I Love You, Mom

Jurnalis : Suyanti Samad 謝宛萍(慮倓) (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Markus, Indra Gunawan (He Qi Barat)

I Love You, Mom

Di sela-sela Kamp Kelas Budi Pekerti, para peserta menuangkan celengan mereka. Tommy Wijaya (kanan) turut bersumbangsih melakukan kebajikan dengan cara berdana melalui celengan Tzu Chi Satu Hari Satu Koin Cinta Kasih.

Senyum manis terlukis di setiap wajah polos para Bodhisatwa cilik (xiao pu sha) saat masuk ke Aula Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk untuk mengikuti kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Er Tong Ban (usia 8-12 tahun) angkatan XI tahun 2016. Sebanyak 138 anak disambut hangat oleh 20 DAAI Mama (relawan pendamping) bersama 56 relawan Tzu Chi yang akan mengajak mereka belajar mandiri sambil bermain bersama selama dua hari. Kamp yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, 1 – 2 Oktober 2016  ini mengusung tema “Menggenggam Kesempatan Membalas Budi Luhur Orang Tua.”

Dalam Kelas Budi Pekerti Tzu Chi mengajarkan kepada anak untuk berbakti kepada orang tua, mandiri dalam bertanggung jawab pada diri sendiri, menghargai setiap detik dalam beraktivitas, memupuk kebajikan dimulai dari hal-hal kecil seperti berdana melalui celengan Tzu Chi ‘Satu Hari Satu Koin Cinta Kasih’, serta menghargai setiap barang. Pendidikan budi pekerti Tzu Chi melibatkan orang tua mendampingi anaknya selama kelas berlangsung. Orang tua ikut belajar pendidikan budi pekerti sehingga apa yang didapat di kelas budi pekerti Tzu Chi dapat diteruskan kembali di rumah.

Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan anak dan perubahan sikap anak terhadap orang tua, saudara, teman, juga orang lain serta mempererat jalinan komunikasi antar orangtua dengan anak. “Anak-anak adalah masa depan kita. Sejak kecil, mereka sudah harus diajarkan bagaimana sopan santun, bagaimana bersikap, bagaimana bersosialisasi dengan masyarakat sehingga nanti bisa membuat bangsa yang lebih baik k edepannya,” jelas Ju Sui (36), relawan pembimbing kelas budi pekerti. Di kamp bimbingan ini juga menampilkan Sutra Bakti Seorang Anak. “Pada hari kedua, kita mengundang orang tua melihat penampilan anak-anak dalam drama musikal Sutra Bakti Seorang Anak, tetapi tidak semua sesi yang kita tampilkan. Hanya bagian awal, bagian tengah tentang 10 budi luhur dan terakhir ditutup dengan lagu Senyuman Terindah dan disertai dengan beberapa penampilan isyarat tangan,” tuturnya.

Keakraban mulai terjalin tidak hanya interaksi relawan pendamping dengan para Boddhisatwa Cilik, tetapi juga antar para Bodhisatwa Cilik yang bekerja sama dalam satu kelompok. Selain belajar mandiri, kamp bimbingan ini juga mengajak para peserta belajar berkonsentrasi mengerjakan sesuatu seperti yang ditampilkan dalam sepuluh permainan, menggerakkan motorik mereka untuk bergerak cepat dari satu permainan ke permainan selanjutnya serta tanggap mengatur dan menghitung waktu dengan baik.

I Love You, Mom

Para Bodhisatwa Cilik bersama DAAI Mama (relawan pendamping) bersama-sama memeragakan isyarat tangan pada kamp kelas budi pekerti yang diadakan pada tanggal 1-2 Oktober 2016 di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk.

I Love You, Mom

Sebanyak 138 peserta mengungkapkan rasa terima kasih mereka dalam bentuk surat sebagai wujud rasa bakti kepada orang tua.

Misi pendidikan Tzu Chi juga memperkenalkan budaya humanis Tzu Chi bagi anak-anak kelas budi pekerti. Menampilkan isyarat tangan dan drama 10 budi luhur, mengajak anak-anak Er Tong Ban merasakan penderitaan orang tua selama ini hingga mereka lebih menghargai orang tua. “Di sinilah kita mengajarkan anak-anak, dengan menjalankan drama budi luhur ini, terutama pemain-pemain yang terlibat di dalamnya merasakan bagaimana rasanya menjadi orang tua. Jadi mereka ke depannya juga lebih bisa menghargai orang tua mereka,” tutur Ju Sui, insan Tzu Chi He Qi Barat.

Renungan malam Heart Healing dibawakan oleh Amelia Devina dengan mengajak anak-anak untuk  merenungkan, menggali ungkapan perasaan cinta mereka pada orang tua agar tertuang dalam bentuk cerita tulisan, lukisan gambar hingga mereka lebih bersyukur terhadap kehidupan mereka saat ini.

Renungan ini telah menyentuh hati anak-anak Tjhia Lie Kien yang mengutarakan curahan hatinya dalam selembar kertas dan memberikan kepada orang tua mereka. Mereka sangat berterima kasih kepada orang tua yang telah memberikan pendidikan budi pekerti Tzu Chi. Pada tahun 2013 Tjhia Lie Kien telah memperkenalkan pendidikan budi pekerti Tzu Chi kepada Vanessa Lai. Ia senang melihat perubahan anaknya tumbuh menjadi seorang anak berbakti. “Yang saya rasakan perubahan dari anak-anak. Pertama menghormati orang tua. Kedua, mereka bisa melakukan kebajikan walaupun ke hal kecil,” ujar Tjhia Lie Kien. Ia memberikan contoh perubahan yang dialami anak-anaknya, “Di jalan ada pengemis atau ada orang lain, orang tua mau menyeberang jalan, mereka mau bantu. Mereka sangat peduli lingkungan.”

Tjhia Lie Kien menambahkan, “Setiap malam Vanessa sebelum tidur selalu siapin tiga gelas air putih. Pertama buat ia sendiri. Kedua ia pasti simpan di kamar mama papanya. Kadang saking capeknya, ia pulang sekolah atau pulang les, ia tetap selalu ingat, selalu air putih ia siapkan.”

I Love You, Mom

Vanessa Lai memeluk mamanya sambil menunjukkan tulisan ungkapan bakti kepada orang tua.

Vanessa Lai (12) pun menyampaikan rasa terima kasihnya untuk orang tua di hadapan sang mama. “Aku mau makasih sama mama dan papa sudah kerja buat biayai aku sekolah, ama Koko (kakak laki-laki), Cie-cie (kakak perempuan), Sudah ngerawat aku sama koko, cie-cie. Makasih, papa sudah kerja keras, Vanessa mau minta maaf atas semua kesalahan. Waktu aku masih kecil, papa bilang tidak boleh cubit suster, aku cubit, akhirnya papa marah. Mama, thank you sudah ngerawat aku. Maaf kalau aku sudah buat kesalahan. I Love You, Mom,” ucap Vanessa memeluk mamanya sambil menangis.

Sementara itu, Tommy Wijaya mengenal Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi sejak tahun 2013. Tommy yang dulu adalah bukanlah anak penurut. Ia sering membuat mama dan papanya emosi, suka memarahi adik, bahkan bertengkar dengan adiknya maupun teman sekolah. Ia juga suka bertutur kata kasar kepada teman sekolah. Tiga tahun mendalami pendidikan budi pekerti Tzu Chi, Tommy sekarang bisa menahan emosi, akur dan solid dengan adiknya. Orang tuanya juga tidak dibuat emosi olehnya. Bahkan ia sering melontarkan candaan dan bermain bersama teman sekolah. Ia mengerti harus menjadi seorang anak berbakti, menghormati orang tua, membantu membersihkan rumah, serta menjaga adiknya.

“Aku mikir benar kata Cici Amel. Kalau orang tua tidak ada kayak gimana ya. Siapa yang bantuin aku kalau aku enggak ngerti PR. Siapa yang bisa memenuhi kebutuhan aku sehari-hari. Aku berharap papa dan mama selalu sehat. Aku minta maaf atas segala kesalahan yang aku buat kepada mereka. Sering membantah perintah mereka, dan sering menolak permintaan mereka. Kalau mereka minta tolong sering kayak marahin mereka, malas,” ujar bocah sebelas tahun mengenang masa lalunya. Bocah kelas 6 Sekolah Dasar ini sambil berlinang air mata mengatakan, “Mama maaf karena aku bandel, anak nakal, nilai ulangan kurang bagus. I Love You, Mom.”

I Love You, Mom

Kesya Paramita Aurelia memeluk sang ayah sambil mengucapkan permintaan maaf atas apa yang dilakukannya selama ini kepada ornag tua pada acara Kamp Kelas Budi Pekerti Tzu Chi.

Mengenal Pendidikan Budi Pekerti Tzu Chi sejak kecil telah membuat Keisya Paramita Aurelia (11) memiliki banyak teman dalam bersosialisasi. Ia juga tumbuh menjadi anak yang tidak membantah orang tua dan menyayangi adik, belajar mandiri serta memanfaatkan waktu. Ia adalah seorang anak pendiam dan pemalu, mulai belajar bersyukur atas apa yang telah dimiliki. “Kadang-kadang kalau belajar suka marah-marah, membantah mama. Misalkan mama minta belajar hari ini, aku tidak mau. Aku masih mau nonton, mau main game. Kadang masih mau tidur, masih ngantuk, belum mau dibangunin,” kata Keisya Paramita Aurelia, kelas 6 Sekolah Dasar.

“Kita memasukkan ke sekolah budi pekerti, tentunya dengan harapan anak ini bisa berbakti terutama bisa berubah. Mungkin anak pertama, waktu itu masih nakal-nakalnya, segala apa diturutin. Semoga banyak perubahan ke arah yang lebih baik terutama budi pekerti,” ujar Sui Chin, ayah Keisya. Sang ayah menambahkan, “Keisya lebih hormat pada orang tua. Papa mama suruh apa selalu dikerjain. Sekarang ia lebih mandiri.” Di depan papa, Keisya sangat menyesal perbuatan nakalnya, sambil memeluk papanya, ia berjanji, “Mama dan papa susah nyari duit, aku agak menyesal. Papa, Mama, I Love You, aku menyesali kesalahanku. Maaf ya, pa… I love, Pa.. ” Kesya memeluk erat Papanya dengan mata berkaca-kaca. Ayahnya pun berbisik di telinganya memberikan pesan, “Jadi anak yang pintar, hormat dan berbakti.”

Dengan menanamkan pendidikan budi pekerti sejak dini dapat memberikan perkembangan moral terhadap anak. Boddhisatwa Cilik akan selalu berbakti kepada orang tua, menerapkan ajaran Master Cheng Yen, mempraktikkan pelajaran budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari maupun di masyarakat.


Artikel Terkait

Sabar Dan Ulet Demi Sebuah Misi

Sabar Dan Ulet Demi Sebuah Misi

12 Oktober 2016

Yuan-yuan merupakan salah satu agenda yang diadakan relawan Tzu Chi selepas mengadakan sebuah kegiatan, salah satunya pada acara kamp kelas budi pekerti Er Tong Ban pada tanggal 1-2 Oktober 2016. 

I Love You, Mom

I Love You, Mom

12 Oktober 2016

Kamp kelas budi pekerti Er Tong Ban yang diadakan pada hari Sabtu dan Minggu, 1 – 2 Oktober 2016 mengajarkan kepada anak untuk berbakti kepada orang tua, mandiri dalam bertanggung jawab pada diri sendiri, menghargai setiap detik dalam beraktivitas, memupuk kebajikan. Kamp ini diikuti oleh138 peserta.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -