Ini Bukan Hanya Tempat Tinggal
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha * Seratus empat puluh lima peserta yang terdiri dari mahasiswa Universitas Indonesia, guru, wartawan, dan tim riset dari beberapa perusahaan, terlihat sangat antusias mengikuti setiap sesi seminar. | Kamis, 12 Februari 2008, masih dalam kegiatan Seminar Internasional “Menuju Relokasi yang Humanis”, di hari kedua, isi seminar lebih ditekankan kepada hasil penelitian dalam aspek sosial. |
Indahnya Beradaptasi Mengubah kebiasaan dan beradaptasi pada sesuatu hal yang baru, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hal ini juga terjadi pada warga Kali Angke ketika mulai menginjakkan kaki di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Mereka harus tinggal di sebuah gedung tinggi berlantai lima, bersama dengan beberapa keluarga lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga harus menghadapi peraturan-peraturan yang terdapat dalam lingkungan perumahan. “Dulu, mereka tidak perlu turun tangga untuk membeli air,” tutur Eko A. Meinarno, S.Psi, M.Si, dalam presentasi penelitiannya yang berjudul “Adapting in High Rise Building”. Tapi kini, warga Kali Angke harus beradaptasi dengan kondisi rumah yang sekarang. Dahulu, mereka memang tidak perlu naik turun tangga untuk membeli air atau makanan, tapi sekarang hal tersebut harus mereka lakukan. Untuk mencari uang pun mereka juga harus berusaha. Tidak seperti dulu, buka jendela, gelar gorengan dan mereka mendapatkan uang. Sedangkan di sini, mereka harus turun tangga, keluar perumahan, baru bisa mencari pekerjaan. Karena mereka membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah, serta listrik. “Yayasan Buddha Tzu Chi telah memberikan fasilitas yang baik kepada mereka. Sekolah, rumah sakit, masjid, pasar, dan fasilitas lainnya sudah tersedia dalam satu kompleks perumahan. Sekarang keputusan ada di tangan mereka, mereka harus bisa mensyukuri dan memanfaatkan semuanya, atau kalau memang mereka tidak bisa beradaptasi dengan semua itu, saya yakin masih banyak orang di luar sana yang masih memiliki semangat untuk berjuang,” jelas Eko mantap. Ket : - Prof. Hsu Mutsu dari Universitas Tzu Chi Taiwan menyempatkan diri untuk berkomunikasi secara langsung Sebelumnya, dalam presentasi yang diberikan oleh Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono, beliau menuturkan bahwa secara umum memang sudah terdapat perubahan dalam kehidupan masyarakat mantan penghuni bantaran Kali Angke, “Mereka sudah mulai peduli dengan kebersihan. Warga juga sudah mulai teratur, mematuhi peraturan, dan yang membanggakan, anak-anak mereka sudah mulai memiliki habits yang lebih baik.” Perubahan ini diakui bukanlah hal yang mudah untuk diciptakan. “Awal mereka pindah ke perumahan ini, sampah di mana-mana. Namun perlahan, kami mencoba mengajak mereka untuk melakukan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan. Para relawan Tzu Chi juga terjun langsung ke lapangan, dengan begitu mereka mulai belajar dan menghargai kebersihan,” ucap Sugianto Kusuma, Wakil Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Meningkatnya kualitas kehidupan mereka menjadi lebih baik, bukan hanya dikarenakan campur tangan pihak Tzu Chi, tapi juga sikap proaktif para warga terhadap bantuan yang diberikan. Meskipun demikian, menurut hasil penelitian Sarlito, masih terdapat beberapa warga yang menganggap bahwa mereka adalah korban dari penggusuran, sehingga mereka memiliki ketergantungan kepada yayasan. “Tzu Chi harus bisa mengurangi ketergantungan mereka. Faktanya, setelah mendapatkan pekerjaan di gudang hasta karya, maupun pekerjaan lain yang diberikan oleh pihak Tzu Chi, mereka masih belum memiliki sikap kerja yang baik. Oleh sebab itu, kita harus serius melakukan pembinaan kepada anak-anak mereka, sehingga menciptakan generasi yang lebih baik,” himbau Sarlito. Ket : - Para peserta dengan tekun menyimak setiap materi yang dibawakan oleh pemateri. (kiri) Pintu Gerbang Perubahan Mereka mengakui, setelah anak-anak mereka bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, banyak perubahan positif yang terjadi. “Anak-anak yang tadinya kasar dan cenderung kurang menghormati orangtua, sekarang menjadi lebih lembut, rajin belajar, dan lebih menghormati serta menyayangi mereka,” jelas Dwi Astuti, M.Si, salah satu anggota Tim Riset Tzu Chi. Melihat perubahan ini, para orangtua kini cenderung bertahan untuk tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi—mematuhi peraturan yang ada—karena demi pendidikan putra-putri mereka. “Di mana lagi mereka bisa memberikan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau untuk anak-anak mereka selain di Sekolah Tzu Chi,” tambah Dwi. Di saat yang sama, Helmi, salah satu guru di Sekolah Cinta kasih, juga menuturkan kebahagiaannya melihat perubahan pola pikir para orangtua. “Dulu, ketika anak-anak mereka tidak mau bersekolah, mereka hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan. Tapi kini, mereka selalu memberikan semangat putra-putri mereka untuk terus bersekolah. Bahkan ada yang bilang kepada saya, kalau mereka ingin anak mereka menjadi guru seperti kami,” ucapnya tergetar. Pendidikan telah menjadi salah satu gerbang perubahan bagi warga. Secara tidak langsung, pendidikan budi pekerti yang diberikan di Sekolah Cinta Kasih telah mengubah karakter anak Kali Angke menjadi anak-anak yang penuh dengan cinta kasih dan bertanggung jawab. Melalui perubahan generasi kedua Kali Angke, diharapkan dapat menuju kehidupan yang lebih baik. Ket : - Menurut Dwi Astuti, pendidikan telah memberikan pengaruh positif kepada warga Kali Angke. "Mereka mau Salah Satu Contoh Relokasi Humanis Kegiatan seminar selama dua hari ini, diharapkan dapat menjadi ajang diseminasi hasil penelitian, sekaligus diskusi dengan para stakeholder, sehingga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang nyata kepada setiap elemen masyarakat terutama bagi pengambil kebijakan agar memperhatikan penduduk marjinal dengan lebih humanis. “Topik seminar ini sangat menarik. Seminar ini juga bisa menjadi referensi bagi mereka yang ingin membangun pemukiman untuk masyarakat. Segala aspek perlu diperhatikan. Tidak hanya sekadar rumah tinggal, Perumahan Tzu Chi bisa dibilang salah satu tempat penting bagi pembinaan karakter yang lebih baik,” tutur Delfiana, salah satu mahasiswi Universitas Indonesia. Tidak hanya Delfiana, Sri Gusni Febriasari dan Anggita Putri, juga menuturkan hal serupa. “Satu hal yang sangat menarik dari Tzu Chi. Tidak hanya menerima bantuan, mereka (warga yang dibantu) juga bisa memberikan bantuan,” ucap mereka sambil mempraktikkan langsung perubahan tangan yang dari yang diberi menjadi memberi. | |
Artikel Terkait
Menghimpun Berkah dan Menjalin Jodoh
03 Maret 2015 Setiap tahunnya Yayasan Buddha Tzu Chi di seluruh dunia merayakan Pemberkahan Akhir Tahun sebelum menyambut Tahun Baru Imlek. Acara ini diadakan sebagai wujud kepedulian dan rasa terima kasih Master Cheng Yen kepada seluruh insan Tzu Chi dan donatur yang telah bersumbangsih bersama Tzu Chi dalam menebar cinta kasih kepada semua makhluk.Membentuk Barisan Peduli Lingkungan
23 Februari 2015 Sosialisasi kegiatan Pelestarian Lingkungan ini bertujuan untuk menginformasikan kepada warga bahwa setiap bulan di minggu pertama akan diadakan kegiatan PL di wilayah tersebut.Semangat Membangun Rumah Ibadah Pascagempa Lombok
17 Juni 2019Semangat membangun rumah-rumah ibadah di Lombok Utara diakui sangat tinggi oleh Bupati Najmul Akhyar. Karena itu ia sangat bersyukur dengan dukungan dari Tzu Chi yang mendukung semangat masyarakat Lombok Utara pada peletakan batu pembangunan Vihara Suta Damma, Jumat, 14 Juni 2019.