Internasional: Klinik Gratis di Dua Negara
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsDr. Boonriang memeriksa seorang pasien di klinik gratis. |
| ||
Bangkok Di antara para pasien ada nenek Boontham berusia 71 tahun yang memiliki penglihatan yang kabur. Ketika mendengar adanya klinik, ia begitu gembira sampai ia tidak bisa tidur malam sebelumnya. Ia bahkan sudah datang berbaris pada saat sinar matahari belum terbit di pagi hari. “Aku hampir buta,” katanya. "Aku tidak bisa membaca tulisan yang besar. Ketika saya pergi ke dokter sebelumnya, saya diberitahu bahwa mata saya terlalu kecil untuk dapat operasi. Hari ini saya datang ke sini untuk menemukan secercah harapan,” tambahnya. Pasien lain, seorang wanita berusia 50 tahun bernama Snong saat itu bahkan membawa sebuah celengan bambu. "Apa bedanya jika saya hanya bisa menyumbang satu atau dua baht sehari?" Katanya. Dia perlahan-lahan mengumpulkan uang, dan mengabdikan diri pada semangat Tzu Chi. Untuk mengatur klinik dibutuhkan kontribusi yang besar dari para relawan, profesional medis, pekerja komunitas, dan staf sekolah yang menjadi tuan rumah acara tersebut. "Saya sangat berterima kasih kepada yayasan Buddha Tzu Chi yang mengatur adanya klinik gratis untuk menjaga kesehatan warga masyarakat," kata kepala sekolah, Mr Predawan. Semua layanan yang diberikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Para dokter mengatakan bahwa mereka senang melakukan hal ini, membantu masyarakat.
Ket : - Siswa dan para relawan melakukan bahasa isyarat tangan di lokasi baksos. (kiri) "Saya merasa sangat senang," kata salah seorang relawan kepada Dokter Punyawee. "Acara hari ini memberiku kepuasan yang mendalam dan sukacita yang sangat besar, karena kami dapat melihat ekspresi bahagia pada wajah para pasien. Itulah yang membuat kami bahagia, Dok," tambahnya. San Paolo "Klinik ini gratis dan membantu penduduk dalam segala hal, terutama bagi mereka yang hidup dalam kemiskinan," kata relawan Wu Qunxin, "Berkat klinik ini, para siswa dan orang tua mereka telah belajar untuk menghormati dan menghargai sekolah ini. Ada rasa kepercayaan dan keamanan." Para relawan juga menyiapkan keranjang makanan dan mengirimkannya kepada mereka yang membutuhkan. Sebuah pencapaian sederhana dan cinta yang menghangatkan hati semua orang dengan membantu mereka untuk menjadi lebih gigih. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Riani Purnamasari/He Qi Utara). | |||
Artikel Terkait
Semangat Sosialisasi Waisak
28 April 2015Wujud Perhatian Tzu Chi untuk Anak-Anak Kamal Muara
20 Juni 2024Program “Sarapan Sehat” yang dijalankan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mendatangi Madrasah Ibtidaiah (MI) Nurul Islam 1 Kamal Muara. Sarapan roti dan susu yang dibagikan ada 285 pcs.