Internasional: Baksos Pertama TIMA di Cile
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsKlinik gratis diadakan di sebuah sekolah di Penalolen dengan suhu musim dingin mencapai lima derajat Celcius. Di Cile biaya berobat sangat tinggi dan jumlah dokter terbatas sehingga selalu menimbulkan antrian panjang di tempat praktik dokter. |
| ||
Tzu Chi pergi ke negara di Amerika Selatan untuk pertama kalinya pada bulan Februari lalu, setelah gempa besar menghancurkan wilayah di bagian selatan negara itu, dan mendistribusikan bantuan kepada para korban. Sejak saat itu, Tzu Chi mulai dikenal di Cile. Pada bulan April lalu, relawan Tzu Chi mendorong Dr Yang Chuang Long, seorang dokter setempat, untuk mendirikan cabang TIMA di Cile agar dapat memberikan bantuan pengobatan gratis kepada warga Cile yang membutuhkannya. Di sana, biaya berobat ke dokter adalah sebesar 15 persen pendapatan bulanan rata-rata warga Cile dan antrian yang terjadi selalu sangat panjang. Jika seorang pasien ingin bertemu dokter spesialis, misalnya spesialis mata, maka pasien tersebut harus menunggu sekitar satu tahun. Tapi, di klinik TIMA, pasien dapat menemui dokter mata dengan segera dan setelah mendapatkan resep, para pasien dapat dengan segera mendapatkan sepasang kacamata yang dibiayai oleh pemerintah. Klinik ini bertempat di sebuah sekolah di Peñalolen (Pinya-lolane), sebuah daerah di Propinsi Santiago. Baksos kali ini didukung oleh 11 dokter dari berbagai spesialisasi, seorang ahli kimia, dan 19 relawan. Dalam waktu tiga jam, mereka telah memeriksa dan merawat 111 pasien. Hari itu suhu musim dingin mencapai lima derajat Celcius. Langit kelabu dan tanah basah. Di kejauhan gunung-gunung tertutup salju. "Musim dingin ini biasanya dingin, sehingga banyak orang jatuh sakit, dengan persentase yang tinggi dari penderita bronkitis dan pneumonia," kata Dr Yang, "Tepat sekali mengadakan sebuah klinik gratis sekarang, karena kita dapat memberi mereka obat.” Selain tidak mampu periksa ke dokter, banyak penduduk setempat yang juga tidak mampu membeli obat. Seorang pasien mengatakan bahwa pegobatan gratis ini telah membantu banyak pasien, "Kami sangat miskin dan harus menunggu waktu yang sangat lama untuk menemui dokter." Pasien lain mengatakan bahwa sisi kiri tubuhnya terasa sakit, "Tapi aku tidak mau pergi ke dokter karena harus menunggu terlalu lama. Saya harus mengantri sejak jam lima pagi," katanya. Pasien baksos menerima perlakuan yang berbeda dibanding dengan klinik dan rumah sakit lainnya. Para relawan selalu sedia membantu mereka dalam setiap tahap pemeriksaan. Meskipun TIMA di Cile baru dibentuk tiga bulan yang lalu, tim medis dan para relawan bekerja terampil, bersatu dalam tekad mereka untuk meringankan rasa sakit dan penderitaan. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Riani Purnamasari/He Qi Utara) | |||