Internasional : Menjadikan Bumi Sehat

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoGambar : Vegetarian.

Saat ini, kita sedang menghadapi tantangan yang sangat sulit: bumi kita sedang demam dan pemanasan global membawa cuaca ekstrim yang menyebabkan bencana yang dahsyat. Orang-orang di seluruh dunia berangsur-angsur menjadi sadar akan keseriusan masalah ini, dan diskusi mulai terjadi di forum-forum ilmiah (pendidikan), pemerintah, dan industri. Namun ada sesuatu yang dapat kita lakukan, dan sangat sederhana, yaitu menjadi vegetarian.

Para ilmuwan telah memastikan bahwa hanya dengan mengubah ke pola makan vegetarian, maka kita dapat merendahkan emisi karbon secara signifikan. Hal ini membantu melindungi lingkungan dan mencegah pemanasan global. Di masa lalu, saya mendorong orang untuk makan vegetarian, tapi saya membuatnya hanya sebagai pilihan dan saya berharap orang-orang dapat mengikuti. Tapi situasi sekarang tidak lagi sama, planet kita dalam bahaya, dan ada tekanan besar untuk melakukan apa yang kita bisa untuk merawat, atau setidaknya tidak membahayakannya. Menjadi vegetarian adalah awal yang sangat penting.

Mengapa Mudah Bagi Anak-anak, tapi Sulit untuk Orang Dewasa
Ketika kita berpikir tentang makanan yang kita sukai, sepertinya sulit untuk tidak berpikir mengenai daging. Tapi anak-anak kecil di Taman Kanak-kanak di Malaysia, setelah belajar tentang manfaat dari pola makan bebas daging, menyerah dan menjadi vegetarian. Mengapa begitu mudah bagi mereka namun begitu sulit bagi kita orang dewasa? Itu karena hati anak-anak  sangat murni, sehingga mereka dapat dengan cepat menangkap kebenaran bahwa binatang seperti kita, merasakan sakit dan tidak ingin dibunuh. Sesungguhnya, Buddha mengatakan kepada kita bahwa semua makhluk hidup memiliki sifat Buddha. Hewan memiliki perasaan, dan mereka juga mengalami rasa takut dan rasa sakit. Mereka memiliki keluarga yang dicintai dan sangat ingin untuk hidup. Ketika mereka akan dibunuh, mereka juga menangis untuk meminta bantuan.

Ada sebuah kisah nyata tentang hal ini menyangkut sejarah dari Dharma Master Lian Chi. Di Tionghoa abad kesembilan belas, ada sebuah keluarga kaya di mana sang suami adalah seorang penganut Buddha yang taat. Dia adalah seorang dermawan dan telah menjadi  vegetarian untuk waktu yang lama. Istrinya sangat menyukai masakan daging dan makanan yang mewah. Suatu saat, pada hari ulang tahunnya, istrinya ingin memakan makanan mewah untuk merayakan ulang tahunnya tersebut. Pelayannya diperintahkan untuk membeli babi, kambing, ayam, itik, dan ikan yang masih hidup untuk merayakan acara ini. Ketika suaminya mengetahui hal ini, ia mencoba menghalangi istrinya dan memintanya untuk menyelamatkan kehidupan hewan-hewan tersebut. Dia menolak. Hari itu adalah hari ulang tahunnya dan dia ingin merayakannya.

Malam sebelum hari ulang tahunnya, dia bermimpi. Dalam mimpi itu, ia masuk ke dapur rumahnya, di mana koki dan pelayan membuat persiapan untuk pesta ulang tahunnya. Mereka baru saja akan membantai hewan-hewan tersebut. Hewan-hewan itu menangis. Sang koki sudah siap dan sedang  memegang pisau di tangannya. Ada babi yang terikat kedua kakinya , dan berjuang keras dengan memberontak dan memekik dengan keras. Tiba-tiba, ia merasa jiwanya memasuki tubuh babi.

Sambil mendongak, dia melihat sang koki dan pisau mendekatinya. Dia berjuang mati-matian dan berseru dengan segenap kekuatan. Tapi, itu sia-sia. Dia merasakan pisau menusuk ke lehernya. Rasa sakit itu menyiksa. Meskipun ia mengalami perdarahan, air panas dituangkan ke tubuhnya untuk membuang rambut di atasnya. Kemudian pisau membelah tubuhnya dari tenggorokan ke perut. Rasa sakit itu sangat besar.

Matanya melihat kepada kambing, dan tiba-tiba, jiwanya meninggalkan tubuh babi dan masuk ke dalam raga kambing itu. Sang koki menyembelih kambing, ia kembali mengalami pisau mengiris dan memotong tubuhnya. Rasa sakit itu di luar kata-kata. Berikutnya adalah ayam dan bebek. Seperti sebelumnya, jiwanya masuk ke tubuh mereka dan dia mengalami terbunuh berkali-kali.

Ketika koki menyembelih semua hewan, seorang pelayan tua membawa ikan yang masih segar dan hidup. Salah satu pelayan dengan antusias berseru, "Nyonya kami suka makan ikan. Koki, cepat buat bola ikan dan sajikan ikan ini untuk sarapan." Dengan cepat sang koki mulai menggores dari sisik ikan, sementara ikan itu masih hidup. Pada saat itu, jiwa istri juga memasuki tubuh ikan. Dia mengalami dibukanya tubuhnya melalui sisiknya, dan dan merasakan jika hal tersebut sangat menyakitkan. Ketika dia mengalami semua ini, dia melihat pembantunya sedang berdiri, berbicara dan tertawa, dan tidak menyadari rasa sakit ikan itu dan kemudian membunuh binatang ini.

Sementara dalam tubuh binatang ini, istri orang kaya itu berteriak minta tolong, begitu keras dia menangis. Koki dan pelayan dengan sukacita pergi dan menyelesaikan tugas mereka dengan penuh kegembiraan karena sebuah pesta ulang tahun akan diadakan. Mereka buta terhadap rasa sakit dari binatang yang telah dibunuh. Sementara dalam tubuh hewan, sang istri mengalami semuanya. Kemudian, tiba-tiba, ia kembali kepada dirinya sendiri dan terbangun dari mimpi.

Setelah bangun, sang istri merasakan banyak sakit di tubuhnya. Dia merasa seolah-olah tubuhnya telah diiris, dipotong, direbus, dan digoreng. Itu penyiksaan.

Menjadi Vegetarian
Keesokan harinya, pelayan membawa sepiring bola ikan untuk sarapan. Ketika sang istri melihat hal itu, dia dipenuhi dengan ketakutan dan mengatakan kepada pelayan, "Ambil piring itu dan segera pergi. aku sedang dalam banyak penderitaan." Respon yang tidak seperti biasanya membuat sang pelayan kebingungan. Ketika tahu bahwa sang nyonya sakit, pelayan itu cepat pergi untuk memberitahu tuannya.

Ketika sang suami pergi menemui istrinya, sang istri bercerita tentang mimpinya. "Saya mengalami penderitaan yang paling menyiksa. Rasanya seperti di neraka. Rasa sakit, siksaan, dan penderitaan yang tak tertahankan. Aku sekarang tahu bagaimana rasanya menjadi binatang yang tak berdaya untuk dibunuh dan saya ingin bertobat." Dan sejak hari itu, dia menjadi seorang vegetarian.

Banyak dari kita makan daging hanya karena pola makan yang menjadi kebiasaan. Kita tidak pernah berpikir banyak tentang hal ini dan tidak menghubungkan daging di piring kita bahwa banyak makhluk hidup yang terbunuh demi kita. Tetapi ketika kita mulai melihat binatang-binatang sebagai makhluk hidup yang sama dengan kita; kemanusiaan kita, empati kita, dan kasih sayang kita akan tersentuh. Semuanya kemudian menjadi sangat sederhana, yaitu mengapa anak-anak dapat dengan mudah memahami dan menjadi vegetarian.

Kita sebagai manusia berbagi planet dengan makhluk hidup lainnya. Bagaimana kita bisa membuat mereka sebagai makanan untuk konsumsi sehari-hari? Hidup sangat berharga. Sama seperti kehidupan manusia yang berharga, begitupun dengan semua makhluk hidup. Pandangan seperti ini adalah kebijaksanaan dan  cinta. Bila hati kita terbuka dengan pemahaman ini, kita tidak akan memiliki hati untuk menyakiti makhluk lain, dan hati kita juga akan menghormati semua kehidupan. Bagi mereka, seperti kita, mereka adalah makhluk hidup. Dan bagi mereka dan juga bagi kita, planet Bumi ini adalah rumah.  (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Riani Purnamasari/He Qi Utara)

  
 
 

Artikel Terkait

Tanggap Darurat Gunung Sinabung

Tanggap Darurat Gunung Sinabung

26 Mei 2016

Sabtu, 21 Mei 2016, Gunung Sinabung kembali menyemburkan awan panas, Tzu Chi Medan membagikan 6.000 masker kepada warga Brastagi yang terkena dampak abu vulkanik dari semburan awan panas tersebut.

Menjaga Kesehatan Diri Demi Kualitas Hidup Yang Lebih Baik

Menjaga Kesehatan Diri Demi Kualitas Hidup Yang Lebih Baik

11 Februari 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Perwakilan Sinar Mas melakukan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yangmengajarkan cara mencuci tangan dan menjaga kesehatan gigi dengan berkeliling ke sekolah-sekolah di Kecamatan Pagetan, Jawa Tengah. Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 16 dan 17 januari 2015 kepada 1.755 orang siswa/i dari 20 sekolah dasar.
Bersama Melestarikan Lingkungan

Bersama Melestarikan Lingkungan

23 Februari 2010
Melalui kegiatan budaya kemanusiaan dan kegiatan daur ulang, relawan Tzu Chi mengajak para mahasiswa STABN Sriwijaya untuk mem­praktikkan­ kedua misi itu secara nyata.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -