Internasional : Liputan The Wall Street Journal
Jurnalis : Tzu Chi Taiwan, Fotografer : Tzu Chi TaiwanDi halaman depan The Wall Street Journal, terlihat sosok relawan Tzu Chi. (Departemen Pembangunan Budaya Kemanusiaan) |
| |
Tzu Chi membuat seluruh dunia melihat Taiwan Pada jurnal mingguan (12-14 Maret) The Wall Street Journal, muncullah wajah-wajah relawan Tzu Chi yang familiar, termasuk relawan Budaya Kemanusiaan Lin Ruping, penduduk asli Taiwan di perumahan Cinta Kasih, tokoh masyarakat penduduk asli setempat, bapak Zhang Yizhi, perwakilan dari departemen kerohanian Xie Jinggui, dan beberapa perwakilan dari departemen lainnya.
Ket : - Journal mingguan The Wall Street Journal edisi 12-14 Maret, terlihat foto Perwakilan dari departemen kerohanian Xie Jinggui (kanan), Perumahan Cinta Kasih dan penduduk local (kanan bawah) dan perwakilan dari departemen permbangunan misi kebudayaan He Risheng (kiri) Dalam liputan The Wall Street Journal yang bertajuk “Pekerjaan Mulia : Kegiatan amal Taiwan yang mendunia” meliput posko daur ulang di Neihu, perumahan Cinta Kasih di Shanlin, kamp angkatan darat, tempat penampungan sementara korban badai, dan lain-lain. Dan juga memuji kontruksi yang sangat baik pada pembangunan rumah untuk koraban badai Morakot. Juga menceritakan tentang jejak-jejak langkah cinta kasih Tzu Chi di Myammar, Indonesia, El Salvador, Korea Utara, RRC, dimana Tzu Chi yang berasal dari Taiwan yang berusaha keras untuk memberikan pertolongan di lokasi benacana. Dalam melakukan kegiatan amalnya, Tzu Chi tidak pernah menggambil kesempatan untuk menyebarkan dan mengubah kepercayaan orang-orang menjadi pemeluk agama Buddha. Pada bagian liputannya mengenai perumahan Cinta Kasih yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta, Indonesia. Salah satu warga yang telah dioperasi di rumah sakit Tzu Chi karena penyakit Katarak mengatakan, “Tzu Chi adalah sebuah organisasi yang baik, mereka tidak pernah menyebarkan agama.” Kasih Sayang Menyebar Ke Seluruh Dunia, Tidak Memandang Suku, Agama, dan Ras Dilaporkan juga bahwa Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Tzu Chi pada tahun 1966 di tempat yang sangat kekurangan di pantai Timur Taiwan. Dengan ditemani beberapa murid dan ibu-ibu rumah tangga menolong masyarakat yang mendertita maka dengan ini dimulailah misi kemanusiaannya. Master mengatakan ini semua terinspirasi dari 3 orang suster Khatolik yang bersama-sama membahas apa yang bisa diperbuat oleh agama Buddha di Taiwan. Selain meliput tentang Perumahan Cinta Kasih di Indonesia dan bencana gempa bumi di Sicuan serta bagaimana Tzu Chi memberikan pertolongan kepada korban bencana, The Wall Street Journal memuji relawan seluruh dunia yang sangat berdedikasi dengan perkataan, “Relawan Tzu Chi dengan tanpa pamrih bersumbangsih memberikan kekuatan kepada Tzu Chi.” Di salah satu bagian artikelnya menceritakan, di seluruh dunia ada relawan yang melaksanakan misi ini, mulai dari La Paz di Bolivia, Afrika Selatan sampai ke Amerika Serikat dan Canada. Semenjak 1998, Tzu Chi sudah menggerakkan lebih dari 15.000 orang dokter dan perawat yang berasal dari berbagai negara untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis di berbagai negara. Pada tahun 2009, dimana Taiwan dilanda badai Morakot yang termasuk salah satu bencana terparah, The Wall Street Journal menceritakan tentang pembangunan yang dilakukan di pedalaman Kaohsiung untuk mendirikan perumahan Cinta Kasih di Shenlin. Mulai dari pembangunan tempat-tempat pemukiman darurat, pembangunan permukiman yang baru, serta memikirkan bagaimana rencana jangka panjangnya termasuk cara untuk memasok bahan makanan dan memulai pekerjaan untuk membangun perumahan yang permanen. Pada bagian akhir artikelnya, ditulis pendapat salah seorang relawan Tzu Chi Indonesia Chen Fengling yang mengatakan, ”Ini adalah suatu keharusan.” Dan yang menjadi suatu yang patut dipuji yakni sebuah budaya kemanusiaan dari Tzu Chi itu sendiri. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh: Leo Samuel Salim) | ||
Artikel Terkait
Mengantarkan Oma Phan Kin Lan ke Panti Sahabat Baru
29 Desember 2021Memprihatinkan betul kondisi Oma Phan Kin Lan (76), warga Kapuk Muara, Jakarta Utara. Sekujur kakinya dipenuhi luka melepuh, kondisinya juga makin parah karena sudah enam bulan ini ia tak bisa berjalan.