Inspirasi dalam Ramah Tamah Relawan Tzu Chi di Aceh

Jurnalis : Ronaldo (Tzu Chi Aceh) , Fotografer : Ronaldo (Tzu Chi Aceh)

Aida Angkasa menceritakan pengalamannya menjadi tim tanggap darurat Tzu Chi yang memberikan bantuan pascatsunami Aceh 20 tahun yang lalu.

Bulan Desember 2024 merupakan bulan yang istimewa bagi relawan Tzu Chi Aceh. Selain mengenang peristiwa bencana alam tsunami yang terjadi 20 tahun lalu di bumi Serambi Mekkah, Tzu Chi Aceh kedatangan tamu relawan dari berbagai kota di Indonesia antara lain Sumatera Utara yakni Medan, Binjai dan sekitarnya, serta relawan dari Jakarta.   
      
Sebanyak 56 relawan mulai berkumpul di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Banda Aceh di Jalan Khairil Anwar guna mengikuti acara ramah tamah pada Kamis, 12 Desember 2024. Acara dimulai dengan makan malam bersama dan berlangsung hangat layaknya sebuah keluarga besar. Huicin Sukimin memandu acara ini.

Aida Angkasa, menceritakan pengalamannya menjadi relawan tanggap darurat saat peristiwa tsunami 2004 silam.“Saya berharap semoga Aceh bisa lebih maju lagi, saya menetap di Aceh sudah 4 Tahun, berbagai macam pengalaman telah saya hadapi tetapi saya berpegang teguh dengan kata-kata Master Cheng Yen,” tuturnya penuh semangat.

Like menularkan sukacitanya ketika bergabung menjadi relawan Tzu Chi pada Tahun 1998.

Like Hermansyah Ketua He Xin 2 juga berbagi pengalamannya selama menjadi relawan Tzu Chi. Like menjadi relawan Tzu Chi pada tahun 1998, tahun di mana terjadi kerusuhan 98. Seiring berjalannya waktu Like merasakan perubahan di dalam dirinya setelah menjadi relawan Tzu Chi, di antaranya menjadi tidak mudah emosi ketika berinteraksi dengan orang lain.

“Dulu tidak ada satu orang pun yang berani memarahi saya. Tetapi di Tzu Chi saya dimarahi oleh relawan lain, di situ lah saya mulai belajar menerima satu persatu dan seiring berjalannya waktu saya pelan-pelan merubah diri dengan belajar dari kata-kata Master Cheng Yen.” Ucapnya dengan bahagia. Like memberi pesan agar relawan di Aceh lebih giat, bersemangat untuk menggalang hati lebih banyak orang lagi.

Yang Pit Lu yang akrab disapa Lulu juga berbagi kisahnya. Jalinan jodoh Lulu dengan Tzu Chi dimulai ketika ibunya sakit dan berada di Amerika. Sebagai anak yang berbakti, Lulu mencarikan ibunya sebuah yayasan Buddhist agar ibunya belajar filosofi Buddha lebih dalam. Dari tekad tersebut membuka jalinan jodoh Lulu dengan Tzu Chi. Tzu Chi adalah yayasan yang ia cari.

Waktu berlalu, Lulu merasakan bahwa relawan Tzu Chi di Amerika Serikat sangat bersungguh hati mengunjungi ibunya. Tergeraklah hati Lulu untuk menjadi relawan. Perubahan yang dirasakan Lulu adalah lebih bisa menahan emosi dan meminta maaf.

Huicin tak kuasa menahan air mata menceritakan perhatian Yang Pit Lu kepadanya selama berjuang untuk sembuh.

“Dulu saya pernah berseteru dengan relawan lain. Saya mendengar ceramah Master Cheng Yen yang mengatakan bahwa kita harus memaafkan orang lain dengan memaafkan orang lain maka kita berhenti menyakiti diri sendiri. Karena membenci orang adalah wujud dari menyakiti diri sendiri. Mengapa demikian? Karena saat kita membenci orang perasaan jiwa kitalah yang sedang kita siksa, ketika memaafkan orang lain di situ kita berhenti menyakiti diri sendiri, inilah seuntai nasihat Master Cheng Yen yang saya ingat hingga sekarang” Ujar Yang Pit Lu. Yang Pit Lu berharap Tzu Chi Aceh bertambah relawannya dari sekarang 150an orang menjadi 500 orang tahun mendatang.

Huicin sebagai pembawa acara merasa terharu dengan kehangatan dari relawan yang berasal dari dalam maupun luar Aceh. Ia merasa Tzu Chi bak keluarga. “Dulu ketika saya sakit, Lulu shijie menyemangati saya yang notabene saya tidak mengenal beliau tetapi beliau selalu menyemangati saya untuk sembuh dari penyakit ini dan lebih semangat menjalani kehidupan. Tzu Chi merupakan sarana menggarap ladang berkah bersama-sama dengan relawan lain.” Jelas Huicin meringkas acara ramah tamah tersebut.

Acara dilanjutkan dengan pembagian suvenir yakni gantungan bertuliskan huruf Han Zi “Ping An” yang bermakna tenteram sentosa. Relawan pulang dengan membawa pulang ilmu serta inspirasi. Ira Nova, salah satu relawan baru merasakan kehangatan dan kekompakan relawan Tzu Chi Aceh.

“Saya sangat terharu dengan kebersamaan ini, bisa berbaur dengan relawan lain tanpa perbedaan. Ini menjadi pengalaman hidup saya yang tidak akan saya lupakan,” Ujarnya.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Menebar Kasih Menggalang Hati di Tanjung Morawa

Menebar Kasih Menggalang Hati di Tanjung Morawa

26 Februari 2018
Tzu Chi Medan mengadakan acara ramah tamah di Kito Convention Hall, Tanjung Morawa, Selasa 20 Februari 2018. Selama setahun ini warga Tanjung Morawa sangat bersungguh hati mengumpulkan barang daur ulang.
My Dream: Ramah Tamah Jelang pementasan

My Dream: Ramah Tamah Jelang pementasan

28 Juli 2017

Menjelang pementasan pada esok hari, Sabtu dan juga Minggu, rombongan My Dream melakukan gathering dan ramah tamah bersama tim DAAITV, relawan Tzu Chi, pengusaha, dan tamu undangan. Selama di Indonesia, tim My Dream merasakan cinta kasih dan perhatian insan Tzu Chi yang sangat berkesan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pemainnya, Wei Jing Yang.

Ramah Tamah, Semangat dan Harapan di Tahun 2022

Ramah Tamah, Semangat dan Harapan di Tahun 2022

05 Januari 2022

Relawan komunitas He Qi Utara 2 mengadakan Gathering Gan En Hu (penerima bantuan khusus Tzu Chi) secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat pada 2 Januari 2022.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -