Ikut Menyukseskan Verifikasi Calon Penerima Bantuan Rumah Tzu Chi

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Anand Yahya


Suudia Ramli bahagia bisa punya kesempatan menjadi sukarelawan pada verifikasi calon penerima bantuan rumah Tzu Chi Tadulako kali ini, Minggu 10 November 2019. 

Verifikasi calon penerima bantuan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Tadulako, Palu tahap kedua (10/11/2019) tak hanya disambut gembira warga yang hendak ikut verifikasi. Suudia Ramli (45) atau yang biasa dipanggil Diah, pada Agustus 2019 lalu sudah ikut verifikasi. Kali ini ia datang ke Aula Baruga, Taman Vatulemo, Palu untuk membantu relawan Tzu Chi menyukseskan verifikasi ini.

Saat ia datang, Ng Siu Tju, relawan Tzu Chi yang sudah akrab dengannya menyambut dan memakaikannya rompi Tzu Chi.

“Sudah siap jadi relawan ya hari ini?” canda Ng Siu Tju kepada Diah.

“Iya Bu,” jawab Diah semangat.

Hari itu, Diah mendapat tugas membagikan makanan ringan kepada warga yang menunggu giliran diverifikasi oleh relawan. Dengan sedikit briefing saja, Diah menjalankan tugasnya dengan baik.

“Saya memang sudah tertarik dengan Tzu Chi. Awalnya bincang-bincang dengan ibu Ng Siu Tju, kayak langsung bersahabat saya. Terlebih, Tzu Chi membantu warga Palu tanpa melihat ras, suku atau golongan,” katanya dengan wajah yang berbinar-binar.

Bangkit dengan Banyak Memberi
Diah atau yang sering juga dipanggil Mama Liza merupakan warga Kelurahan Petobo yang jadi korban Likuefaksi. Ia kehilangan suaminya, Muhammad Ilham (45) dan anak bungsunya, Zalikah Azzah Qaziah (7). Rumahnya hancur dan bergeser hingga 800 meter.


Suudia merasa sangat klop dengan para relawan Tzu Chi.

“Nak ayo jalan-jalan kita ke (Festival) Palu Nomoni, pembukaan ini, Nak,” Diah mengenang percakapan terakhir dengan anak bungsu kesayangannya.

“Mama saya malas. Saya mau tunggu Papa pulang saja,” jawab si bungsu.

Meski Diah sedikit memaksa, tetap si bungsu tak mau ikut. Diah merangkul erat sang anak dan menciumnya seperti bakal berpisah lama.

“Sayang mama, sayang mama,” kata Azzah kala itu.

“Mama telepon Papa ya,” ujarnya kepada sang anak. Tapi telepon itu tidak dijawab. Saat itu suaminya sedang di jalan, begitu menurut penuturan rekan kantor almarhum suaminya.

Setelah itu, Diah bersama anak sulung, Khaliza Khumaira (15) keluar rumah, mengendarai mobil ke acara Festival Palu Nomoni.

“Ma, tumben adik tidak ikut biasanya kan ke mana-mana ikut,” kata Liza, anak sulungnya. Begitu juga yang dipikirkan sang ibu.

Sampai di Palu Nomoni pukul 5 sore, keduanya sempat foto-foto dan duduk santai. Setelah itu petugas Satpol PP mensterilkan lokasi. Diah pun mengajak anak sulungnya pulang.

“Liza kita pulang dulu ambil adik. Setelah Maghrib kita keluar lagi,” katanya.


Verifikasi calon penerima bantuan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako yang masuk tahap kedua ini diikuti oleh 400 warga Palu yang menjadi korban gempa, tsunami, dan likuefaksi pada September 2018 lalu.

Baru menyetir sebentar, di lampu merah, gempa terjadi. Pikiran Diah langsung tertuju pada anak bungsunya di rumah. Diah terus mengemudikan mobilnya dan tanpa menghiraukan gempa susulan. Padahal di pinggir jalan, orang-orang berjatuhan akibat gempa.

“Liza berdzikir terus, Nak, perasaan Mama tak enak,” ujarnya pada si sulung. Perasaannya bergejolak. Ia hanya ingin bisa tembus ke Petobo menjemput anak dan suaminya. Meski orang-orang menyarankannya agar tak ke Petobo karena jalan putus, ia terus mencari jalan dan akhirnya sampai ke Petobo.

Feeling saya kuat mereka di dalam karena kami punya tradisi Maghrib nggak boleh ke mana-mana kecuali ke masjid. Suami saya saat itu, ini menurut cerita, dia keluar menyelamatkan anaknya. Dia taruh di pagar, kemudian adik saya berteriak, ia masuk, rubuh rumah, anak saya mungkin kena tanah terbelah. Tidak ada lagi, sama tetangga saya yang jadi asisten saya yang kerja bikin kue, itu yang meninggal. Mungkin dia bersama anak saya saat itu,” tuturnya.

Tentu tak mudah menjadi Diah. Namun ia tak pernah lari dari Tuhan, dan kekuatan selalu diberikan Tuhan kepadanya. Salah satunya melalui dukungan teman-temannya dan teman-teman suaminya.


Relawan dengan ramahnya berbincang dengan warga Palu. 

“Banyak yang simpati dengan saya Alhamdulillah, itu yang saya syukuri. Saya bangkit karena teman-teman. Suami saya kan banyak orang kenal, kebaikan suami saya, saya petik sekarang,” ujarnya.

Kini setahun berlalu, Diah menjadi pribadi yang makin kuat. Ia juga makin terinspirasi dengan almarhum suaminya yang sewaktu hidup sangat baik kepada semua orang. Kini waktu, tenaga, dan uang yang ia punya, ia curahkan untuk membantu dan memberi kepada orang lain yang membutuhkan pertolongan.

Diah juga telah bangkit kembali dengan mendirikan Zaza Cake and Cookies, yang juga telah membuka lapangan pekerjaan bagi lingkungan sekitarnya. Tujuh karyawannya ia perlakukan dengan sangat baik bak anak sendiri.

“Musibah Likuefaksi ini telah mengubah saya menjadi seorang relawan, tapi dengan cara saya sendiri. Yaitu bagaimana saya bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.


Karena itu juga pada verifikasi kali ini, Diah ingin turut andil dalam menyukseskan verifikasi yang digelar oleh relawan Tzu Chi. Sebuah upaya atau kegiatan kemanusiaan Tzu Chi bagi ia dan warga Palu lainnya.

“Saya senangnya Tzu Chi tidak melihat ras. Memang kita berbeda, tapi kita punya tujuan yang sama, bermanfaat bagi orang banyak,” tutur Diah.

Sementara itu Ng Siu Tju, relawan Tzu Chi merasa sangat gembira dapat kembali bersumbangsih waktu dan tenaga dalam verifikasi calon penerima bantuan rumah Tzu Chi di Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Ia juga sangat senang melihat warga Palu dapat terus bangkit, sebagaimana ia melihat sahabat barunya, Suudia Ramli.

“Korban bencana bukan sakit fisiknya saja, tapi batinnya juga. Jadi saya sangat bahagia dapat bersumbangsih lagi ikut verifikasi. Semoga dengan ketulusan hati relawan membantu warga korban bencana, kita dapat meringankan penderitaan warga,” pungkas Ng Siu Tju.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

24 Februari 2015 Kegiatan Xun Fa Xiang adalah mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan rutin dilakukan oleh relawan Tzu Chi setiap Sabtu dan Minggu mulai jam 06.00-07.30.
Pelayanan Kesehatan yang Berkelanjutan

Pelayanan Kesehatan yang Berkelanjutan

28 Desember 2017
Yayasan Buddha Tzu Chi Makassar kembali menggelar bakti sosial kesehatan degeneratif yang kedua pada Sabtu, 23 Desember 2017. Kali ini tim medis Tzu Chi melayani sebanyak 55 pasien.
Berkah Kasih Kesehatan Gigi di Tanjung Priok

Berkah Kasih Kesehatan Gigi di Tanjung Priok

31 Oktober 2017

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia wilayah Timur kembali menggelaR baksos kesehatan gigi pada Sabtu 21 Oktober 2017 di Gereja Katolik Fransiskus Xaverius Tanjung Priok. Baksos ini adalah lanjutan dari baksos gigi pada Sabtu 16 September 2017.

Giat menanam kebajikan akan menghapus malapetaka. Menyucikan hati sendiri akan mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -