Impian Kami Terwujud, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo

Jurnalis : Sherly Marlinton (Tzu Chi Palu) , Fotografer : Leo, Ricky (Tzu Chi Palu)


Sebanyak 160 warga Palu yang menjadi korban gempa, tsunami, dan Likuefaksi pada September 2018 telah mnerima bantuan rumah dari Tzu Chi. 

Senin 18 Mei 2020 di Perumahan Cinta Kasih Tondo Palu. Terik matahari sore itu tak terasa menyegat dari biasanya. Yusuf (40), warga penerima bantuan hunian tetap dari Tzu Chi tampak begitu semangat membersihkan rumah barunya yang berada di Blok P itu. Ia lalu menata setiap sudut ruang di dalam rumah yang ia huni bersama istri dan dua anaknya. Usai lebaran, rumah itu akan mereka tempati. Sembari membersihkan rumah barunya, Yusuf mengingat kejadian 28 September 2018 lalu.

“Haru rasanya di rumah baru ini. Banyak ucapan syukur yang ingin saya utarakan. Akhirnya setelah menunggu dua tahun saya dan anak-anak mempunyai rumah lagi,” ujarnya.

Sebelum bencana gempa, tsunami dan likuefaksi yang menghancurkan Palu pada 28 September 2018 lalu, Yusuf dan keluargnya tinggal di Perumnas Baloroa. Dua pulu tujuh tahun Yusuf tinggal di sana dengan kehidupan yang cukup, dengan keadaan rumah yang nyaman. Yusuf dan istrinya bekerja sebagai pedagang di pasar. Setiap harinya mereka ke pasar usai Salat Subuh dan pulang pada sere hari.


Yusuf dan istrinya merasa begitu terharu, dua tahun dengan penuh kesabaran tinggal di huntara akhirnya dapat tinggal di rumah yang aman dan nyaman. 

“Hanya saja waktu kejadian itu saya dan istri lambat pulang, tak ada firasat apa-apa sebelumnya, di rumah pun ada dua anak saya yang sedang menunggu kedatangan saya. Tepatnya pukul 18.02 WITA sebelum adzan berkumandang guncangan gempa itu datang dengan dahsyatnya memporak-porandakan pasar, saya pada hari itu sangat takut sekali,” kenangnya.

Berselang berapa menit setelah gempa mulai mereda, Yusuf dan istri segera pulang untuk mencari anak mereka. Bersukur kedua anak mereka selamat, dan Yusuf menemukan mereka di perempatan ujung jalan.

“Ternyata rumah kami terkena likuefaksi, pusaran tanah itu mengaduk-ngaduk rumah kami dan tak ada yang bisa diselamatkan kecuali diri ini,” tambahnya.

Saat Yusuf, istri dan anak mereka masih berada di situ, gempa susulan dengan skala kecil datang lagi dan mengguncang mereka. Mereka sekeluarga pun lari ke tempat yang lebih aman.

“Rasa trauma itu masih sangat jelas di ingatan saya, jika saja anak-anak waktu itu tak lari mungkin mereka menjadi korban juga entah bagaimana perasaan saya jika itu terjadi,” tutur Yusuf.

Setelah kejadian itu, Yusuf dan keluarganya tinggal di Huntara Balaroa, tempatnya lebih tinggi di atas bekas rumahnya dulu. Karena itu setiap hari Yusuf dapat melihat pemandangan bekas puing-puing semua rumah yang ada di Perumnas Baloroa.


Tampak dalam dari rumah Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Tondo.

Tapi hidup di pengungsian selama dua tahun bukanlah hal yang mudah. Hawa panas begitu terasa karena huntara dibangun di atas tanah yang gersang. Saluran air yang kadang jalan kadang tidak juga membuat warga tak nyaman. Apalagi setelah bencana tersebut Yusuf menjadi seorang penggangguran dalam waktu yang cukup lama sebelum berdagang kembali seperti sekarang ini. Karena itu Yusuf dan keluarganya sangat berharap dapat menjadi penerima bantuan rumah dari Tzu Chi untuk melanjutkan dan melangsungkan hidup.

“Setelah dua tahun akhirnya titik jelas saya dapatkan. Ada pendataan dari Tzu Chi yang memberikan bantuan rumah dan saya adalah salah satu orang beruntung mendapatkan bantuan hunian tetap ini,” kata Yusuf. Air mata menggenang di pelupuk matanya.

“Walaupun jaraknya sangat jauh dari rumah saya dulu itu tak menjadi masalah. Yang terpenting saya dan keluarga bisa hidup nyaman dengan rumah yang aman,” tambahnya.

Semua pasti senang dengan rumah yang diberikan Tzu Chi, karena saat membuka pintu bukan hanya rumah yang didapatnya tapi ada sebuah ranjang susun untuk anak, ranjang untuk orang tua beserta springbead-nya. Lalu ada juga satu set meja makan dan tempat duduknya di siapkan di ruang tamu.

“Fasilitas di rumah ini sudah sangat cukup untuk rumah baru kami,”pungkas Yusuf yang begitu berbahagia.

Hilang Rasa Khawatir


Nurhayati yang berbahagia dapat menempati rumah barunya.

Kebahagiaan yang juga sangat mendalam dirasakan Nurhayati (33), asli Palu, tanah Kaili yang adalah korban bencana likuefaksi Balaroa. Nurhayati adalah seorang ibu rumah tangga dan suaminya seorang guru di salah satu sekolah di Kota Palu. Mereka mempunyai tiga anak yang masih kecil, dua masih SD, satu lagi masih berusia 3 tahun. Sebelum musibah datang, hidup rasanya baik-baik saja, tapi musibah itu rupanya merenggut semua mereka punya.

Alhamdulilah kami semua selamat begitu pula dengan keluarga lainya walaupun kami harus kehilangan harta benda kami,” tutur Nurhayati.

Selama dua tahun keluarga Nurhayati pun tinggal di huntara.

“kalau soal makanan kami tak pernah khawatir. Uluran tangan dari relawan selalu datang membantu kami, saya dan tetangga-tetangga saya. Selang dari waktu yang cukup lama itu, Tuhan mengabulkan doa saya. Tzu Chi memberikan bantuan Huntap ini,” terangnya.


Tampak depan rumah hunian tetap Cinta Kasih Tzu Chi yang sudah siap huni.

Apalagi, kata Nurhayati, perumahan ini lokasinya dekat dengan sekolah di mana suaminya mengajar.

“Setelah kejadian itu suami saya berhenti bekerja untuk beberapa bulan jadi kami tak punya pemasukan. Alhamdulilah sekarang sudah mulai membaik pemasukan dan kehidupan kami, apalagi kami di berikan bantuan rumah ini, tambah lah bahagia kami tak harus tinggal di huntara lagi,” kata Nurhayati.

Banyak fasilitas penunjang yang diberikan oleh Tzu Chi di hunian tetap. Bukan hanya tempat tidur, meja makan, tetapi listrik setiap rumahnya dan juga air.

“Terima kasih Tzu Chi mau memperhatikan kami rakyat kecil yang sangat membutuhkan uluran tangan. Semoga Tuhan senantiasa membalas jasa kebaikan kalian semua yang tak henti-hentinya mengukir kebahagiaan untuk orang banyak seperti kami, saya pun berharap kelak anak-anak saya bisa turun menjadi relawan seperti kalian demi kebajikan umat mansuia,” tutur Nurhayati.

Mari Jaga Hunian Ini


Token listrik yang dipasang di setiap hunian.

Sore itu, senja yang keemasan terlihat kian memukau. Waktu telah menunjukkan pukul 17.59 WITA. Dua menit lagi adzan Magrib akan berkumandang saatnya waktu berbuka puasa. Dalam acara buka puasa bersama itu, ucapan rasa syukur dan banyak terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi diungkapkan Walikota Palu Drs. Hidayat M.Si. Tzu Chi telah membangunkan 1.500 hunian tetap untuk warga Kota Palu.

“Dulu ini adalah hutan, dan saya tidak pernah berpikir ada yayasan yang akan memberikan bantuan rumah seperti ini. Dengan sangat antusiasnya saya menggerakkan semua alat-alat besar dan menyuruh semua tim saya untuk bekerja sama membuat kepemilikan tanah ini agar bisa menjadi lahan yang bisa diolah,” kata walikota Palu ini.

Belum lagi, tambah Hidayat, ia dulu berpikir tanah di sini sangat gersang. Lalu bagaimana caranya agar jalanannya nanti bisa bagus dan pihaknya, Pemda Kota Palu tak punya banyak dana untuk meratakan tanah.


Rasa syukur dan terima kasih diungkapkan Walikota Palu Drs. Hidayat M.Si kepada Tzu Chi yang telah membangunkan 1.500 hunian tetap bagi warganya. 

“Tetapi Tzu Chi yang memperbaiki jalan. Bukan hanya diratakan tapi mereka aspal. Saya kaget sekali dan juga senang. Jadi mari sama-sama kita masyarakat Kota Palu menjaga hunian ini, mari sama-sama kita saling menjaga dan menjadikan perumahan ini asri, kita tanam pohon dan menjaga kebersihanya,” tandas Hidayat.

Bukan hanya Walikota Palu saja yang memberikan kesan pada syukuran ini. Tamu undangan dari Pengurus Besar Front Pemuda Kaili (FPK) Sulteng, Bobi Nurhidayat juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan Tzu Chi bagi warga Palu sangat menginspirasi.

“Membantu sesama adalah contoh yang patut diteladani untuk kita semua apa lagi kita yang masih berjiwa muda ini harusnya lebih banyak lagi sumbangsihnya. Saya punya harapan ke depan agar perumahan ini bisa dilengkapi pasar, taman bermain anak dan kelengkapan yang menunjang kenyamaan warga di sini. Tapi untuk saat ini terima kasih untuk semuanya semoga semua kebaikan ini menjadi bekal di akhirat untuk semua yang membantu,” tutur Bobi.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Impian Kami Terwujud, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo

Impian Kami Terwujud, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tondo

26 Mei 2020

Senin 18 Mei 2020 di Perumahan Cinta Kasih Tondo Palu. Terik matahari sore itu tak terasa menyegat dari biasanya. Yusuf, warga penerima bantuan hunian tetap dari Tzu Chi tampak begitu semangat membersihkan rumah barunya. Ia lalu menata setiap sudut ruang di dalam rumah yang ia huni bersama istri dan dua anaknya. Usai lebaran, rumah itu akan mereka tempati.

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -