Inspirasi Bagi Orang Lain

Jurnalis : Veronika Usha , Fotografer : Veronika Usha
 
 

fotoSumaryono, atau yang akrab disapa dengan Asen ini mulai mengumpulkan sampah daur ulang di tempat ia senam, sejak lebih kurang satu tahun yang lalu.

Sekitar tahun 2008, saya mulai menyaksikan drama Ketika Gladiol Bersemi, di DAAI TV. Dari situ saya pikir, anak saya sekolah di luar negeri, saya berharap mereka juga berbakti kepada orang tua. Saya melihat drama yang mengangkat kisah nyata dari sebuah keluarga ini sangat baik, dan bisa memberikan pelajaran yang berharga bagi keluarga kami. Oleh karena itu saya ingin anak-anak saya menonton dan belajar dari drama ini.

Karena merasa sangat tertarik, saya dan istri langsung mencari DVD drama tersebut dengan menghubungi DAAI TV. Namun setelah beberapa kali mencoba menelepon, kami belum juga dapat tersambung. Hingga akhirnya seorang agen asuransi keluarga yang datang berkunjung ke rumah kami, menyarankan saya dan istri untuk datang ke Toko Buku Jing Si di Kelapa Gading. “Saya juga suka menonton DAAI TV. Siarannya sangat bagus, kalau ibu dan bapak mau membeli DVD dramanya, coba kalian cari di Jing Si Books and Café Kelapa Gading,” ucapnya.

Di Jing Si Books dan Café, jalinan jodoh keluarga saya dengan Tzu Chi pun semakin berkembang. Dari sana kami tahu bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berkantor pusat di daerah Mangga Dua, Jakarta Utara. Sebenarnya kami mungkin pernah melihat yayasan ini, ketika tengah berjalan-jalan di ITC Mangga Dua. Tapi kami menolak untuk bergabung, karena saat itu kami tidak percaya dengan yayasan ini dan takut untuk diminta sumbangan.

Sempat Merasa Tersinggung
Semakin saya menyaksikan DAAI TV, keinginan untuk bergabung dengan Tzu Chi pun semakin kuat, dan pertengahan tahun 2008, akhirnya saya dan istri memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi, yang kebetulan saat itu sudah memiliki pusat kegiatan di Kelapa Gading.

Tidak lama setelah saya bergabung, saya diminta untuk bertanggung jawab sebagai pengurus fungsional di kegiatan pelestarian lingkungan. Awalnya saya sempat merasa tersinggung. Saya berpikir, mengapa teman-teman relawan lain mendapat bagian yang baik-baik, sedangkan saya harus bertanggung jawab terhadap sampah?

foto  foto

Ket : - Apa yang dilakukan oleh Asen ternyata menginspirasi beberapa orang untuk turut serta menjaga               lingkungan dengan melakukan mencari sampah daur ulang di daerah Pasar Mandiri, Kelapa Gading.               (kiri)
           - Kerena semakin lama sampah yang dikumpulkan jumlahnya semakin banyak, maka Asen pun akhirnya              memilih untuk membawa mobil dengan bak terbuka untuk membawanya. (kanan)

Hal ini terjadi karena waktu itu saya belum memahami apa itu pelestarian lingkungan, kegiatan daur ulang sampah, dan belum mengerti dengan baik ajaran Master Cheng Yen. Tapi setelah saya mendalami Tzu Chi melalui tayangan-tanyangan DAAI TV dan ceramah Master Cheng Yen, saya semakin menyelami dan memahami bahwa sampah ini adalah emas yang bisa membantu masyarakat yang membutuhkan.

Dari situ saya mulai melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Seperti apa yang Master katakan “Lakukan saja”, saya pun mulai mengumpulkan sampah daur ulang ketika senam pagi (sekitar pukul 06.00 pagi) hingga usai senam. Berbekal sebuah karung, saya mulai memungut satu demi satu botol-botol minuman ringan yang berserakan di tempat senam.

Berawal dari tempat senam, lama-kelamaan kegiatan mengumpulkan sampah daur ulang pun meluas di sekitar Pasar Mandiri, Kelapa Gading. Selain mengumpulkan sampah daur ulang yang ada di jalanan, saya juga mulai berkunjung ke toko-toko di Pasar Mandiri untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang sampah.

Semakin lama, donatur sampah saya semakin bertambah, bahkan tidak jarang mereka datang sendiri ke lokasi tempat senam untuk mengantarkan sampah mereka kepada saya. Karena sampah yang terkumpul makin lama makin banyak, akhirnya saya memutuskan untuk membawa sebuah mobil pick up (mobil dengan bak terbuka) untuk menampungnya. Jadi warga tinggal memasukkan sampah mereka ke mobil saya, lebih mudah dan efisien kan!

Selain mengumpulkan sampah daur ulang, saya dan istri juga mulai membuat enzim dari sampah kulit buah. Lebih kurang 4 bulan kami memulai kegiatan ini. Biasanya saya mengumpulkan kulit buah dari pasar, setelah itu Afong yang akan mengolahnya. Enzim ini sangat berguna untuk tanaman. Selain berguna untuk menyuburkan tanaman, mencuci pakaian, atau mengepel lantai, proses pembuatannya juga mudah dan tidak menimbulkan bau yang kurang sedap. Justru wanginya seperti buah-buahan.

foto  foto

Ket : - Tidak hanya mengumpulkan sampah daur ulang, Asen dan Afong, sang istri juga mulai membuat enzim            dari sampah kulit buah. (kiri)
         - Asen berharap, semakin banyak masyarakat yang lebih peduli terhadap lingkungan, maka bumi ini akan            semakin terjaga kelestariannya. (kanan)

Tularkan Kebiasaan Baik

Melihat apa yang saya lakukan, beberapa teman senam saya pun mulai bertanya, “Ngapain sih, buang-buang tenaga kumpulin sampah?” Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menjelaskan betapa pentingnya melakukan daur ulang demi menjaga bumi ini. Setelah mendengarkan penjelasan yang saya utarakan, lama kelamaan mereka mulai bersedia ikut mengumpulkan sampah bersama saya. Bahkan salah satu relawan, Enzi Shijie rutin memberikan sampah daur ulang yang sudah dipilah, dan benar-benar bersih dalam jumlah yang cukup besar.

Awalnya memang sulit meyakinkan para warga untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Mungkin banyak dari mereka yang merasa memiliki harga diri begitu tinggi, sehingga menjadi enggan dan malu melakukannya. Tapi setelah mereka tahu manfaat dari kegiatan ini, yang tidak hanya membuat bumi terjaga, tapi juga melatih diri sendiri, dan membuat badan menjadi lebih sehat, mereka pun kini sangat antusias melakukannya. Sekarang justru mereka yang komplain kalau sampah di rumahnya belum diambil.

Selain kepada para warga, saya juga menularkan kebiasaan baik ini kepada anak-anak dan para karyawan saya. Saat ini, walaupun mereka (anak-anak) tinggal di luar negeri tapi mereka sudah terbiasa untuk memilah sampah di tempat mereka masing-masing. Setiap hari, Master Cheng Yen ingin kita terus menolong bumi ini, oleh karena itu kita harus terus lebih giat. Karena tidak hanya menolong bumi, tapi juga melatih diri, dan berbuat amal dengan meringankan penderitaan orang lain.

  
 
 

Artikel Terkait

Mari, Berbagi untuk Sesama

Mari, Berbagi untuk Sesama

13 Agustus 2010 Sabtu pagi yang cerah 17 Juli 2010, bertempat di kantor pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, para relawan Tzu Chi Perwakilan He Qi Selatan tengah sibuk mempersiapkan kegiatan donor darah, yang menjadi agenda rutin dalam jangka waktu 3 bulan sekali.
Kegiatan Posyandu dan Pemberian Vitamin A yang Selalu Ditunggu Warga dan Anak-anak

Kegiatan Posyandu dan Pemberian Vitamin A yang Selalu Ditunggu Warga dan Anak-anak

10 Maret 2022

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas di Xie Li Indragiri menggelar kegiatan posyandu, penyuluhan, serta pemberian vitamin A bagi 54 balita di Desa Pebenaan, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Kalahkan Ketakutan dan Tak Menyia-nyiakan Kesempatan

Kalahkan Ketakutan dan Tak Menyia-nyiakan Kesempatan

28 November 2016

Sugiharto Widjaja (40 tahun) berjuang mengalahkan ketakutannya terhadap jarum suntik saat mengikuti donor darah di Tzu Chi School Pantai Indah Kapuk Jakarta 27 November 2016. Sugiharto Widjaja pun mendapatkan pelajaran agar tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan hanya karena kerisauan.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -