Ibu Yang Tak Kenal Lelah
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Hadi Pranoto Setiap hari Apel menjajakan kue buatannya sendiri dengan berkeliling di wilayah Teluk Naga dan sekitarnya. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup setelah ia menjadi orang tunggal bagi kedua anaknya. |
| ||
Selalu ada perjuangan dari seorang ibu untuk buah hatinya agar mereka dapat tumbuh menjadi lebih baik. Sebesar apapun usaha seorang anak membalas budi orang tuanya, hal itu tak akan sebanding dengan kasih yang telah diberikan orang tuanya. Kesibukan di Pagi Hari Dery dan kakak perempuannya Sari, keduanya adalah anak asuh Tzu Chi. Namun Sari sudah lama lulus sekolah dan kini hanya Dery yang masih mendapat beasiswa sebagai anak asuh. Lima tahun sudah ia menjadi anak asuh, sejak kelas 1 SMP hingga saat ini ia duduk di bangku kelas 2 SMK Setia Bhakti, Tangerang, Banten. Gadis yang mengambil jurusan Administrasi Perkantoran ini baru berusia 16 tahun. Setiap pagi hari hingga pukul 10.30 WIB ia membantu ibunya membuat dan menyiapkan kue untuk dijual, setelah itu ia berbenah untuk berangkat ke sekolah. Dery masuk sekolah pukul 13.00 hingga 18.00 WIB, dan saat pulang sekolah ibunya akan datang menjemput dengan sepeda karena sudah tidak ada lagi kendaraan umum yang melintas menuju rumahnya. Walaupun setiap hari sibuk membantu sang ibu dan bersekolah, tetapi Dery tetap meluangkan waktunya pada hari libur untuk mengikuti kegiatan daur ulang Tzu Chi. Ia merasa senang bisa membantu di kegiatan daur ulang Tzu Chi. “Terima kasih buat Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah membantu membiayai sekolah Dery,” ucap Dery sedikit terisak. Butiran air mata menetes membasahi pipinya.
Keterangan :
Perjuangan Ibu Melihat perjuangan yang dilakukan sang ibu setiap hari, Dery pun turut merasa prihatin. Sementara sang kakak, Sari Pujianti kini tengah menganggur karena baru berhenti dari pekerjaannya di sebuah pabrik di daerah Tangerang. “Dery juga bantu jual kue di sekolah. Biasanya sih selalu habis,” kata Dery yang kerap membawa 15-20 bungkus kue donat. Kue itu ia jual Rp 1.000 per buah. Namun aktivitas Dery berjualan ini tak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolahnya, karena kue-kue yang dibawa ini sebelumnya memang telah dipesan oleh teman-temannya. “Kadang baru datang juga langsung habis,” aku Dery. Dery menjadi anak asuh Tzu Chi awalnya karena diajak oleh Hok Cun, seorang relawan yang tinggal tak jauh dari rumahnya. “Kalau nggak ada bantuan beasiswa ini mah nggak pada bisa sekolah seperti ini anak-anak saya,” kata Apel. Ia berharap anak-anaknya dapat menjadi anak yang baik dan bisa mandiri setelah lulus sekolah. Meski dengan penghasilan yang terbatas, Apel masih menyempatkan diri untuk bersumbangsih untuk orang lain melalui Tzu Chi. “Berdana itu bagus walaupun sedikit,” ucapnya. Bukan hanya berdana dalam bentuk uang saja, tetapi Apel juga mencoba untuk berbuat kebajikan dengan melakukan daur ulang. “Saya akan mengajak anak saya ke depo daur ulang Tangerang bulan ini,” tuturnya. Walaupun telah bekerja setiap hari, ia tetap ingin bersumbangsih menyumbangkan tenaganya membantu di Posko Daur Ulang Tzu Chi.
Keterangan :
Berdagang Keliling Setelah kuenya terjual habis, Apel pun kemudian berbelanja bahan-bahan kue untuk besok dan kemudian pulang ke rumah. Setelah beristirahat sebentar, Apel kemudian kembali mengayuh sepedanya untuk pergi menjemput Dery ke Terminal Teluk Naga. Jarak yang harus ditempuhnya cukup jauh, namun ini tetap dilakukannya demi sang buah hati. Tiada keluhan, tiada rasa lelah, tiada pamrih, dan tiada putus-putusnya kasih seorang ibu kepada anaknya. Semua dilakukan demi satu harapan: memberi kesempatan pada sang buah hati untuk dapat menggapai hidup yang lebih baik. | |||
Artikel Terkait
Berbagi Kasih di Panti Werdha Budi Mulia 3
01 Maret 2016Relawan Tzu Chi komunitas Xie Li PGC (Pusat Grosir Cililitan) mengadakan kegiatan kunjungan kasih ke Panti Werdha Budi Mulia 3 Ciracas, Jakarta Timur pada tanggal 21 Februari 2016. Sebanyak 28 relawan bersama 10 tim medis Tzu Chi bersama-sama memberikan perhatian dan penghiburan bagi opa dan oma.