Inspirasi Luar Biasa dari Rumah Sakit Xindian

Jurnalis : Novita Natalia, Lo Wahyuni (He Qi Utara 2), Fotografer : Rel. He Qi Utara 2


Para relawan Tzu Chi bernyanyi dan menyambut para pengunjung RS Xindian (Novita - paling kanan).

Perjalanan pulang kampung  halaman batin dimulai dari tanggal 30 Agustus 2019.  Setelah acara Pelatihan 4 in 1 selesai pada tanggal 4 September 2019, para relawan dari beberapa kota di Indonesia  diantaranya: Cucu, Hioe Ay Ching , Inge , Michelle , Feny,  dan Novita Natalia mendaftarkan  diri mereka sebagai  relawan rumah sakit dari tanggal 5 - 7 September 2019.

Rumah Sakit Tzu Chi  tersebut adalah  Xindian yang  berlokasi di New Taipei City. Rumah sakit yang dibangun pada 8 Mei 2005 ini memiliki 18 lantai. “Keren, saya  sangat terkesan dengan RS Xindian, sebuah rumah sakit yang menjadi teladan bagi kami semua,”  kata Novita Natalia, relawan abu putih dari Hu Ai Pluit saat sharing dalam kegiatan bedah buku pada 10 September 2019 di Pluit Barat, Jakarta Utara.

Setiap hari RS Xindian  selalu dipenuhi pengunjung dan pasien yang mau berobat. Ada sekitar 200 orang relawan  Tzu Chi yang datang membantu secara bergantian.  Adapun tugas dari para relawan tersebut  adalah menyapa pasien yang datang, bernyanyi menghibur pasien, mempersiapkan Feng Cha (Penyeduhan Teh)  kepada para dokter, pasien, dan keluarganya. Para relawan Tzu Ch ini selalu menyapa pasien yang datang, dan berkata 祝福你 Zhu Fu Ni”  kepada pasien yang meninggalkan rumah sakit ini.


Menyiapkan penyeduhan teh (feng cha) kepada pengunjung dan pasien.

Kalau tugas dokter adalah menyembuhkan tubuh pasien maka tugas relawan adalah menyembuhkan batin pasien. “Jadi ini benar-benar rumah sakit yang menyembuhkan luka lahir dan batin,” kata Novita.

Suasana di Rumah Sakit Xindian tidak seperti rumah sakit pada umumnya, yaitu tidak tercium bau disinfektan. Yang menjadi ciri khas lainnya adalah alunan musik di lobi dan senyuman manis dari relawan selalu hadir menyambut setiap pasien yang datang. Dengan begitu, pasien dan para pengunjung yang datang batinnya menjadi terhibur dan merasa tenang.

Setiap hari sebelum kamar pasien dibuka,  para relawan  akan berkumpul untuk berdoa bersama dengan keluarga pasien. Dengan berdoa yang tulus ini,  tampak ada keluarga pasien yang awalnya tidak  peduli, akhirnya pun terlihat sempat mencucurkan air mata karena terharu. Selain menyembuhkan hati pasien, tugas utama relawan pemerhati  juga menjaga dan memberikan cinta kasih kepada para dokter, suster, dan staf rumah sakit. Tzu Cheng Papa dan Yi De Mama adalah relawan yang rutin datang di rumah sakit ini dan memberikan perhatian juga kepada seluruh staf rumah sakit.

Ciri Khas di RS Xindian
Beberapa Kegiatan yang dilakukan para relawan rumah sakit adalah mengukur tensi pasien, menyuguhkan teh, berjaga di UGD, atau di kamar pasien, berjaga pintu depan, berjaga di wheelchair station (tempat kursi roda),  memperbaiki bangunan rumah sakit,  dan menjaga keindahan taman rumah sakit sehingga selalu tampak indah dan menarik.


Para Da Ai Mama menyuguhkan teh kepada pasien di RS Xindian.

Sesuatu yang menjadi ciri khas di sini adalah budaya humanis Tzu Chi juga ditampilkan di RS Xindian.  Ada relawan kaligrafi, relawan dekorasi yang merangkai bunga, dan relawan  yang bermain alat musik. Sungguh pemandangan  yang sangat berkesan.

Dr. Zhao Yuan Zhang, Kepala RS Xindian mengatakan  bahwa para relawan  Tzu Chi adalah oksigen di dalam rumah sakit ini, tanpa keberadaan relawan, rumah sakit akan menjadi hampa. Relawan adalah teladan, dan dengan keteladanan ini maka dapat terjadi sirkulasi jalinan jodoh dan cinta kasih yang terjalin dengan baik. “Hal terpenting adalah relawan harus mengetahui cara melindungi diri sendiri. Sebelum membantu orang, kita perlu melindungi diri sendiri. Seperti  mencuci tangan, menggunakan masker, menggunakan cairan disinfektan (anti kuman). Jadi  Melindungi diri sendiri juga sama dengan melindungi orang lain,” kata Dr. Zhao Yuan Zhang.

Bertugas sebagai relawan di Rumah Sakit Xindian selama tiga hari memberikan kesan mendalam dan  pesan Dharma, salah satunya adalah adalah untuk selalu Bersyukur (Gan en) dan Bersungguh Hati (Yong Xin) dalam mengerjakan segala sesuatu. Semoga jalan Bodhisatwa ini senantiasa meningkatkan kebijaksanaan kita.  

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Bedah Buku: Mencerahkan di Saat yang Tepat

Bedah Buku: Mencerahkan di Saat yang Tepat

29 Februari 2012 “Sulit untuk mencerahkan orang di saat yang tepat” merupakan topik bedah buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan Bab 18. Materi ini dibawakan oleh Kumuda Yap Shixiong pada tanggal 16 Februari 2012 di Jing Si Books & Café Pluit dengan peserta sebanyak 37 orang.
Malam keakraban Bedah Buku

Malam keakraban Bedah Buku

09 Januari 2013
Hidup harus senantiasa bersyukur agar dapat menghargai berkah, memanfaatkan berkah dan menciptakan berkah. Bersyukurlah dengan masa-masa sulit, karena di masa itulah kamu tumbuh. Bersyukurlah atas keterbatasanmu karena memberikanmu pelajaran yang paling berharga.
Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

Bedah Buku: “Ekonomi Waktu” dalam Kehidupan

07 Desember 2012 Secara umum, ekonomi dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya dan cara pemanfaatannya agar mendapat hasil semaksimal mungkin. Waktu, tanpa kita sadari, sebenarnya juga merupakan suatu sumber daya yang kita miliki.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -