Internasional: Mendonorkan Tubuh
Jurnalis : Dr. Chou Yu Cheng, Fotografer : Dokumentasi Tzu Chi
|
| |
Nyonya Liu dilahirkan dari keluarga miskin di Kota Hsinschu. Ia anak bungsu dari tujuh bersaudara. Karena tidak mampu membesarkannya, maka orang tuanya menjual pada keluarga lain. Keluarga angkatnya memperlakukan dirinya dengan buruk. ia mengalami penyiksaan secara fisik hingga meninggalkan luka dari kepala hingga kaki. Orangtuanya membayar kembali untuk membebaskannya. Ia kemudian pindah ke Taipei, dan di sana bekerja sebagai pelayan di rumah sakit, restoran, dan pabrik. Ia belajar sendiri bagaimana membaca dan menulis. Di usianya yang kedua puluh, ia menikah dan dalam tujuh tahun, ia melahirkan seorang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki. Ia diperlakukan sangat baik oleh kedua mertuanya. Demi meningkatkan pendidikannya yang minim, ia belajar giat di universitas terbuka. Di suatu hari, pada saat sedang menemani suaminya untuk melakukan tes kesehatan, ia secara tidak sengaja mengetahui bahwa dirinya terkena kanker paru–paru dan penyakitnya sudah menyebar ke bagian- bagian lain tubuhnya. Pada awalnya para dokter mengatakan kalau umurnya tinggal satu tahun lagi untuk hidup. Ia mulai melakukan kemoterapi di Koo Foundation Pusat Kanker Sun Yat Sen dan Rumah Sakit umum Hsinchu, Departemen Kesehatan. Melalui pengobatan ini, ia mendapat waktu empat tahun yang bermanfaat, oleh karena itu ia sangat bersyukur kepada tim pengobatan. Pada tahun-tahun terakhirnya, ia mulai lemah tapi tetap berterima kasih kepada para dokter dan juru rawat yang merawatnya. Ia meminta maaf pada mereka karena pada kenyatannya kesehatannya terus menurun meski mereka telah berusaha menolongnya. Ia sungguh-sungguh pejuang yang berani yang menunjukkan penghargaannya pada orang lain dan pikirannya senantiasa jernih.
Keterangan :
Ia sering menonton program di Da Ai TV dan mengetahui kalau seseorang dapat menyumbangkan tubuh mereka setelah meninggal untuk meningkatkan keahlian mahasiswa di fakultas kedokteran. Ia sering mengingatkan pada anak laki-lakinya dan mengatakan, “Di kehidupan saya yang akan datang, saya ingin jadi dokter. Bagaimanapun susahnya saya bekerja, saya masih belum yakin berapa banyak yang sudah saya sumbangkan kepada masyarakat. Menyelamatkan dan mengurangi penderitaan manusia adalah misi para dokter.” Di akhir-akhir hidupnya, Liu Li Rue Ing berhenti bernapas untuk sesaat, lalu kembali bernapas setelah 10 menit. Ia menanti sampai laporan kedokteran menyatakan tubuhnya berkualitas untuk menjadi pendonor tubuh. Setelah ia meninggal, ambulans mengambil tubuhnya untuk dibawa ke Universitas Tzu Chi. Tekad dan hasratnya yang kuat sudah menjadi teladan bagi kita. Tubuhnya akan membantu kita meningkatkan ilmu-ilmu kedokteran dan jiwanya akan membantu membimbing kita, baik para dokter dan pasien untuk tetap tekun di saat-saat yang sulit. (Sumber: www,tzuchi.org, tanggal 14 September 2011, diterjemahkan oleh: Susy Grace Subiono) |
Artikel Terkait

Menghangatkan Jasmani Oma dan Opa
23 Juni 2010Cuaca Bandung yang mendung dengan suhu 19 derajat Celsius menemani perjalanan relawan Tzu Chi Perwakilan Bandung, untuk melakukan kunjungan kasih pada hari Rabu, 16 Juni 2010, ke Panti Wreda Nazaret yang bertempat di Jl. Cikutra No. 7, Bandung.

Kebersamaan Memupuk Cinta Tanah Air
09 Agustus 2017Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara-1 mengadakan kelas budi pekerti untuk anak-anak rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke. Diisi dengan perayaan kemerdekaan RI, kegiatan ini dihadiri 23 relawan Tzu Chi, 5 guru dan 27 murid Tzu Chi School PIK, serta 4 Tzu Ching dari Taiwan. Sekitar 50 anak rusun yang hadir pun merasa gembira.
Memberi Harapan dan Teladan
28 Oktober 2019Bantuan program bedah rumah Tzu Chi di Kamal Muara, Jakarta Utara kini telah berjalan tiga bulan dan mencapai tahap finishing. Sebanyak 35 guru dan murid Tzu Chi School bersama 34 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 dan Utara 2 bersatu hati melakukan 3 kegiatan bersama pada Minggu, 27 Oktober 2019, mulai dari pengecatan hingga pelestarian lingkungan.