singapura.

Bagi Linda Awaludin, Ketua He Qi Timur, dengan masih banyaknya ladang berkah yang ada di Indonesia, ia berharap para relawan lebih tekun lagi.

“Master Cheng Yen kan bilang, walaupun Tzu Chi Indonesia memiliki Jing Si Tang yang besar, tapi sebenarnya relawan kita masih kurang jika dibandingkan penduduk di Indonesia. Jadi kita harus benar-benar lebih bersatu hati, kita turun ke masyarakat, merangkul semuanya. Dan harapan kita lebih banyak yang bergabung menjadi relawan Tzu Chi lagi,” harapnya.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

HUT Tzu Chi Indonesia ke-25: Momentum untuk Introspeksi

HUT Tzu Chi Indonesia ke-25: Momentum untuk Introspeksi

09 September 2018

Selain diliputi rasa syukur, peringatan 25 tahun Tzu Chi Indonesia juga dimaknai sebagai momentum untuk introspeksi diri. Seperti yang dirasakan Ketua He Qi Pusat, Like Hermansyah dan beberapa relawan Tzu Chi senior lainnya.

HUT Tzu Chi ke-25: Perjalanan Penuh Rasa Syukur

HUT Tzu Chi ke-25: Perjalanan Penuh Rasa Syukur

09 September 2018
Rasa syukur, bahagia, dan penuh sukacita sangat terasa dalam peringatan 25 Tahun Tzu Chi Indonesia. Kegiatan yang diadakan pada Sabtu, 8 September 2018 ini dihadiri oleh 2.296 orang.
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -