Insan Tzu Chi He Qi Selatan Berlatih
Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)Para relawan diarahkan sebelum memasuki ruang pelatihan oleh para relawan lainnya. Tujuannya adalah agar terbentuk keseragaman dan keindahan. |
| ||
Jing Ji Qing Cheng adalah lagu Li Fo (pemandian Buddha Rupang) yang mengiringi Ru Ing dan Agus Rijanto memimpin barisan para peserta pelatihan relawan abu putih di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di ITC Mangga Dua, 1 Agustus lalu. Bertema “Melakukan dengan Ikhlas dan Menerima dengan Sukacita”, dengan total 155 peserta, He Qi Selatan menggelar pelatihan dengan mendatangkan para relawan senior yang cukup memahami misi-misi Tzu Chi. Agus Rijanto kemudian mengajarkan bagaimana menghormat kepada Master Cheng Yen yang benar. Pewarisan Cinta Kasih dan Rasa Syukur Melanjutkan pelatihan, Drg. Linda Verniati, Sp.Ort (Spesialis Orthodontist) menjelaskan salah satu dari 4 misi utama Tzu Chi, yaitu misi kesehatan. “Mengapa Master Cheng Yen memulai misi kesehatan ?” tanyanya kepada para peserta. Tidak ada satu pun yang menjawab. “Ketika Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi, beliau ingin menghapus kemiskinan. Ada satu hal yang beliau sadari, menderita penyakit adalah sumber dari kemiskinan,” terang Linda. Tahun 1996, di Tangerang dimulailah baksos pertama yang melibatkan TIMA (Tzu Chi International Medical Association). Di tahun 2002, diresmikanlah Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih di Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Misi Kesehatan di Indonesia yaitu meliputi donor darah, bakti sosial kesehatan: mayor, minor, mata, umum dan gigi, dan Kasus. Harapan Master Cheng Yen terhadap misi kesehatan yaitu meningkatkan mutu pengobatan, meningkatkan budaya humanis dalam bidang pengobatan, mengajak para tenaga medis dan relawan memberikan cinta kasih tanpa pamrih, serta membangun teladan medis berlandaskan cinta kasih. Pengenalan Misi-Misi Tzu Chi
Ket : - Agus Rijanto memaparkan tata cara makan yang merupakan budaya kemanusiaan kepada 155 peserta pelatihan relawan abu putih. (kiri) Misi Budaya Kemanusiaan diisi dengan pembicara yang sudah sangat fasih dan luwes dalam bidang ini. “Tzu 人 yaitu akhlak yang dapat menjadi teladan, dan Chi æ–‡ adalah tinta emas dalam sejarah kehidupan umat manusia,” ujar Agus Rijanto. Budaya kemanusiaan Tzu Chi diwujudkan dalam bentuk Gan En æ„Ÿæ© (Saling Bersyukur/Berterima kasih), Zhun Zhong å°Šé‡ (Saling Menghormati/Menghargai), dan Ai æ„› (Saling Mengasihi) yang diterapkan dengan rasa syukur atau berterima kasih yang harus berasal dari lubuk hati yang tulus dan bukan hanya pada ucapan semata, maka hal ini akan dapat mengurangi ego dan melatih kerendahan hati, sehingga lebih dapat menghargai orang lain dan dengan sendirinya akan menampilkan kasih sayang yang sangat tulus. Cinta kasih yang tulus dapat membangkitkan cinta kasih di dalam hati setiap orang dan dapat menimbulkan resonansi atau tanggapan simpati yang dapat mempengaruhi setiap orang. Hanya dengan saling menghargai, baru dapat berpadu hati dan saling mensyukuri, dengan demikian baru kekuatan yang sangat besar dapat dibangkitkan. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat harus dapat bersyukur, menghargai dan kasih saying. Dengan adanya kasih sayang, semua orang akan saling menghargai dan jika dapat saling menghargai maka dengan sendirinya akan timbul rasa syukur di dalam hati. Budaya kemanusiaan diwariskan melalui penampilan relawan Tzu Chi dan buku-buku yang dijual di Jing-Si Books & Café. Ren wen zhen shan mei juga menjadi ujung tombak dari pewarisan budaya kemanusiaan. Hendrik Ng dan Apriyanto yang mewakili media cetak dan media elektronik Tzu Chi membabarkan 10 tahun berdirinya media Tzu Chi. Tim 3 in 1 yang terdiri dari foto, video, dan tulisan, saling melengkapi dan terus berjalan dalam mencatat jejak langkah Master Cheng Yen di Indonesia.
Ket : - "Mari Shixiong-Shijie, yang berminat untuk memotret,video atau menulis, datang saja ke Jing Si Books and Café setiap hari Jumat jam 6.30 malam. Kelasnya bervariasi," kata Wimala yang juga relawan dokumentasi ini berpromosi. (kiri) Wimala Sura, relawan 3 in 1 yang ikut sharing hari itu, turut membabarkan dan mengajak para relawan lainnya untuk dapat bergabung dengan tim 3 in 1 He Qi Selatan. “Mari Shixiong-Shijie, yang berminat untuk memotret, video atau menulis, tinggal datang saja ke Jing-Si Books & Café setiap hari Jumat, jam 6.30 malam. Kelasnya bervariasi. Dapat menghubungi Riani Shijie untuk informasi lebih lanjut. Mari bersama-sama mencatat jejak langkah Master Cheng Yen,” ujar Wimala. Sing Fu de Lian berarti wajah yang berbahagia. Lagu ini menceritakan bahwa seorang anak sedang mencari kebahagiaan, lalu sang ayah mengatakan bahwa kebahagiaan tidak perlu dicari karena kebahagiaan tersebut ada di dalam cermin, yaitu diri sendiri. Sang guru juga berkata bahwa keinginan seseorang berkurang, maka kebahagiaan semakin bertambah. Eva Wiyogo, salah seorang Komite He Qi Selatan, mengajarkan gerakan isyarat tangan lagu ini kepada seluruh peserta dan mereka dengan antusias mengikuti dengan sukacita. Pesan cinta kasih pelatihan abu putih kali ini adalah, “Dunia Tzu Chi, dengan hati penuh welas asih, melenyapkan penderitaan, menciptakan kebahagiaan, menanam kebajikan di lahan berkah, dan mewujudkan dunia yang penuh cinta kasih,” ujar Sudarmin Tak terasa, 8 jam pelatihan berlalu dengan penuh kegembiraan. “Gan en. Banyak manfaat yang bisa kita ambil. Kita jadi tahu bahwa misi Tzu Chi benar-benar dijalani dan bertujuan menyebarkan cinta kasih kepada semua orang,” ucap salah seorang peserta pelatihan terhadap pembimbingnya sebelum pulang dan menutup hari dengan sebuah senyuman. | |||