Ingin Sembuh dan Menyayangi Mama
Jurnalis : Suyanti (He Qi Utara) , Fotografer : Rianto Budiman, dan Hok Cun
|
| ||
Berawal dari benjolan kecil yang tumbuh di sekitar leher di akhir tahun 2011. Benjolan kecil itu sering timbul nyeri dan sakit kepala. Tadinya Suryanto (24 tahun) mengira sakit kepala biasa, tetap bekerja sebagai seorang staff Sales Promotion Boy di salah satu pusat perbelanjaan di Bogor dan kegiatan rutinitas di rumah. Yanto (panggilan akrabnya) hanya berobat di klinik umum Bogor, hasil pemeriksaan adalah kelenjar getah bening dan cukup diberi obat. Benjolan berangsur kecil dan hilang. Seminggu kemudian benjolan tersebut tumbuh membesar. Keluarga kembali ke klinik dokter 24 jam dan dokter menyarankan segera ke dokter THT Bogor. Di awal Februari 2012, perubahan fisik pada Yanto mulai melemah, akhirnya ia diberhentikan oleh perusahaan. Ia sempat bekerja selama 2 bulan sejak ia sakit hingga benjolan yang membesar pada leher mulai mempengaruhi mata, telinga, kelenjar leher, otak dan tulang. Akibatnya mata menjadi juling, mata menonjol keluar, penglihatan ganda, pendengaran telinga berkurang, nafsu makan berkurang, susah mencerna makanan padat (semua makanan harus di blender), alat pencernaan mempengaruhi pembuangan air besar tidak bagus, tulang mulai lemah, juga mempengaruhi urat dan syaraf, mengharuskannya tidur sambil duduk dengan posisi kepala miring ke kiri (tanpa penyangga kepala). Ia tidak bisa tidur terlentang seperti orang normal lainnya. Keluarga tidak mampu Suatu hari seorang teman Suryani di Bogor, Amin Shixiong juga seorang insan Tzu Chi, menghubungi Fifi Shijie, menyarankannya mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi. Setelah mengajukan permohonan bantuan, besoknya relawan Tzu Chi Bogor menyurvei keadaan keluarga Suryani. Dari hasil survei tersebut akhirnya diputuskan bahwa Yanto disetujui untuk dibantu pengobatannya.
Keterangan :
Rujukan pertama ditujukan ke PMI Bogor dan akhirnya ke RSCM Jakarta. Selama 4 bulan ini, Yanto ditemani mama dan adiknya, harus menjalani serangkaian pemeriksaan seperti pemeriksaan THT, pemeriksaan bagian dalam, pemeriksaan darah, pemeriksaan poly-saraf (saraf telah mempengaruhi mata), pemeriksaan neology, pemeriksaan mata, gigi, dan tulang, dan pemeriksaan CT scan lainnya. Saat ini kondisi Yanto masih belum membaik. Menurut pemeriksaan dokter, benjolan tersebut telah mempengaruhi batok tulang dan tulang punggung belakang, Yanto harus menjalani penyinaran (radiasi) terapi tulang selama 5-15 menit per hari (Senin – Jumat) sebanyak 10 kali di ruang COBALT-60, RSCM, sebelum menjalani kemoterapi dan operasi pengambilan kelenjar getah bening yang telah terkena kanker. Saran dokter, tulang harus diperbaiki, bila langsung di kemoterapi maka ada kemungkinan tulang bisa patah dan kaki bisa lumpuh. Per 5 kali penyinaran, Yanto harus konsultasi kepada dokter untuk mengetahui perkembangan penyakit seperti tes darah dan tes urin. Bila hasil tes darah, hemoglobin (HB), trombositnya bagus, maka bisa dilakukan proses kemoterapi. Bila HB nya dibawah 10, maka harus dilakukan transfusi darah. Yanto harus mendapat asupan makanan sehat terutama susu dan air putih untuk mendukung darahnya. Akibat penyinaran ini, tekanan darahnya turun (drop). Sejak penyinaran ke-8, Yanto mulai merasakan hangat dan nyeri di tulang punggungnya, rasa kaku akibat efek penyinaran. Menurut dokter, Yanto menderita kanker nasofaring (kelenjar nasofaring). Adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit mulut. Berada di antara belakang hidung dan esophagus, tumor ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher, penyakit ini adalah jenis kanker yang diturunkan secara genetik. Kanker ini lebih banyak dijumpai pada pria daripada wanita. Dokter menyarankan pengobatan penyakit seperti ini, tidak bisa hanya sekali pengobatan. Bila sudah sembuh, pasien harus rajin memeriksakan diri ke dokter, bila mengkonsumsi makanan yang salah, benjolan dapat tumbuh kembali. Harapan Terbesar Yanto Proses penyinaran (radiasi) ke-10 yang dijalani Yanto, tepatnya hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 2012, adalah hari ia bertekad untuk sembuh. Hari itu, selain ditemani oleh mama, adiknya, Acun Shixiong juga ditemani oleh Posan Shixiong dan para insan Tzu Chi dari He QiUtara. Selama Yanto sakit, ia masih rajin beribadah dan tetap bersyukur walau mengalami kesulitan. “Mama adalah semangat hidup saya. Bila saya sembuh nanti, saya mau membantu meringankan penderitaan mama, selalu menyayangi dan membahagiakan mama tercinta. Juga dapat bersumbangsih untuk membantu orang lain, dan menjadi insan relawan Tzu Chi. Itulah harapan terbesar Yanto,” ujarnya saat Ia akan menjalani proses penyinaran (radiasi) ke-10 di ruang Cobalt-60, RSCM. |
| ||
Artikel Terkait
Melihat Langsung Bedah Rumah Tzu Chi di Pademangan
05 Agustus 2018Setelah September tahun lalu melihat dari dekat seperti apa Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, TBN kembali mengunjungi karya kemanusiaan Tzu Chi Indonesia lainnya. Kali ini, Jumat 3 Agustus 2018 mereka melihat rumah-rumah warga Pademangan Jakarta Utara yang telah diperbaiki oleh Tzu Chi.
Sedikit Darah Anda, Memberikan Kehidupan untuk Sesama
07 Mei 2024Komunitas Hu Ai Pusat Sehati Xie Li Cipinang, kembali mengadakan donor darah di Sekolah Silaparamita Jl. Cipinang Jaya Raya No.1 Jakarta Timur. Sebanyak 68 kantong darah terkumpul untuk membantu sesama.
Langkah Xiau Pu Sa Kelas Budi Pekerti Merayakan Waisak di Panti Werda
25 Mei 2023Setelah tiga tahun terhenti karena pandemi Covid 19, Xiau Pu Sa yang tergabung dalam kelas budi pekerti (Tzu Shao Ban) kembali merayakan Waisak di Panti Jompo “Taman Bodhi Asri”.