Ibrahimku Sayang, Ibrahimku Malang
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya, Roann (He Qi Barat) Ibrahim walaupun tangannya tidak sempurna, namun ia sudah bisa menulis dengan baik. Kelainan fisik inilah yang membuatnya ditelantarkan orangtua kandungnya. | Muhammad Jazuli (33) tiada pernah menyangka jika akan dekat dan akhirnya sayang kepada Ibrahim (2), bocah malang yang ditelantarkan oleh orangtua kandungnya. Istri Jazuli, Anna (33) adalah seorang pengasuh di Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (YPAB) Cabang Batam yang bergerak mengurus anak-anak terlantar. Sejak tanggal 21 Mei 2008 lalu, Anna pun diminta merawat dan mengasuh Ibrahim di mes Asuhan Bunda tempat keluarga Jazuli tinggal. |
Jazuli sebenarnya hanya membantu sang istri yang bekerja full time dan karenanya mereka pun tinggal di mes YPAB. Jazuli sendiri sehari-hari bekerja di bagian administrasi Universitas Internasional Batam. Karena di hari Sabtu dan Minggu libur, ia pun mengisi waktu dengan menemani Ibrahim. Sempat Menjadi Pemberitaan “Satu dua bulan uang saku masih diberikan dengan lancar. Lewat dari dua bulan tidak ada kabar lagi. Tidak menjenguk dan memberikan uang saku. Bahkan saat dicari-cari pun tidak ketemu,” ujar Jazuli mengingat-ingat. Selepas itu, Ibrahim pun kemudian dianggap dan dijaga seperti anak sendiri oleh ibu itu. Namun karena keterbatasan ekonomi, ibu yang hidup menjanda dan memiliki dua anak yang masih kecil-kecil ini kemudian menyerahkan Ibrahim ke Poltabes Barelang, Batam. Di Poltabes Barelang, Ibrahim sempat menginap semalam sebelum kemudian diserahkan ke YPAB. Satu tahun di bawah asuhan YPAB, belum ada satu pun orangtua yang mengadopsi Ibrahim. “Mungkin karena melihat kondisi Ibrahim yang tidak sempurna. Ada saja yang tidak jadi mengadopsinya. Padahal anaknya ganteng dan bersih,” kata Muhammad lirih. Ketidaksempurnaan Ket : - Menjelang operasi, Ibrahim mendapatkan hiburan dari relawan Tzu Chi dengan membuatkan balon dari “Waktu awal-awal datang, Ibrahim kayanya ga terawat. Seperti anak jalanan. Hitam dan kulitnya tidak terawat,” tambah Muhammad. Saat awal datang, Ibrahim itu pendiam dan seperti bingung. Jika tidak diajak bicara, ia akan diam saja. “Pokoknya tidak ada pergerakan. Kalau tidak kita ajak atau mulai, ia diam saja,” kenangnya. Satu tahun di YPAB, ternyata Ibrahim mudah bersosialisasi. Kelebihan lainnya ia tidak akan melawan jika disakiti, didorong, ataupun dipukul. Ia paling menangis dan menjerit kepada pengasuh yang ada di situ. Kepada anak-anak yang lebih kecil, apalagi bayi, Ibrahim sangat sayang sekali. “Kalau bayi itu nangis, sibuk dia. Entah mencari empeng atau manggil-manggil pengasuh. Dia peduli sekali,” paparnya. Ditengah keterbatasan, Ibrahim diajarkan untuk dapat hidup mandiri. Ia diajarkan untuk menerima barang dengan tangan kanannya. Walau kadang masih kesulitan dan kesusahan saat memegang dan menerimanya, apalagi barang-barang yang besar. Begitu pula saat makan, ia diajarkan untuk menggunakan tangan kanannya. Dan itu ia bisa lakukan, kecuali saat harus menekan entah sayur atau apa. Tangannya tiada tenaga. Sudah Seperti Anak Sendiri Sekarang, jika mendengar deru motor saat Jazuli pulang dari bekerja, Ibrahim akan berlari membukakan pintu dan menyambutnya. Keluarga ini sebenarnya memiliki seorang anak, namun sang nenek yang tinggal di Garut meminta sang cucu tinggal bersamanya. Adanya Ibrahim di tengah kehidupan mereka tak membuat kehidupan mereka menjadi terbebani. Ket : - Beberapa dokter ahli dari Singapura dan Indonesia yang tergabung dalam Tzu Chi International Medical Hingga kini, Jazuli juga belum tahu pasti kapan tanggal kelahiran Ibrahim. “Mungkin tanggal 20 Mei 2006,” rekanya. Karena setiap hari bertemu, ia pun tahu semua kesukaan Ibrahim, termasuk sifatnya yang takut sama binatang seperti cicak, kecoak, dan tikus. Dahulu, saat ruang asrama belum diberi penyekat dari kawat, Ibrahim sibuk menjerit-jerit jika menemui salah satu dari binatang itu. Anna, istri Jazuli pun kini tidak bisa lepas dari Ibrahim. Karena Anna termasuk penakut, ia sering meminta bantuan Ibrahim untuk menemaninya. Kesempurnaan Fisik “Semoga operasi Ibrahim akan berjalan dengan lancar,” harap Jazuli. Usai dioperasi, jari jemari Ibrahim telah dibungkus dengan kain kasa berwarna putih. Tak nampak wajah ketakutan usai menjalani operasi. Semoga kesempurnaan fisik segera direngkuhnya, dan semoga akan ada orang yang berkenan mengadopsinya. Walau, “Ada rasa kehilangan (juga) jika ia sampai diadopsi,” lirih jazuli. | |
Artikel Terkait
Tidak Menyerah pada Keterbatasan
15 November 2018Sebanyak 133 relawan Tzu Chi Indonesia dilantik menjadi Relawan Komite pada Rabu, 14 November 2018 di Banqiao, Taiwan. Salah satu di antara mereka adalah pasangan suami-istri Handaya dan Komariah, relawan Tzu Chi dari He Qi Barat 1.