Inspirasi Bagi Orang Lain
Jurnalis : Veronika Usha , Fotografer : Veronika UshaSumaryono, atau yang akrab disapa dengan Asen ini mulai mengumpulkan sampah daur ulang di tempat ia senam, sejak lebih kurang satu tahun yang lalu. |
| ||
Karena merasa sangat tertarik, saya dan istri langsung mencari DVD drama tersebut dengan menghubungi DAAI TV. Namun setelah beberapa kali mencoba menelepon, kami belum juga dapat tersambung. Hingga akhirnya seorang agen asuransi keluarga yang datang berkunjung ke rumah kami, menyarankan saya dan istri untuk datang ke Toko Buku Jing Si di Kelapa Gading. “Saya juga suka menonton DAAI TV. Siarannya sangat bagus, kalau ibu dan bapak mau membeli DVD dramanya, coba kalian cari di Jing Si Books and Café Kelapa Gading,” ucapnya. Di Jing Si Books dan Café, jalinan jodoh keluarga saya dengan Tzu Chi pun semakin berkembang. Dari sana kami tahu bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berkantor pusat di daerah Mangga Dua, Jakarta Utara. Sebenarnya kami mungkin pernah melihat yayasan ini, ketika tengah berjalan-jalan di ITC Mangga Dua. Tapi kami menolak untuk bergabung, karena saat itu kami tidak percaya dengan yayasan ini dan takut untuk diminta sumbangan. Sempat Merasa Tersinggung Tidak lama setelah saya bergabung, saya diminta untuk bertanggung jawab sebagai pengurus fungsional di kegiatan pelestarian lingkungan. Awalnya saya sempat merasa tersinggung. Saya berpikir, mengapa teman-teman relawan lain mendapat bagian yang baik-baik, sedangkan saya harus bertanggung jawab terhadap sampah?
Ket : - Apa yang dilakukan oleh Asen ternyata menginspirasi beberapa orang untuk turut serta menjaga lingkungan dengan melakukan mencari sampah daur ulang di daerah Pasar Mandiri, Kelapa Gading. (kiri) Hal ini terjadi karena waktu itu saya belum memahami apa itu pelestarian lingkungan, kegiatan daur ulang sampah, dan belum mengerti dengan baik ajaran Master Cheng Yen. Tapi setelah saya mendalami Tzu Chi melalui tayangan-tanyangan DAAI TV dan ceramah Master Cheng Yen, saya semakin menyelami dan memahami bahwa sampah ini adalah emas yang bisa membantu masyarakat yang membutuhkan. Dari situ saya mulai melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Seperti apa yang Master katakan “Lakukan saja”, saya pun mulai mengumpulkan sampah daur ulang ketika senam pagi (sekitar pukul 06.00 pagi) hingga usai senam. Berbekal sebuah karung, saya mulai memungut satu demi satu botol-botol minuman ringan yang berserakan di tempat senam. Berawal dari tempat senam, lama-kelamaan kegiatan mengumpulkan sampah daur ulang pun meluas di sekitar Pasar Mandiri, Kelapa Gading. Selain mengumpulkan sampah daur ulang yang ada di jalanan, saya juga mulai berkunjung ke toko-toko di Pasar Mandiri untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang sampah. Semakin lama, donatur sampah saya semakin bertambah, bahkan tidak jarang mereka datang sendiri ke lokasi tempat senam untuk mengantarkan sampah mereka kepada saya. Karena sampah yang terkumpul makin lama makin banyak, akhirnya saya memutuskan untuk membawa sebuah mobil pick up (mobil dengan bak terbuka) untuk menampungnya. Jadi warga tinggal memasukkan sampah mereka ke mobil saya, lebih mudah dan efisien kan! Selain mengumpulkan sampah daur ulang, saya dan istri juga mulai membuat enzim dari sampah kulit buah. Lebih kurang 4 bulan kami memulai kegiatan ini. Biasanya saya mengumpulkan kulit buah dari pasar, setelah itu Afong yang akan mengolahnya. Enzim ini sangat berguna untuk tanaman. Selain berguna untuk menyuburkan tanaman, mencuci pakaian, atau mengepel lantai, proses pembuatannya juga mudah dan tidak menimbulkan bau yang kurang sedap. Justru wanginya seperti buah-buahan.
Ket : - Tidak hanya mengumpulkan sampah daur ulang, Asen dan Afong, sang istri juga mulai membuat enzim dari sampah kulit buah. (kiri) Tularkan Kebiasaan Baik Melihat apa yang saya lakukan, beberapa teman senam saya pun mulai bertanya, “Ngapain sih, buang-buang tenaga kumpulin sampah?” Kesempatan ini saya manfaatkan untuk menjelaskan betapa pentingnya melakukan daur ulang demi menjaga bumi ini. Setelah mendengarkan penjelasan yang saya utarakan, lama kelamaan mereka mulai bersedia ikut mengumpulkan sampah bersama saya. Bahkan salah satu relawan, Enzi Shijie rutin memberikan sampah daur ulang yang sudah dipilah, dan benar-benar bersih dalam jumlah yang cukup besar.Awalnya memang sulit meyakinkan para warga untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Mungkin banyak dari mereka yang merasa memiliki harga diri begitu tinggi, sehingga menjadi enggan dan malu melakukannya. Tapi setelah mereka tahu manfaat dari kegiatan ini, yang tidak hanya membuat bumi terjaga, tapi juga melatih diri sendiri, dan membuat badan menjadi lebih sehat, mereka pun kini sangat antusias melakukannya. Sekarang justru mereka yang komplain kalau sampah di rumahnya belum diambil. Selain kepada para warga, saya juga menularkan kebiasaan baik ini kepada anak-anak dan para karyawan saya. Saat ini, walaupun mereka (anak-anak) tinggal di luar negeri tapi mereka sudah terbiasa untuk memilah sampah di tempat mereka masing-masing. Setiap hari, Master Cheng Yen ingin kita terus menolong bumi ini, oleh karena itu kita harus terus lebih giat. Karena tidak hanya menolong bumi, tapi juga melatih diri, dan berbuat amal dengan meringankan penderitaan orang lain. | |||
Artikel Terkait
Pengalaman Berkesan Bagi Bhante Buddharakkita Saat Kunjungi Tzu Chi Center
22 Desember 2023Bhante Buddharakkita asal Uganda, Afrika Timur mengaku sangat bahagia akhirnya dapat berkunjung ke Tzu Chi Center PIK, Jakarta Rabu 20 Desember 2023. Sudah lama Bhante Buddharakkita mendengar kiprah Tzu Chi Indonesia.
Banjir Jakarta: Nasi Bungkus untuk Warga Rusun Cinta Kasih
19 Januari 2013Anak Kini Ceria, Sedih pun Sirna
19 Juni 2020Kabar menggembirakan datang dari Muhammad Qori, seorang balita difabel dan menderita gizi buruk yang dibantu secara jangka panjang oleh Tzu Chi sejak Februari 2019. Tumbuh kembang Qori cukup signifikan. Selain kenaikan berat badan, secara fisik Qori pun lebih kuat.