Inspirasi dari Pintu ke Pintu
Jurnalis : Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Relawan Tzu Chi PekanbaruMinggu, 21 Februari 2016, sebanyak 17 siswa kelas budi pekerti hadir di Kelas Budi Pekerti Qinziban. Pada kesempatan tersebut mereka menjalin jodoh baik dengan masyarakat di kompleks perumahan melalui pembagian gantungan apel ping an, poster kata perenungan, celengan dan buletin Tzu Chi.
Tahun Baru Lunar atau biasa disebut Tahun Baru Imlek pada umumnya membawa kegembiraan dan keceriaan terutama bagi anak-anak. Orang-orang akan saling mengucapkan kata-kata yang mengandung harapan baik.
Minggu, 21 Februari 2016, sebanyak 17 siswa kelas budi pekerti hadir dalam pertemuan kedelapan Kelas Budi Pekerti Qinziban. Pertemuan kelas kali ini sedikit berbeda dengan biasanya. Jika biasanya siswa kelas budi pekerti belajar di dalam ruangan, kali ini ruang belajar mereka adalah di luar ruangan yakni di sekitar kompleks perumahan yang ada di jalan Tamtama dan jalan Lili.
Pada kesempatan tersebut mereka menjalin jodoh baik dengan masyarakat di kompleks perumahan melalui pembagian gantungan apel ping an, poster kata perenungan, celengan dan buletin Tzu Chi. Hari itu, orang tua dari siswa kelas budi pekerti juga mengenakan rompi relawan Tzu Chi bersama dengan relawan mendampingi anak-anaknya dalam menjalin jodoh baik.
Menjelang pukul 08.30 pagi, siswa kelas budi pekerti sudah mulai berkumpul di rumah Yanti, salah satu relawan pendidikan. Walau pertemuan kali ini lebih pagi dari biasanya, namun mereka tetap terlihat segar.
Para siswa berinteraksi dengan baik dengan pemilik rumah. Mereka menampilkan kesopanan dan budaya humanis Tzu Chi sehingga pemilik rumah merespon dengan baik kedatangan mereka.
Relawan pendamping aktif menjelaskan poster kata perenungan dan celengan.
Saatnya Menjalin Jodoh Baik
Setelah kelas dimulai, Tishe, salah satu relawan pendidikan kemudian menjelaskan makna gantungan apel bertuliskan ping an, dua macam poster kata perenungan, celengan dan buletin Tzu Chi yang dipakai untuk menjalin jodoh baik.
Tishe juga membekali siswa dengan kata-kata dan harapan baik yang sederhana untuk diucapkan saat berkunjung dalam bahasa mandarin, seperti: semoga semuanya sehat dan selamat sejahtera. Dengan kompak dan bersemangat siswa bersama-sama mengikuti Tishe shijie mengucapkan kata-kata harapan baik tersebut.
Sekitar pukul 09.35 WIB, dengan dibagi dalam empat grup, mereka mulai melangkahkan kaki menuju rumah-rumah. Ada beberapa rumah yang menerima kunjungan dari anak-anak kemudian memberikan angpao kepada mereka, bahkan ada satu warga yang membagikan angpao tidak hanya kepada siswa, tapi juga kepada relawan dan orang tua siswa. Walau relawan dan orang tua sudah menolak, namun pemilik rumah mengatakan bahwa ini hanya tanda zhufu (berkah). Oleh relawan dan orang tua siswa, angpao tersebut kemudian disumbangkan ke Tzu Chi.
Anak-anak bisa menampilkan kesopanan saat berkunjung dan saat relawan maupun orang tua mengarahkan untuk bersama sama mengucapkan zhufu. Siswa bisa dengan kompak dan mengucapkan kata-kata harapan baik dengan jelas. Pemilik rumah pun tampak senang menerima zhufu dari siswa. Mereka juga membungkukkan badan sembari beranjali mengucapkan gan en kepada pemilik rumah. Selama lebih kurang satu jam, akhirnya keempat grup kembali ke rumah Yanti.
Siswa juga menempelkan poster kata perenungan dikala pemilik rumah telah memberikan izin.
Santi (baju garis), yang merupakan salah satu orang tua dari siswa kelas budi pekerti merasa senang. ia menilai melalui kegiatan ini anak-anak bisa terbuka dengan orang lain dan bisa lebih percaya diri.
Berbagi Kesan
Setelah istirahat dan melepas lelah, semuanya berkumpul kembali untuk sharing bersama. Mereka masih cukup bersemangat walau telah berjalan selama lebih kurang 1 jam.
Santi, salah satu orang tua dari siswa mengungkapkan bahwa dirinya merasa bahagia, karena melalui kegiatan seperti ini dapat melihat anak-anak bisa terbuka dengan orang lain dan anak-anak menjadi lebih percaya diri. Helen, salah satu relawan pendamping juga mengungkapkan perasaan senang bisa membawa siswa, apalagi mereka bersedia ikut mengucapkan kata-kata baik dan bersemangat.
Relawan pun berpesan kepada siswa agar setiap hari bisa mengucapkan kata-kata zhufu yang telah mereka pelajari hari itu dan berharap para orang tua bisa merespon kata-kata dari anak-anaknya dengan baik pula.
Setelah kelas selesai, para relawan pendamping duduk bersama untuk saling berbagi perasaan. Mereka menuangkan perasaan yang berbeda-beda. “Semua siswa baik dan bisa diarahkan. Saat melihat orang lain senang, kita pun ikut senang. Orang tua juga cukup aktif bahkan ada yang juga ikut mengenalkan kelas budi pekerti,” ungkap Yuli. “Para siswa bersemangat dan pemilik rumah juga memberi respon yang baik,” tambah Miki yang juga satu grup dengan Yuli. “Yang lebih penting adalah orang tua bisa ikut membantu mengarahkan dan membimbing anaknya,” papar Olievia.
Artikel Terkait
Menanamkan Sikap Tanggung Jawab
21 Oktober 2019Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi (Tzu Shao, setingkat SMA) pada Minggu 13 Oktober 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 28 orang peserta.
Belajar Menghargai Perjuangan Orang Tua
23 Mei 2018Menghargai Diri Sendiri
02 Oktober 2020Para xiao phu sa diajak untuk menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kita tidak harus pandai dalam segala hal. Apa yang menjadi kekurangan kita, harus kita pelajari sehingga kita bisa. Dan apa yang menjadi kelebihan kita, harus kita kembangkan lagi dengan lebih berguna.