Ingin Menjadi Relawan
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : ApriyantoPada tahun 2005, Yang Lien Hwa memperkenalkan misi pelestarian lingkungan Tzu Chi kepada Santje Kawatu. Sejak itu pula Santje tertarik untuk menjadi relawan Tzu Chi. |
| |
Tetapi Santje yang iba justru menyerahkan sampah yang telah ia pilah itu kepada si pemulung. “Udah silahkan aja diambil,” kata Santje. “Terima kasih ya, Pak,” kata si pemulung. “Sudah, tidak apa, itu memang rezeki kamu,” balas Santje. Terpanggil untuk Tzu Chi Secara ekonomi Santje memang tidak berkekurangan. Dari kerja kerasnya semasa muda ia berhasil memiliki 3 rumah di daerah Kemayoran. Namun didasari oleh kegemarannya membantu orang lain dan merasa terpanggil untuk kemanusiaan, membuat Santje pun mulai aktif mengumpulkan sampah daur ulang di tepi-tepi jalan yang ia temukan. “Saya makan cukup, semua cukup. Tapi ini saya lakukan, satu untuk kesehatan, kedua untuk bantu orang lain. Saya paling suka bantu orang tanpa dapat imbalan apa-apa,” terangnya.
Ket: - Sejak pukul 5 pagi, Santje sudah berkeliling ke pasar, toko, dan perkantoran untuk mencari sampah daur ulang. (kiri). Bahkan salah satu rumahnya yang berada di Jalan Garuda, Kemayoran ia gunakan sebagai posko untuk menampung sampah-sampah yang telah ia kumpulkan. “Daripada disewa lebih baik digunain untuk menampung sampah daur ulang Tzu Chi,” terangnya. Setelah terkumpul banyak, biasanya setiap minggu atau sebulan sekali relawan daur ulang Tzu Chi Cengkareng mengambilnya dengan menggunakan mobil truk sedang. Bukan Halangan Kenyataannya Santje tidak pernah menghiraukan masalah itu. Baginya apa yang ia jalani adalah panggilan sosial dan tidak merugikan orang lain. “Biarin saja, saya kan tidak merugikan orang lain. Justru saya meringankan sampah mereka. Saya tidak apa dihina orang, asalkan saya tidak menghina orang,” kata Santje menalar. Tidak hanya cemoohan orang, sakit kulit yang ia derita akibat seringnya berkecimpung dengan sampah pun tidak menjadi penghalang baginya untuk terus bersumbangsih. Selama tahun 2009 ini tidak kurang dari dua kali Santje mengunjungi dokter kulit untuk mengobati dirinya yang terkena sakit gatal. “Saya tidak merasa jijik untuk mengambil barang-barang di bak sampah. Seringnya saya mengaduk-aduk bak sampah tanpa sarung tangan membuat tangan saya akhirnya menjadi gatal-gatal,” jelasnya. Totalitas dalam Bekerja
Ket: -Setelah terkumpul sampah-sampah plastik itu, biasanya Santje mencucinya terlebih dahulu sebelum diserahkan ke Tzu Chi. (kiri). Totalitas Santje selalu diwujudkan dalam setiap pekerjaan yang ia lakukan. Bukan hanya dalam berbisnis, dalam membantu orang pun Santje selalu membantunya hingga tuntas. Bagi Santje berbuat sesuatu yang berarti bagi orang lain adalah sebuah kebahagiaan batin. Sebelum mengenal Tzu Chi, Santje biasa menyalurkan kebiasan baiknya ini dengan bersedia mengerjakan apa pun dari orang yang meminta pertolongan kepadanya. Mulai dari pengawalan ekspedisi tanpa honor, merenovasi rumah, hingga membongkar septiktank. Semuanya Santje lakukan tanpa meminta imbalan. “Pernah saya bongkar septiktank sendirian, sampai seminggu baunya tidak mau hilang walau sudah cuci tangan. Habis yang punya rumahnya takut, jijik, jadi biar saya saja yang kerjakan,” akunya. Santje mengakui sejak kehadiran Lien Hwa yang memperkenalkan misi Tzu Chi, ia merasa telah menemukan wadah yang pas bagi dirinya. Baginya pengumpulan sampah adalah ladang untuk berbuat bajik, dengan sampah secara tidak langsung ia telah membantu orang lain yang kesusahan. Karena sampah yang ia kumpulkan akan diolah kembali oleh Tzu Chi untuk kegiatan sosial. Jadi jelas kalau Santje menganggap sampah adalah sesuatu yang berharga dan bernilai kemanusiaan. Kini yang ia dambakan hanyalah keinginannya untuk resmi menjadi relawan Tzu Chi. “Saya cuma mau menjadi relawan Tzu Chi, makanya selama ini saya kumpul sampah karena saya berlatih untuk jadi relawan,” katanya. | ||