I Am Super
Jurnalis : Yusniaty (He Qi Utara 1), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara 1)Relawan Tzu Chi, Mery Ely menjelaskan tema kelas
budi pekerti kepada 34 anak yang hadir di Aula Rusun Muara Angke pada Minggu,
4 November 2018.
“Semua orang bisa jadi pahlawan dan merupakan pahlawan, asalkan mau bersumbangsih keluar dengan tujuan kebaikan. Dan anak-anak yang pernah ikut melakukan pelestarian lingkungan itu juga adalah pahlawan, yaitu jadi pahlawan lingkungan,” ucap salah satu relawan Tzu Chi, Mery Ely kepada 34 anak-anak yang hadir di kegiatan kelas budi pekerti yang diadakan pada Minggu, 4 November 2018 di Aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke dengan tema “Pahlawan”.
Mery Ely memberi penjelasan tentang arti dari pahlawan dan memberi contoh-contoh sederhana bahwa menjadi pahlawan tidaklah sulit. Menjadi pahlawan bisa dilakukan dengan berbuat hal yang baik kepada orang lain ataupun lingkungan sekitar. Orang tua yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik serta guru-guru yang membimbing dan mendidik di sekolah, mereka adalah pahlawan juga. Usai memberikan penjelasan, anak-anak pun diajak bernyanyi bersama lagu Himne Guru (pahlawan tanpa tanda jasa).
Selanjutnya kelas budi pekerti masuk pada kegiatan mengkreasikan Superhero (Pahlawan). Anak-anak dibagikan lembaran kertas yang bergambar orang, di atasnya tertulis “I Am Super”. Gambar tersebut juga belum selesai dan anak-anak diminta untuk berkreasi sendiri dengan melengkapi lukisan menggunakan pensil warna. Kemudian anak-anak juga mencantumkan nama dan menulis apa visi misinya mereka kedepannya. Beberapa anak-anak tersebut juga dipilih untuk menceritakan hasil kreasi mereka.
Anak-anak melukis, menulis visi misi
mereka di lembaran "I Am Super"
Lola Amalia (kerudung merah) bercita-cita ingin jadi dokter agar bisa membantu orang yang membutuhkan.
Salah satunya adalah Lola Amalia, “Saya ingin menjadi dokter, karena saya mau membantu masyarakat, orang yang sangat membutuhkan perawatan,” ungkapnya. Apa yang dilakukan anak-anak dalam kelas budi pekerti ini juga memiliki tujuan yang positif, hal ini pun diungkapkan oleh Olivia, relawan yang memandu acara lukis ini. “Tujuannya adalah untuk menggali pemikiran anak-anak agar bisa terarah ke hal-hal untuk berbuat kebaikan dalam kehidupan mereka saat ini dan yang akan datang,” kata Olivia.
“Pahlawan yang berjuang, akan selalu kukenang. Sampai kapan pun, sampai aku tua nanti,” petikan puisi sederhana yang dibacakan dengan ekspresif oleh Magdalena, salah satu relawan yang ikut dalam kegiatan tersebut. “Yuk, siapa yang mau membaca ?” tanya Magdalena. Anak-anak pun terdiam mungkin karena malu-malu. Kemudian ada relawan yang menyebutkan nama Sabda. Seorang anak yang bernama Sabda langsung berdiri dan maju ke depan diikuti oleh dua orang temannya. Dengan suara tinggi rendah dan gerakan tangan, Sabda membaca puisinya dan mendapat sambutan yang baik. Teman-teman yang lain juga tidak mau ketinggalan untuk tampil ke depan secara bergiliran.
Selesai membaca puisi, kegiatan dilanjutkan dengan bernyanyi bersama lagu “Rayuan Pulau Kelapa” yang dipandu oleh salah satu relawan Tzu Chi, Minarni. Teks lagu sudah disiapkan dengan tulisan berwarna merah, hitam, dan bir karena ada kolaborasi suara anak laki-laki dan anak perempuan. Tulisan warna merah untuk anak perempuan, warna hitam untuk anak laki-laki, dan warna biru untuk bernyanyi bersama. Anak-anak pun antusias dan serius mengikuti arahan untuk saling giliran bernyanyi.
Para shigu dan shibo juga ikut meramaikan kelas budi pekerti ini. Suasana hangat di Aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke semakin terasa karena dipenuhi suara nyanyian dan kadang-kadang terdengar suara tertawa anak-anak ataupun para shigu dan shibo. Setelah berlatih beberapa kali, kekompakan makin terlihat. “Dengan berlatih bernyanyi begini juga merupakan salah satu pelatihan diri agar anak-anak bisa saling belajar bergiliran dan bertoleransi dalam mengeluarkan suara,” jelas Minarni.
Sabda (tengah) membacakan puisi di depan
teman-temannya dengan penuh semangat.
Bernyanyi bersama lagu "Rayuan Pulau
Kelapa" dengan kolaborasi antar anak laki-laki dan perempuan yang diarahkan
oleh Minarni.
Acara kelas budi pekerti di Aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke ditutup dengan menyanyikan lagu dan isyarat tangan “Satu Keluarga”. Anak-anak senang dan 25 relawan Tzu Chi yang ikut serta juga pulang dengan perasaan bahagia karena bisa berpartisipasi dan berbagi kasih pada kesempatan tersebut.
Editor: Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
I Am Super
07 November 2018Pada Minggu, 4 November 2018 relawan Tzu Chi mengadakan kelas budi pekerti di Aula Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke dengan tema “Pahlawan”. Kegiatan ini diikuti oleh 34 anak-anak.