Internasional : Tzu Chi pasca Topan Nargis
Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai NewsDr U Hla Kyin tampak sedang memeriksa seorang pasien. |
| ||
Topan Nargis adalah topan terburuk yang pernah melanda negara ini. Akibat topan, sedikitnya 138.000 orang meninggal dan menyebabkan kerugian senilai 10 miliar dolar Amerika. Dalam bencana ini, Tzu Chi menjadi lembaga swadaya masyarakat asing pertama yang tiba di lokasi bencana dan memberikan bantuan untuk para korban. Di sana, Tzu Chi juga membangun sebuah klinik kesehatan gratis di salah satu negara miskin di Asia ini. Terispirasi akan hal ini, seorang dokter setempat bernama Tin Mar Htet juga mulai bergabung menjadi relawan. Sejak bulan Januari 2010, ia dan teman-teman dokternya memberikan pelayanan 2 kali sebulan di klinik Sekolah Buddhis Khaymayama yang diperuntukkan bagi para biarawati. "Ketika relawan dari luar negeri datang untuk membantu, itu membuat saya merasa bahwa, sebagai orang Burma, aku harus membantu juga," katanya. Salah satu penyakit utama siswa di sana adalah infeksi kulit, sebagai akibat dari kurangnya pasokan air. "Mereka memiliki infeksi pada kaki, kaki dan kepala," kata Dokter Tin. Dalam satu kali pelayanan, 70 calon biarawati mendapatkan pengobatan atas keluhan kulit dan batuk mereka. Tantangan lain adalah banyak dari para calon biarawati ini berasal dari daerah pegunungan. Mereka tidak dapat berbicara bahasa Burma, bahasa nasional Myanmar. "Sebuah pepatah Jing Si memberi kekuatan kepada saya," kata Dokter Tin, "Jangan meremehkan diri sendiri karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga. Saya suka pepatah ini. Ketika saya mendengar kata-kata itu, saya merasa saya memiliki kemampuan begitu banyak dan, ya, energi." Sejak program dimulai di bulan Januari, jumlah relawannya terus meningkat. Apa yang mereka lakukan sangat dihargai oleh Kepala Sekolah Buddhis itu, Sandar Malar yang mengatakan, "Relawan Tzu Chi datang ke sini untuk mengorganisir sebuah klinik gratis. Itu adalah sebuah bantuan yang besar, karena ada banyak calon biarawati di sini. Karena jika kita ingin hendak ke dokter, kita hanya dapat melakukannya sekali atau dua kali dalam satu waktu."
Ket : - Inilah kebun sayur yang ada di Sekolah Kemaryna. Lihatlah betapa rimbunnya buah yang dihasilkan. (kiri) Sekolah Biarawati Kamaryama dengan lebih dari 200 siswa adalah sebuah sekolah yang didirikan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak dari keluarga miskin. Setelah topan, para ahli pertanian dari Taiwan datang untuk mengajarkan para biarawati dan guru mereka bagaimana caranya menanam sayuran serta sepenuhnya mandiri dalam pangan. Saat Anda memasuki rimbunnya sekolah, taman yang hijau, Anda dapat melihat bukti keseriusan kerja mereka di sekitar Anda. Buah-buahan dan sayuran tumbuh subur, seperti pare dan mentimun. "Para calon biarawati bisa makan sampai mereka kenyang," kata salah seorang biarawati. "Mereka sangat senang saat ini. Ini semua adalah sayuran musiman. Selain untuk kebutuhan sekolah, sayuran ini juga menghemat uang kami. Sekarang adalah musim penghujan di Myanmar, ini adalah waktu yang tepat untuk menanam sayuran, karena mereka (sayuran-red) tidak membutuhkan air sebanyak kami. " Sebagai tambahannya, para relawan juga mengajarkan filosofi vegetarian. Hal ini dimulai segera setelah topan, saat sekolah tidak memiliki cukup makanan. Para relawan menyediakan makanan vegetarian satu bulan sekali dan kemudian berbagi sumbangsih tersebut kepada para pengusaha Taiwan di daerah setempat. Relawan konsumsi, Xu Jiuzhang mengatakan mereka datang ke sekolah ini karena topan. “Setelah bergabung dengan Tzu Chi, saya merasa bahwa saya telah melakukan banyak pekerjaan baik di sini. Jadi kami, para pengusaha dari Taiwan merasa berbahagia dapat turut berpartisipasi. Kami akan datang kapanpun saat kami punya waktu,” katanya. Saya merasa bahwa ia telah melakukan banyak pekerjaan baik di sini. Jadi kami Taiwan pengusaha senang untuk berpartisipasi. Kami akan datang kapan pun punya waktu. " Para relawan ini menghabiskan waktu lebih dari empat bulan saat merenovasi dapur sekolah dan mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan budaya dan filosofi dari Master Cheng Yen. Para guru dan siswa pun lantas mengadopsi menu vegetarian sepenuhnya. "Kadang-kadang orang datang dan memberi kami makanan, termasuk daging," kata salah seorang biarawati. "Tapi kami akan menghindari makan daging dan makan sayuran saja. Lagipula sebelumnya, kami memang juga tidak banyak makan daging. Sekarang kami sudah tidak lagi memasukkan daging ke dalam menu makan kami sepenuhnya.” | |||
Artikel Terkait
Pelatihan Relawan Abu Putih Tzu Chi Tanjung Balai Karimun
23 September 2016Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Abu Putih. Pada pelatihan yang digelar Minggu, 18 September 2016 ini, hadir pula beberapa relawan dari Tzu Chi Batam dan relawan dari Tanjung Batu Kecil/Kundur.