Inisiatif untuk Berpartisipasi
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : YuliatiSebelum sosialisasi dan latihan prosesi Waisak, salah satu relawan, Eva Maria inisiatif melatih anak-anak membentuk mudra (sikap jari-jari tangan dalam ber-samadhi).
Setiap hari Minggu kedua bulan Mei, Yayasan Buddha Tzu Chi rutin menggelar perayanan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia. Tak terkecuali tahun 2015 ini. Acara yang bertajuk “Doa Jutaan Insan” ini mengajak semua lapisan masyarakat baik relawan Tzu Chi maupun masyarakat umum untuk bersama-sama berdoa agar dunia memperoleh kedamaian. Relawan Tzu Chi di komunitas juga mulai menyiapkan acara ini dengan melakukan sosialisasi kegiatan “Doa Jutaan Insan” ke berbagai instansi seperti di sekolah-sekolah, wihara, serta berbagai tempat lainnya.
Lely Herawati (kanan) mendampingi anak-anak untuk mempraktikkan prosesi pemandian Rupang Buddha pada 24 April 2015.
Pada Jumat pagi, 24 April 2015, tenda biru berlogo Tzu Chi telah berdiri tegak di Lapangan Sekolah Tridharma Budhidaya, Penjaringan, Jakarta Utara. Selang beberapa waktu, para relawan Tzu Chi mulai berdatangan untuk mengadakan sosialisasi dan latihan prosesi Waisak. “Ini doa jutaan insan. Kita rekrut ke semuanya (kalangan),” ujar Lely Herawati, koordinator kegiatan kali ini. Relawan yang akrab disapa Iksi ini menceritakan bahwa dia mengetahui keberadaan sekolah Buddhis ini dari salah satu kawannya. Memang lokasi sekolah yang agak menjorok ke dalam sehingga tidak ada yang menyangka jika terdapat sekolah di daerah tersebut. “Akhirnya kita bawa proposal ke sini (sekolah Tridharma Budhidaya) dan ternyata disambut ramah. Banyak dari mereka yang mau ikut berpartisipasi pada Waisak tahun ini,” katanya. “Bahkan kata para guru, mereka banyak yang berminat menjadi relawan. Mungkin setelah ini, akan kami adakan Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi,” imbuhnya.
Guna Sundari, koordinator pendidikan menyambut hangat kegiatan Tzu Chi yang melibatkan anak didiknya. Ia juga ikut latihan di samping para siswa.
Guna Sundari, koordinator pendidikan menyambut hangat kegiatan Tzu Chi yang melibatkan anak didiknya. “Tzu Chi datang, ternyata mau mengadakan perayaan Waisak sedunia di Tzu Chi Center. Sekolah Budhidaya berunding dengan guru-guru dan kepala sekolah, mereka menyambut baik supaya anak-anak mendapat pengalaman baru,” ujar Guna Sundari. Sebanyak 150 murid SMP, SMA, dan SMK sekolah ini diajak untuk mengikuti kegiatan Waisak yang Tzu Chi adakan. Ia pun berharap peserta didiknya akan memiliki tingkah laku baik usai mengikuti kegiatan ini. “Harapan kita, anak-anak memiliki moral yang baik,” ucapnya.
“Nggak Terpaksa, Ini Kemauan Sendiri”
Salah satu siswa yang memakai seragam putih abu dibalut rapi dengan jas hitam tampak sangat antusias ketika mempraktikkan prosesi pemandian Rupang Buddha. Ia melakukan setiap gerakan dengan penuh konsentrasi sehingga tidak mengalami kesalahan. Ketika melakukan pradaksina (meditasi jalan), ia menyelaraskan langkah kakinya dengan alunan lagu yang mengiringi.
Semua siswa dengan didampingi relawan mempraktikkan prosesi pemandian Rupang Buddha.
Namanya William. William yang masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini mengaku senang dapat mengikuti kegiatan Waisak yang akan diadakan Tzu Chi. “Senang bisa ikut berpartisipasi Waisak apalagi gabungan dengan sekolah-sekolah lain,” aku siswa jurusan akuntansi ini.
Memang, perayaan Waisak Tzu Chi ini cukup berbeda dengan perayaan Waisak yang pernah diikuti oleh William membuatnya semakin antusias. “Saya pribadi pengen tahu peringatan hari besar ini. Nggak terpaksa, ini kemauan saya sendiri,” ungkapnya. Meski merupakan pertama kalinya melakukan latihan, William mengaku bisa mengikuti setiap gerakan yang akan dilakukan. “Tidak ada kesulitan karena kita diarahkan kakak-kakaknya (relawan Tzu Chi-red) dengan baik,” ujar siswa yang genap berusia 16 tahun ini.
William (kiri) antusias mengikuti setiap gerakan yang diajarkan relawan Tzu Chi.
Hal senada juga disampaikan oleh Firanda (14), salah satu siswa SMP kelas 2 ini. Firanda mengaku ikut berpartisipasi juga atas keinginannya sendiri ingin mengetahui tata cara perayaan Waisak Tzu Chi. “Bangga bisa gabung dengan kakak-kakaknya (relawan Tzu Chi-red) dan sekolah lain,” akunya. Lain William, lain pula Firanda. Jika William tidak mengalami kesulitan dalam latihan kali ini, Firanda justru mengalami sedikit kendala saat melakukan pradaksina. “Nyrempet-nyrempet aja kakinya,” ucapnya tersenyum.
Firanda menuturkan bahwa dengan memperingati Waisak, ia dapat kembali merefleksikan perjuangan kisah Buddha Gautama dalam menemukan Dharma guna menyelamatkan semua mahkluk. “Waisak memperingati hari kelahiran Guru Agung (Siddharta Gautama),” ungkapnya. Selain memperingati kelahiran Sidharta Gautama, Waisak juga memperingati pencapaian pencerahan oleh pertapa Gautama dan Maha Parinibbana Buddha sehingga Waisak dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha.
Firanda (baris ketiga) bersama 150 siswa lainnya bersama-sama melakukan Pradaksina di lapangan Sekolah Tridharma Budhidaya, Penjaringan, Jakarta Utara.
Waisak yang pernah diikuti Firanda memang berbeda dengan Waisak yang diadakan Tzu Chi. Baginya dengan menjadi salah satu bagian formasi barisan di perayaan Waisak nanti, ia sudah merasakan bahwa Waisak Tzu Chi menekankan kerapian. “Lebih teratur, lebih disiplin dan dibutuhkan kerja sama,” pungkasnya. Ia juga berharap perayaan Waisak nanti dapat berjalan dengan lancar dan doa jutaan insan yang dilantunkan dapat memberikan kekuatan agar dunia terbebas dari bencana.