Ingin Mencoba Komposcing di Rumah

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoYoppy Shixiong sedang menjelaskan pemanfaatan limbah rumah tangga dengan menggunakan cacing untuk dijadikan pupuk kompos.

 

 

Satu per satu relawan Tzu Chi Pekanbaru dan Surabaya memasuki areal Komposcing di Pademangan Barat, Jakarta Utara yang satu lokasi dengan tempat pembuangan sampah sementara Pademangan Barat. Relawan tersebut yang berjumlah sekitar 30 orang dengan raut wajah sedikit heran melihat palet-palet yang berisi komposcing (kompos cacing).

 

 

 

Relawan Tzu Chi yang bertugas di komposcing, Yoppy Shixiong dan Ustadz Agus Yatim memberikan penjelasan proses pembuatan komposcing ini yang berasal dari limbah rumah tangga. “Begini Shiong Shijie, untuk mengurangi sampah dari rumah kita, bisa kita coba komposcing ini di rumah nanti,” ajak Yoppy. “Sampah sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan lainnya kita cincang menjadi kecil. Kalau di sini dengan mesin ini,” jelas Yoppy sambil menunjuk sebuah mesin penggiling yang sedang beroperasi, “Lalu setelah halus kita masukkan ke dalam karung untuk difermentasikan selama seminggu.”

“Lalu cacingnya di mana Shixiong?” tanya seorang relawan dengan muka tegang. “Cacingnya ada di dalam palet itu dan gak akan ke mana-mana,” ungkap Yoppy. “Jadi, setelah difermentasikan barulah untuk pakan cacing. Cara memberikannya kita tinggal taro aja di sekeliling palet tersebut. Kompos yang berada di tengah setelah 2 bulan nanti akan mengering dan cacing itu akan mencari pakan makanan yang baru. Jadi kita sama sekali tidak bersentuhan dengan cacing,” ucap Yoppy.

foto  foto

Ket: - Koordinator Komposcing Pademangan Barat memberikan satu bungkus pupuk Komposcing yang siap pakai            kepada Nani Shijie.(kiri).
        - Nani Shijie, salah satu relawan dari Pekanbaru, mendapat penjelasan pemanfaatan limbah rumah tangga            yang dijadikan kompos dari relawan Tzu Chi Pademangan Barat.  (kanan)

“Wah ini cacing ikut cia cai (vegetarian –red) juga ya...” celetuk Nani, relawan dari Pekanbaru. “Iya yah... Cacing aja vegetarian masak kita gak bisa,” ujar Fi Lan Shijie yang ikut mendampingi para relawan. “Tapi cacingnya mana ya Shixiong kok saya gak liat?” tanya Fi Lan dengan muka penasaran. “Sebentar saya coba balik ini komposnya, cacingnya ada di dalam. Nah ini dia!” kata Yoppy sambil menunjukkan beberapa ekor cacing yang ada di sendok semen. “Kayak cacing biasa ya,” ujar relawan. “Oh lain, ini cacing Lumberecus gak seperti cacing biasa,” ujar Yoppy. Di sisi lain Agus Yatim juga sedang serius menjelaskan proses pembuatan kompos yang berasal dari limbah rumah tangga warga Pademangan Barat. “Proses komposcing ini sangat besar manfaatnya, terutama untuk warga Pademangan sendiri,” ungkap Agus, “Terutama kebersihan lingkungan menjadi lebih baik.”

Setelah mendapat penjelasan dari relawan yang bertugas di komposcing ini, para relawan melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi rumah warga Pademangan Barat yang sudah selesai dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Para relawan berkesempatan mengunjungi beberapa rumah warga serta berbincang-bincang sejenak dengan warga Pademangan, salah satunya mengunjungi rumah Hindun. Rumah Ibu Hindun ini berukuran 3x4 meter persegi dihuni oleh 7 orang keluarganya. Para relawan yang berkunjung terheran-heran dengan rumah Hindun ini karena untuk masuk ke rumahnya relawan harus memiringkan badan, karena lebarnya hanya 60 cm.

foto  foto

Ket: - Relawan Tzu Chi Pekanbaru beramah tamah dengan pemilik rumah yang telah dibantu renovasi oleh                   Tzu Chi. kiri).
        - Para relawan yang mengunjungi warga Pademangan mendapat sambutan yang hangat dari warga yang                   rumahnya direnovasi oleh Tzu Chi. (kanan) 

Di akhir kunjungan, Nani bertekad akan mencoba mempraktikkan pemanfaatan limbah rumah tangga di rumahnya sebagai bentuk rasa kepeduliannya terhadap lingkungan. Nani juga sangat terkesan dengan kunjungannya kali ini ke Jakarta, mulai dari cara penyambutan relawan Jakarta terhadapnya. “Saya seperti orang yang dihormati betul, pokoknya saya sangat terkesan sekali! Saya sangat beruntung masuk Yayasan Buddha Tzu Chi ini, banyak ilmu yang saya dapat,” ungkapnya.

Nani sangat kagum saat mengunjungi warga peserta program Bebenah Kampung di Pademangan Barat, karena ia melihat dan menyaksikan sendiri sambutan warga Pademangan yang begitu hangat terhadapnya. Kemungkinan di Pekanbaru juga akan mengikuti diadakan program Bebenah Kampung seperti di Jakarta. “Kemungkinannya ada, tapi untuk membangun utuh rumah belum. Selama ini kami hanya merenovasi rumah aja,” ungkap Nani.

 

 
 

Artikel Terkait

Belajar Melatih Diri dengan Menyalin Sutra

Belajar Melatih Diri dengan Menyalin Sutra

03 Maret 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan Kelas Salin Sutra. Sutra yang dipelajari kali ini ialah 37 Faktor Pencerahan.

Melihat dengan Hati

Melihat dengan Hati

17 Desember 2011 Nathania memegang dan mendoakan ibu tersebut agar cepat sembuh. Ibu tersebut sangat terharu dan meneteskan air mata. Ibu tersebut juga mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah banyak membantu.
Cintai Lingkungan, Selamatkan Bumi

Cintai Lingkungan, Selamatkan Bumi

21 Maret 2017

Agar setiap orang dapat menyadari betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan bumi, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memberikan pembelajaran kepada siswa kelas budi pekerti Xiao Tai Yang tentang cara mencintai bumi. Kegiatan kelas budi pekerti diadakan pada tanggal 19 Maret 2017.

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -