Internasional: Merasa Lebih Bersyukur

Jurnalis : Huang Peiyi , Fotografer : Huang Peiyi
 
 

fotoMurid SD Tzu Chi merasakan pengalaman bagaimana berjalan dengan tidak menggunakan kaki, tetapi harus menggunakan kursi roda dan harus melewati rintangan-rintangan.

 

Merayakan Hari Anak bukan hanya dilalui dengan suasana riang gembira, tetapi haruslah dengan perasaan lebih menghargai diri sendiri dan bersyukur kepada orang tua. Pada tanggal 1 Maret 2010, Mahasiswa Universitas Tzu Chi mengadakan acara “Merasakan Menjadi Kurang Sempurna”. Kegiataan ini adalah gabungan dari pendidikan tentang kehidupan, pelayanan, dan merasakan bagaimana menjadi orang lain yang kurang sempurna. Di dalam permainan-permainan yang diadakan di sana, para murid-murid bisa merasakan bagaimana orang-orang yang pada dasarnya berbeda dengan kita, menjalani hidupnya sehingga bagi yang memiliki tubuh yang sempurna hendaknya bisa menghargainya dan bisa belajar dari kehidupan ini, mengembangkan potensi diri, serta bisa membantu orang lain.

 

Keterbatasan dalam Melihat, Berbicara dan Bergerak Membuat Para Murid Merasakan Ketidaknyamanan
Pagi itu, semua murid menyaksikan tayangan video dokumenter tentang pelukis mulut, Xie Kun Shan, Yang Endian, dan Nike. Ini bertujuan agar setiap murid bisa melihat sendiri bagaimana dengan segala keterbatasan dan ketiadaan selalu berpikir positif.

Salah satu pejuang dalam kehidupannya, Nike yang tidak mempunyai tangan dan kaki tetapi  bisa menyelam, berenang, memancing, bermain sepak bola dan memiliki kehidupan asmara. Nike berkata, ”Salah satu hal yang paling utama dalam kehidupan ini adalah rasa syukur dan menghargai apa yang dimiliki sekarang.” Mereka itu semua membuat sebuah sejarah dalam kehidupannya yang ditulis dengan penuh kepercayaan diri dan rasa puas diri sehingga kita hendaknya bisa belajar dari mereka semua.

foto  

Ket : - Murid-murid tidak bisa melihat dan hanya mengandalkan indra peraba serta mengalami kesulitan               sewaktu makan. Ini juga mengajarkan hendaknya kita bisa membantu orang lain sewaktu mereka               membutuhkannya.  
      

Permainan di sore hari bertajuk “Jalan yang Panjang dan Laut yang Dalam”. Dalam permainan ini, mata tidak bisa melihat sehingga mengandalkan indra peraba. Ini akan membangkitkan niat untuk membantu orang lain yang memiliki kekurangan tersebut. Permainan “Mengandalkan Tangan dan Kaki, Membaca Gerak Bibir” ini melatih bagaimana setiap murid tidak diperbolehkan berbicara sehingga membuat mereka kesusahan. “Satu Tangan Merangkai Mutiara, Mulut Dijadikan Andalan” adalah permainan dimana setiap murid merangkai mutiara dengan satu tangan dan mulutnya serta dengan kaki mencoba menulis namanya sendiri sehingga mereka menyadari betapa sulitnya menjadi orang yang serba kekurangan dalam segi fisik. “Berperahu di Atas Tanah” adalah permainan di mana murid-murid diharuskan berjalan menggunakan kursi roda dan menelusuri rintangan.

Salah satu murid kelas IV, Zhan Youqing berkata, ”Mempunyai sepasang kaki untuk berjalan adalah mudah tetapi sewaktu duduk di atas kursi roda untuk berjalan dan menghindari rintangan sungguh sulit.” Murid kelas IV lainnya, Xu Chaoyuan mengatakan,”Saya sangat bersyukur karena orang tua saya memberikan tubuh yang sehat kepada saya. Saya sangat beruntung dan saya harus benar-benar menghargai diri sendiri.” Murid kelas I, Su Huixuan berkata,”Tunanetra tidak mempunyai penglihatan, sewaktu makan, nasinya berjatuhan, dan sewaktu berjalan mudah terjatuh. Di masa yang akan datang, harus membantu mereka.”

Akhirnya guru Hong Shufen berkata, ”Dalam membantu orang lain hendaknya kita mengerti orang yang kita bantu. Kita juga hendaknya bisa benar-benar menghargai tubuh kita sendiri dan senantiasa bersyukur kepada orang tua adalah bentuk bersyukur dan membalas budi.” (Sumber: Website Tzu Chi Taiwan, tanggal 03 Maret 2010, diterjemahkan oleh: Leo Samuel Salim)

  
 
 

Artikel Terkait

Berbagi Kasih Sayang Kepada Lansia

Berbagi Kasih Sayang Kepada Lansia

15 Februari 2023

Relawan Tzu Chi Medan komunitas Xie Li Pematang Siantar mengadakan kegiatan kunjungan kasih Imlek dan berbagi sukacita Cap Go Meh dengan membagikan makanan dan angpau kepada 36 Lansia di Panti Jompo Anugrah.

Kunjungan yang Bermakna untuk Oma dan Opa

Kunjungan yang Bermakna untuk Oma dan Opa

22 Juni 2016
Relawan Tzu Chi Komunitas Kebon Jeruk 1 dan Kebon Jeruk 3 mengunjungi Panti Werdha Sahabat Baru, Minggu 19 Juni 2016. Selain memberikan penghiburan, relawan juga mengajak oma dan opa merangkai gelang.
Kasih Natal untuk Opa dan Oma

Kasih Natal untuk Opa dan Oma

15 Desember 2009
Setibanya di panti, para relawan Tzu Chi pun segera membaur dengan para oma dan anak-anak. Menyanyikan lagu-lagu Natal yang meriah serta memperagakan bahasa isyarat tangan.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -