Internasional : Menolong Anak Yatim

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

foto Relawan Tzu Chi sedang bermain dengan anak-anak panti asuhan. Akibat gempa, donatur yang biasa mengurusi anak-anak panti mengalami sakit keras. Tzu Chi mengambil alih tanggung jawab untuk merawat mereka setelah pasukan Yordania meminta bantuan kepada Tzu Chi

HAITI - Gempa bumi dapat menimpa semua orang, baik yang muda ataupun tua dan kaya ataupun miskin. Di antara korban yang meninggal, terdapat 16 anak dari 28 anak yatim yang tinggal di Children of Simon’s Help Center for Destitute Children. Mereka tertindih oleh runtuhan gedung hingga meninggal. Sejak itu, anak-anak yang lain takut untuk tidur dalam ruangan— mereka memilih untuk tidur di halaman luar. Setelah gempa bumi terjadi, ada 22 anak lainnya tiba, total menjadi 40 anak. Dengan banyaknya gedung yang mengalami kerusakan, harga sewa pun melonjak tajam. Biaya untuk tempat penampungan anak-anak  ini sebesar US $ 1,000 per bulan.

 

Mengambil Alih Tanggung Jawab
Biaya untuk penampungan anak-anak telah disediakan oleh seorang wanita yang berasal dari Yordania. Tapi, setelah gempa terjadi, dia terserang penyakit malaria dan harus berobat ke Amerika. Dia meminta pertolongan kepada pasukan Yordania (penjaga perdamaian PBB) untuk menangani rumah penampungan ini untuk sementara.

Para prajurit dari Yordania ini kemudian mengalihkannya kepada relawan Tzu Chi yang telah bekerja sama dengan mereka sejak awal. Para prajurit telah memberikan perlindungan untuk distribusi barang bantuan. “Orang dermawan itu adalah wanita Yordania yang berobat ke Amerika karena penyakit malaria dan tidak dapat kembali untuk sementara,” ujar Chen Dexiong, relawan Tzu Chi, “dia meminta pertolongan melalui pasukan penjaga kedamaian Yordania untuk menghubungi Tzu Chi.”

foto  

Ket : - Relawan Tzu Chi tengah memperagaan bahasa isyarat tangan "shou yu" kepada anak-anak penghuni             panti asuhan. (kiri)
    

Para relawan senang dapat membantu dan mengunjungi panti asuhan. Mereka menemukan bahwa selain perawatan minim, anak-anak sangat kekurangan segalanya. Banyak yang  tertular penyakit karena mereka tinggal dengan berdekatan. Seorang gadis dengan kepala yang dicukur tertular penyakit kulit, seorang anak laki-laki berumur 2 tahun memiliki bekas kurap yang besar di siku kanan yang terlihat sudah lama. Anak yang paling kecil berumur 2 tahun dan Elmeau Masedana adalah anak yang paling besar, dia seperti kakak yang menjaga

Sebelum para relawan pergi, anak-anak menyanyikan sebuah lagu untuk mereka. Di tengah kesulitan yang mereka hadapi, anak-anak masih tetap dapat tersenyum. Kehangatan dan  kasih sayang membantu mereka untuk bangkit kembali setelah gempa.
(Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Eric Yudo)

  
 
 

Artikel Terkait

Berlangsung Hangat, Rombongan Tamu dari Taiwan Kunjungi Tzu Chi Indonesia

Berlangsung Hangat, Rombongan Tamu dari Taiwan Kunjungi Tzu Chi Indonesia

25 Februari 2019

Langsung akrab dan hangat. Kesan itu dirasakan 26 tamu dari Taiwan saat mengunjungi Tzu Chi Center, PIK kemarin, Minggu 24 Februari 2018. Para relawan Tzu Chi Indonesia mengajak mereka tur Aula Jing Si dan menjamu mereka dengan penganan khas Indonesia serta buah Manggis, salah satu buah asli dari Indonesia.

Bulan Tujuh Bulan yang Penuh Cinta Kasih

Bulan Tujuh Bulan yang Penuh Cinta Kasih

16 Agustus 2019

Master Cheng Yen berharap agar relawan Tzu Chi dapat membimbing orang-orang agar tidak tenggelam dalam takhayul dalam memahami Bulan Tujuh. Untuk itu pada Sabtu malam 10 Agustus 2019, relawan Tzu Chi Medan, tepatnya di Medan Timur mengadakan acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala Medan.

Berdirinya Kembali Jembatan Penyangga Kehidupan

Berdirinya Kembali Jembatan Penyangga Kehidupan

08 Januari 2021

Tzu Chi Bandung bekerja sama dengan Kodam III/Siliwangi dan Vertical Rescue Indonesia membangun kembali jembatan gantung, di Desa Depok, Kec. Cisompet, Kab. Garut. Pada 6 Januari 2021, jembatan dengan panjang 80 meter dan lebar 1,2 meter ini diresmikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat H. Uu Ruzhanul Ulum. Jembatan tersebut diberi nama Jembatan Gantung Simpay Asih Sungai Cikaso.

Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -