Inspirasi dari Budi Pekerti
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Lo Wahyuni (He Qi Utara)Anak-anak dengan berani dan bersemangat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan relawan.
Minggu, 24 April 2016, bertempat di Jing Si Books & Café Pluit berlangsung Kelas Budi Pekerti Tzu Chi tingkat Qing Zi Ban (usia 5 – 8 tahun). Sebanyak 18 siswa hadir berbaris teratur di kelompoknya masing-masing. Hari itu, relawan membagi siswa menjadi 4 kelompok: Zhi Zu (puas diri), Gan En (bersyukur), Shan Jie (pengertian) dan Bao Rong (memaafkan). Masing-masing kelompok dibimbing oleh para dui fu mama (relawan pendidikan).
Mengangkat tema Mencari Harta Karun, kelas budi pekerti dikemas sederhana dengan tujuan untuk menanamkan budi pekerti bagi siswa. “Agar mereka dapat menjaga kepercayaan serta dapat menepati janii yang sudah diucapkan kepada orang lain dan juga agar mereka dapat menyayangi semua makhluk hidup,” ucap relawan.
Acara dimulai dengan peragaan isyarat tangan berjudul Sahabat yang Riang Gembira (Kuai Le Te Peng Yu) yang dipimpin oleh Airu, relawan Komite Tzu Chi. Alunan musik nan ceria mengiringi anak-anak yang memeragakan isyarat tangan di atas podium. Gerakan ini juga diikuti oleh murid lainnya dan para Dui fu (relawan pendamping) Mama dengan penuh sukacita. Acara kemudian dilanjutkan dengan pelajaran bahasa Mandarin selama 15 menit dan murid-murid belajar melafalkan kata demi kata yang diajarkan oleh relawan Tzu Chi, Candy, dengan penuh antusias.
Isyarat tangan berjudul Sahabat yang Riang Gembira diajarkan di Kelas Budi Pekerti (Qin Zi Ban) pada Minggu, 24 April 2016.
Anak-anak juga belajar bahasa Mandarin yang dibimbing oleh relawan Tzu Chi, Candy.
Selama 30 menit anak-anak kemudian melakukan diskusi kelompok untuk membahas materi yang diberikan. Ada 4 buah pertanyaanm seperti ketika anak-anak sedang bermain dan melihat seorang teman yang jatuh, apakah anak-anak ini akan menolong dan menghiburnya atau tidak peduli pada teman dan terus bermain? Lalu juga ada pertanyaan ketika di taman kamu menemukan serangga yang lucu, kamu akan menangkapnya atau tetap membiarkan serangga itu hidup bebas di alam terbuka. Setiap kelompok menunjuk salah seorang anak sebagai juru bicaranya.
Kevin Vincenzo (6) yang mewakili kelompok Bao Rong maju ke podium dan berbicara dengan suara yang lantang, “Kupu-kupu itu lucu, hanya boleh dilihat saja dan harus dibiarkan terbang, supaya dia bisa hidup bebas bergembira.” Jawaban anak kelas 1 sekolah dasar ini sontak mengundang tepuk tangan meriah para relawan. Kevin sendiri adalah pemirsa setia DAAI TV. Master Cheng Yen bercerita merupakan program favoritnya. “Kevin inget pesan Popo (nenek), ‘semua binatang itu harus disayang’. Di rumah Kevin juga lebih suka makan sayuran,“ pungkasnya.
Perubahan Positif
“Dulu Gea Angelica (8) tabiatnya jelek dan kalo marah sering banting-banting barang. Sejak Gea ikut kelas budi pekerti (tiga kali pertemuan-red) sifatnya sudah mulai berubah. Sekarang Gea tidak lagi membanting barang-barang kalo marah,” ungkap Istiroqah (32), ibunda Gea. Ibu dua orang anak ini sekarang bisa bernafas lega melihat perubahan positif sang anak. “Gea semangat sekali kalau mau ke Tzu Chi, jam 5 pagi sudah bangun dan minta segera diantar ke sini. Saat berdoa saya bersyukur sekali bisa mengenal Tzu Chi, keluarga hidup lebih tenang. Semoga Gea bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan berguna bagi masyarakat,“ harap Istiroqah dengan senyuman menutup wawancara.
Kelas budi pekerti ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk menanamkan pendidikan moral yang baik, sehingga anak-anak ini dapat menemukan harta karun yang sesungguhnya, yang terpendam di dalam diri mereka sendiri, dalam bentuk tingkah laku, moral, dan welas asih. Harta karun ini tidaklah ternilai harganya dan sangat berguna sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupan di masyarakat kelak.
Artikel Terkait
Menjalin Silaturahmi dengan Pondok Pesantren Hidayatullah
18 September 2018Mewariskan Cinta Kasih dan Rasa Syukur Melalui Pendidikan
06 Januari 2015Bertenggang Rasa Terhadap Sesama
10 Oktober 2018Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang pentingnya setiap orang bertenggang rasa. Banyak sekali manfaat jika setiap orang saling bertenggang rasa terhadap sesama, seperti hidup rukun dan damai, saling peduli dan tercipta kesatuan.