Internasional: Impian Putri di Amerika

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoRelawan Tzu Chi membantu seorang anak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) Matematikanya di Crown Heights Resource Center, Oceanside, California.

 

San Diego  – Di Amerika Serikat, yang merupakan negara terkaya di dunia, lebih dari dua pertiga penduduknya memiliki rumah sendiri dan 85 persen memiliki asuransi kesehatan - tapi hanya 30 persen yang bergelar sarjana. Bagi para imigran baru dan anak-anak mereka, memiliki gelar Sarjana adalah hal yang sangat penting untuk mencapai impian Amerika mereka.

 

 

 

 

Sekelompok Relawan Tzu Chi di San Diego, California Selatan berusaha membantu anak-anak mewujudkan mimpi ini. Mereka membuat suatu program bernama “Semua Membaca” gratis yang merupakan program setelah jam sekolah berakhir yang disponsori oleh Yayasan Tzu Chi. Program ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar, termasuk kursus privat gratis  untuk anak-anak dari keluarga berpenghasilan pas-pasan. Semua pengajar adalah sukarelawan dari Universitas California di San Diego.

Salah satu siswa yang mengikuti program ini  adalah Dahlia Aguilar, 16 tahun, yang tinggal di Oceanside, salah satu daerah termiskin di kota itu. Sepertiga dari penduduk daerah tersebut tidak dapat berbicara bahasa Inggris dan 10 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan. Dari 600 siswa yang lulus dari Sekolah Menengah Oceanside, hanya 100 siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Tahun ini  adalah tahun kedua Dahlia mengikuti program ini. Dahlia berada di bawah tekanan besar di rumah karena perannya sebagai anak tertua dari sebuah keluarga orang tua tunggal. Dahlia adalah sosok ibu dari dua saudaranya yang lebih muda. Dia mengerjakan pekerjaan sekolah dan juga pekerjaan rumah.

"Dia tinggal bersama ayahnya," kata Chen Mei Lan, salah satu pembimbing di "Semua Membaca". Dia harus pergi untuk mencari pekerjaan sambilan pada siang hari, termasuk hari Minggu pagi. Jadi, Dahlia benar-benar bertindak sebagai seorang ibu, dia membesarkan dua adik laki-lakinya sendiri. Ayahnya, Dario, datang ke San Diego dari Mexico City ketika ia berusia delapan tahun. "Saya hanya pergi ke sekolah selama tiga tahun," katanya, “ini adalah waktu yang singkat. Ketika saya tumbuh dewasa, saya ingin menyelesaikan sesuatu, tapi, kau tahu ..., sekarang saya hanya ingin putri saya melakukan sesuatu yang lebih baik. "

Chen ingat bahwa, ketika Dahlia di kelas tujuh dan mulai mengikuti kelas, dia membawa adik kecilnya Noe, "Dia masih memakai popok yang perlu diganti. Ketika kami pertama kali bertemu, seluruh tubuhnya sangat bau, mungkin karena ia tidak mampu berbicara dan mengatakan dia ingin menggunakan toilet. Kami membantu membersihkan Noe dan mengganti popoknya.Dahlia ingin belajar tetapi juga harus merawat keluarganya. Saya benar-benar mencintai anak ini.Kami telah mengamatinya tumbuh bertahun-tahun. "

Dahlia telah mengikuti program ini selama tiga tahun. "Aku suka program ini. Ini membantu pelajaranku. Program ini membantuku meningkatkan nilaiku, bukannya tertinggal di belakang. Dan aku mencintai para guruku, karena mereka mengekspresikan diri bagi anak-anak, mereka menunjukkan kepada kami, apa yang benar dan apa yang salah, dan membantu kami dengan pekerjaan rumah," ungkap Dahlia. Dia sedang mempertimbangkan dua pilihan: kuliah atau memutuskan untuk menjadi perawat dan mengajar. "Aku tidak ingin berada jauh dari keluarga atau teman-temanku, karena aku akan merindukan mereka dan aku tidak akan dapat bersekolah tanpa mereka yang mendukung dan menghiburku. Ada dua perguruan tinggi yang aku inginkan di Oceanside,” kata Dahlia.

foto  foto

Ket : - Salah seorang anggota Tzu Ching mendampingi anak membaca buku cerita di Crown Heights Resource             Center, Oceanside, California.   (kiri)
       - Seorang relawan bermain dengan anak-anak di Crown Heights Resource Center, Oceanside, California.             (kanan)


Menjadi Relawan Tzu Chi dan Membantu Mengurus Anak-anak
Dahlia mengatakan bahwa ia senang mengajar dan memberi inspirasi kepada anak-anak, dan mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari di sekolah. "Dahlia mengatakan kepada saya bahwa ia telah melihat banyak guru, baik pemuda Tzu Chi atau sukarelawan yang datang untuk mengajar di kelas," kata Chen, "setiap orang dari mereka adalah orang yang berpendidikan. Jadi dia juga membuat keputusan. Dia telah memutuskan untuk pergi ke sekolah dan mendapatkan gelar sarjana."

Chen mengatakan bahwa dia merasa Dahlia sangat ambisius. "Saya juga mendorong dan berkata kepadanya, 'Dahlia, kamu datang untuk belajar, sekarang kamu adalah relawan Tzu Chi. Suatu hari, kamu akan dapat kembali ke komunitasmu’. "

Pendidikan Moral
Program ini tidak hanya menawarkan pendidikan umum namun juga pendidikan moral. Seusai kelas, para pengajar memimpin para siswa untuk membersihkan taman bermain. Kemudian semua siswa berkumpul bersama untuk mendengarkan salah satu guru membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen untuk memotivasi mereka. Kemudian, mereka berbaris untuk mengucapkan terima kasih kepada guru untuk sesi hari itu.

Ayah Dahlia, Dario Aguilar, mengatakan bahwa dia tidak tahu apa yang dilakukan Dahlia di kelas."Aku belum pernah ke sana, tapi ia pergi dengan bersemangat. Dahlia mengatakan hal-hal seperti 'saya pelajari ini, saya belajar banyak.' Terima kasih telah membantunya. Saya berharap di masa depan ini dapat menjadi contoh bagi orang-orang Spanyol," katanya.

Masa Depan yang Menjanjikan
Tiga tahun yang lalu, Dahlia berjalan melewati pintu program "Semua Membaca" dengan harapan yang tidak pasti untuk meningkatkan nilai-nilai akademisnya. Sekarang dia memiliki rencana yang pasti untuk tidak hanya baik di sekolah menengah, tetapi juga untuk kuliah. Dahlia berencana untuk mendapatkan gelar master dan bahkan membantu masyarakat di lingkungannya. Orang mengatakan bahwa pendidikan adalah obat untuk kemiskinan, dan Dahlia sekarang memiliki kepercayaan diri dan sarana untuk memenuhi tujuan-tujuannya. Di masa depan, program “Semua Membaca” berharap bahwa akan ada banyak Dahlia lainnya di masyarakat. (Sumber: Website Tzu Chi Taiwan tanggal 13 Januari 2010, diterjemahkan oleh Riani Purnamasari/He Qi Utara)

  
 
 

Artikel Terkait

Baksos Papua: Sebuah Panggilan Jiwa (Bag. 1)

Baksos Papua: Sebuah Panggilan Jiwa (Bag. 1)

08 Juni 2012 Hari itu, Kamis 31 Mei 2012, operasi mata (katarak) dan bibir sumbing baru akan dimulai. Para dokter sudah bersiap-siap untuk mengoperasi pasien yang datang dari berbagai pelosok desa di Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
Sabar Dan Ulet Demi Sebuah Misi

Sabar Dan Ulet Demi Sebuah Misi

12 Oktober 2016

Yuan-yuan merupakan salah satu agenda yang diadakan relawan Tzu Chi selepas mengadakan sebuah kegiatan, salah satunya pada acara kamp kelas budi pekerti Er Tong Ban pada tanggal 1-2 Oktober 2016. 

SMAT: Menjadi Terang dan Garam Dunia

SMAT: Menjadi Terang dan Garam Dunia

13 Februari 2014 "Tzu Chi mampu menembus semua kotak-kotak, bisa menembus semua agama, bisa menembus ras mana pun, mampu juga menembus dan menyentuh orang-orang muda juga, bersifat universal. Semoga Tzu Chi semakin dikenal di masyarakat. Bisa menjadi terang dunia dan menjadi garam dunia," ucap Suster Odilia.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -