Inspirasi untuk Sesama

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

foto "Saya sudah berumur 64 tahun dan 12 tahun cuci darah, walaupun begitu, saya tetap bersemangat seperti orang tidak sakit, supaya keluarga pun tidak khawatir," ujar Pak Aryanto.

“Menjalani kehidupan dengan ikhlas bukan berarti bersikap pesimis, melainkan optimis dan ceria. Menjalani kehidupan dengan ikhlas juga bukan berarti sekadar menjalani kehidupan, melainkan berusaha memahami makna kehidupan”. (Dharma Master Cheng Yen)

Berjalan tertatih, namun dengan langkah pasti, Nita Oktaviani dan ibunda Eni, datang jauh dari Kota Bogor. Masih di usia sangat muda, 15 tahun, Nita menderita gagal ginjal dan selama 2 tahun telah melakukan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Siang itu, 11 Desember 2010, tepat pukul 2 siang, Lulu, relawan Tzu Chi di bagian penanganan pasien pengobatan khusus memulai gathering pertama para penerima bantuan cuci darah (gagal ginjal). Nita merupakan salah satu penerima bantuan dengan 30 orang lainnya. Tak semua penerima bantuan datang. Banyak dari mereka yang sedang melakukan cuci darah secara berkala.

Saling Berkisah
Satu demi satu para penerima bantuan atau keluarga yang mewakilkan, bercerita tentang keadaannya setelah melakukan cuci darah. Berumur 64 tahun, Pak Aryanto telah 12 tahun melakukan cuci darah. Sebelum dibantu Tzu Chi, ia membiayai sendiri cuci darahnya dengan uang penghasilannya dari bekerja di suatu perusahaan, “Saya tetap bekerja layaknya orang sehat. Saya ingin tetap dapat berguna bagi keluarga saya dan supaya keluarga saya juga tetap bersemangat,” ucapnya. “Pertama divonis tahun 1998, saya tuh darah tinggi, kata dokter. Ternyata setelah lebih lanjut, saya kena gagal ginjal. Tahu nggak, Nak, kenapa saya kena gagal ginjal ?” tanyanya balik kepada saya di sela-sela sharing. “Saya dulu ingin tampan dan gagah karena saya dulu penyanyi. Saya minum obat pengurus badan. Makanya obat-obat seperti itu nggak bagus buat fungsi ginjal,” lanjutnya lagi. Kronologis pola makan yang sangat mengejutkan dari seorang bapak yang sekarang tetap bertubuh tegap dan gagah di usianya yang senja.

foto    foto

Keterangan :

  • "Anak saya Nita sudah 2 tahun cuci darah, sekarang komplikasi paru dan jantung juga, sekarang dia sudah tidak bersekolah, walaupun dia masih sangat bersemangat sekolah," ujar ibunda Eni (baju biru). (kiri)
  • Indahwati (kanan) tengah mengungkapkan perasaannya bahwa meskipun suaminya yang sakit, keluarganya yang merasa tidak bisa banyak berbuat juga merasa sakit dan sedih. (kanan)

Beberapa istri mewakili kehadiran dari suaminya yang menderita gagal ginjal. Indahwati yang masih berusia 37 tahun mewakili suaminya Siswanto yang telah berusia 45 tahun pada hari itu. “Sakitnya sejak Mei 2009, dari dulu suami saya menderita penyakit darah tinggi. Ternyata, usut punya usut, suami saya juga ada keturunan diabetes dan akhirnya malah jadi gagal ginjal. Saya benar-benar nggak mampu. Tapi mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) di Tangerang sangat sulit, dan rumah sakit swasta nggak ada yang menerima SKTM. Akhirnya mesti bolak-balik ke Jakarta. Saya melihat suami saya sakit, sedih sekali, tapi saya terus memberikan dorongan dan terus memperlakukan suami saya seperti tidak sakit. Mungkin berkat itulah, suami saya agak lebih bersemangat dalam hidup,” ujarnya dengan berlinang air mata.

Ibunda Eni yang mewakili Nita Oktaviani, bercerita bahwa berkat temannya yang juga penerima bantuan Tzu Chi, akhirnya Nita dapat dibantu untuk cuci darah. “Dulu, Nita 35 kg, sekarang sejak tahun 2007 dibilang dokter di Rumah Sakit Cibinong kena gagal ginjal dan komplikasi paru-paru dan jantung, dia cuma 20 kg. Nita sangat senang bersekolah, pernah waktu dia kelas 5, dia maksa mau sekolah dan akhirnya drop lagi dan masuk ICU. Akhirnya sampai beberapa kali seperti itu, saya pikir, sekolah uda nggak akan bisa, jadi Nita nggak sekolah. Padahal dia seneng sekali kalau sekolah,” ujar Ibunda Eni.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan mendengarkan sharing dari istri seorang pasien penerima bantuan dari Tzu Chi.  (kiri)
  • Dr. Simliaty (kemeja putih) menyambut pertanyaan dari para keluarga penderita gagal ginjal dan memberi tips yang dapat diterapkan sehari-hari. (kanan)

Master Cheng Yen selalu berkata bahwa ada dua hal yang tak dapat ditunda di dunia ini, pertama berbakti kepada orang tua dan yang kedua, berbuat kebajikan. Itulah yang dilakukan oleh Imam, seorang remaja berusia 16 tahun yang masih bersekolah di SMK jurusan Mesin di Jakarta. “Bapak saya kuli bangunan dan bekerja setiap hari tanpa henti untuk membiayai makan sehari-hari dan biaya sekolah saya. Kakak perempuan saya bekerja juga untuk menafkahi keluarga. Ibu saya masih berumur 40 tahun, kena gagal ginjal sejak Juni 2010 ini. Lalu teman ibu bilang untuk minta bantuan ke Tzu Chi, terus hanya selang sebulan, bulan Juli langsung terima bantuan untuk cuci darah. Dengan SKTM juga terbantu jadi lebih murah cuci darahnya. Waktu bulan Juni itu saya nggak kepikiran untuk lanjutin SMA soalnya biaya cuci darah pasti banyak. Untung dibantu Tzu Chi, jadi saya juga bisa sekolah. Sekarang, ibu lagi luka kakinya dan berdarah terus. Saya dan kakak bergantian jagain dan gantiin perbannya, sebelumnya saya pakaikan refanol dulu di tempat lukanya. Kami sekeluarga tahu bahwa penyakit begini gak akan sembuh, tapi kami berdoa terus, walaupun hasilnya kita sudah tau, yang penting usahanya. Kami berusaha semaksimal terus,” ujar Imam.

Banyak kisah yang mengurai air mata atau mengumbar senyum belaka. Motivasi bagi para penderita gagal ginjal dikemukakan relawan Lulu untuk memusatkan pikiran layaknya orang normal biasa. Pusat pikiran dibuat untuk ikhlas menerima keadaan namun tetap positif dalam berperilaku. Karena dengan ikhlaslah, manusia baru menyadari makna hidup sesungguhnya.

  
 

Artikel Terkait

Merayakan Hari Pahlawan dengan Aksi Peduli

Merayakan Hari Pahlawan dengan Aksi Peduli

19 November 2024

Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, Tzu Chi Singkawang bersama Komunitas Sepeda Singkawang menggelar aksi peduli dengan memberikan bingkisan kepada keluarga veteran dan warga kurang mampu di Singkawang. 

Setiap Tetes Darah Untuk Sesama

Setiap Tetes Darah Untuk Sesama

22 November 2013 Dari setiap tetes darah yang kita donorkan selain bisa memberikan kesempatan hidup kepada mereka yang membutuhkan, juga bermanfaat bagi diri kita sendiri dan merupakan berkah yang tak terhingga bagi kita karena masih mempunyai kesempatan untuk bisa menyumbangkan darah bagi sesama.
Cerita  dari Gathering Relawan 3 in 1

Cerita dari Gathering Relawan 3 in 1

26 Juli 2011
Semangat dan perjuangan relawan 3 in 1 di kantor penghubung sangat membanggakan. Meskipun jumlah relawan 3 in1 di daerah sangat terbatas, mereka tanpa patah semangat tetap berkarya melalui foto dan tulisan.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -