Inilah Kehidupan yang Nyata
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariBarisan relawan menyambut kedatangan para mahasiswa Taiwan, Rabu, 15 Februari 2012 di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi yang terletak di ITC Mangga dua Lt.6 Jakarta. |
| ||
Para mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan didampingi oleh satu relawan pada masing-masing kelompok. Semangat yang masih mengembang dari para mahasiswa begitu terlihat. Keinginan untuk mengetahui lebih banyak juga tersirat dari wajah-wajah mereka. Semangat Tiada Akhir Fang Yin Jhang, salah satu mahasiswa yang ikut kegiatan ini mengaku sangat terharu dengan semangat David dan kesungguhan Liu Fuk Siong dalam merawat anaknya tanpa mengeluh. “Saya merasa sangat terharu karena dengan kondisi yang seperti ini, semangatnya masih sangat tinggi. Bahkan mempunyai niat untuk menyumbangkan organ tubuh bagi orang lain. Sangat terharu,” ujarnya. Genggaman erat tangan para mahasiswa ini memberikan suntikan semangat bagi David, raut mukanya memberikan senyum walaupun susah sekali baginya melakukan hal tersebut.
Keterangan :
Setelah melakukan kunjungan pertama, para mahasiswa kembali disuguhi dengan informasi yang dapat menambah ilmu pengetahuan. Mengunjungi Yayasan dan melihat bagaimana cara kerja DaAi TV menjadi hal yang menarik berikutnya. Eric Shixiong menjelaskan satu demi satu ruangan yang ada di kantor yayasan. Sampai pada saat memasuki studio DAAI TV Indonesia, di tempat ini mahasiswa begitu antusias. Layaknya para reporter, beberapa dari mereka bahkan mencoba mempraktikkan membaca berita melalui prompter (alat baca yang digunakan untuk memudahkan reporter) yang tersedia di studio. Kesenjangan amat terasa Gang sempit, genangan air, dan bau yang tidak sedap menyambut kedatangan para rombongan. Tak ada pemandangan layaknya gedung mewah bertingkat apalagi kondominium di daerah ini. Setelah beberapa saat berjalan menyusuri lorong gang, mata para rombongan dikejutkan oleh sebuah bangunan yang sangat tidak layak untuk ditinggali. Ukurannya hanya sekitar 3x3 meter, struktur bangunan terbuat dari kayu yang kebanyakan sudah lapuk. Terdapat dua lantai, namun lantai atas juga tidak jauh berbeda. Ruang tidur dan kamar mandi hanya dipisahkan dengan sekat kayu, alasnya pun bukan semen atau keramik melainkan masih tanah. Apabila musim hujan, alas rumah rumah selalu digenangi air dan tak jarang genangan bisa sampai mata kaki. Di depan rumah yang merupakan gang itu terdapat berbagai perkakas rumah tangga dan alat-alat untuk memasak. Gang kecil ini memang difungsikan sebagai dapur oleh si tuan rumah, belakangan diketahui bahwa rumah ini ditinggali oleh 16 anggota keluarga. Sulit untuk dipercaya, namun begitulah kenyataannya.
Keterangan :
Sabeni, pemilik rumah ini sudah terbiasa memperbaiki rumah orang lain, namun ia tidak dapat memperbaiki rumahnya sendiri. Tukang bangunan ini tinggal bersama ke-3 adiknya di rumah yang sama. Masing-masing adiknya juga membawa anggota keluarganya untuk tinggal di sana. Melihat pemandangan yang begitu jauh berbeda dengan kemewahan yang tersaji sebelumnya membuat Yueh Mi Lai, Assistant Professor the Department of Social Work, yang mendampingi para mahasiswa, begitu tidak percaya, “Inilah kehidupan yang nyata, saya melihat bahwa terdapat jarak yang sangat besar pada lapisan masyarakat. Semoga pemerintah juga bisa membantu rakyat yang membutuhkan dan meningkatkan kesejahteraan mereka,” ungkapnya. Tidak hanya rumah Sabeni yang dikunjungi oleh rombongan ini, terdapat lima rumah lain yang kondisinya hampir sama dengan rumah sebelumnya. Atap rumah begitu rendah sehingga perlu menunduk saat berada di dalamnya, serta tidak adanya ventilasi yang menyebabkan udara menjadi sangat pengap. Bedah rumah ini dinilai sangat membantu bagi mereka yang membutuhkan. Memberikan mereka yang patut diberi, “Ini adalah hal sangat patut untuk dipelajari,” ujar Ching Wen Lin. “Karena program ini sangat membantu orang lain. Dapat memberikan kehidupan baru dan kesan yang berbeda pada mereka yang dibantu,” tambahnya. Harapan lain timbul dari relawan kepada masing-masing pemilik rumah agar dapat menjaga lingkungan rumah apabila nanti telah diperbaiki, “Keadaan lingkungan juga harus diperhatikan, kalau rumah sudah bagus tapi lingkungannya masih banyak sampah, tidak akan mengubah keadaan awal,” pesan Juanita Chandra. “Kita juga akan sama-sama merangkul mereka untuk hidup bersih,” pungkasnya. | |||
Artikel Terkait
Suara Kasih: Giat Mengembangkan Berkah dan Kebijaksanaan
14 Maret 2013 Dunia yang aman dan tenteram adalah berkah bagi umat manusia. Apa yang disebut dengan berkah? Bisa hidup aman dan tenteram merupakan berkah terbesar. Akan tetapi, kondisi di dunia saat ini sungguh tidak selaras.Merekam Jejak Sejarah Dengan Budaya Humanis Tzu Chi
06 September 2023Sebanyak 20 peserta dan 10 relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat mengikuti Pelatihan Relawan Budaya Humanis untuk meningkatkan kemampuan relawan dalam mendokumentasikan jejak kegiatan misi Tzu Chi dalam bentuk foto, video, dan tulisan.