Internasional : Ucap Syukur Akhir Tahun

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

foto Para relawan Tzu Chi Malaysia sedang memeragakan isyarat tangan kepada para relawan, donatur, dan tamu undangan dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2010.

Pada tanggal 2 Januari 2011 lalu, Tzu Chi Malaysia merayakan acara pemberkahan akhir tahun untuk para donatur dan anggota masyarakat yang berlangsung dalam 2 sesi di Malaka International Trade Center (MITC). Dalam pemberkahan tahun ini, para relawan secara khusus menampilkan drama musikal yang diadopsi dari “Arti Sutra yang tak ternilai“.

Di saat acara pemberkahan, hari terlihat cerah. Angin sepoi-sepoi juga turut menyertai para relawan yang menyanyikan lagu “Selamat Datang” kepada para tamu yang datang beramai-ramai memasuki (MITC). Agar dalam pikiran setiap pengunjung selalu terpikir tentang pentingnya pelestarian lingkungan, Tzu Chi mempersiapkan 150 buah bus untuk mengangkut para tamu yang berasal dari berbagai latar belakang ke lokasi acara. Diperkirakan 10.000 orang turut meramaikan acara pemberkahan akhir tahun tersebut.

Dalam acara ini, sekitar 1.000 relawan Tzu Chi dari Malaka, Muar, dan Tampin bekerja sama menampilkan drama musikal yang diadaptasi dari “Arti Sutra yang Tidak Ternilai”. Diharapkan drama musikal ini akan membantu masyarakat umum memahami arti mendalam dari ajaran Buddha. Seluruh pengunjung juga menerima paket suvenir akhir tahun yang berisi “Paket Merah Fu Hui” (yang memiliki arti Berkah dan Kebijaksaan) dan produk Jing Si dari Master Cheng Yen dan para bhiksuni lainnya.

Suasana pada saat acara juga sungguh menarik. Seluruh undangan yang hadir memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh untuk tahun baru yang damai. Ada harapan yang tulus dari seluruh relawan agar banyak orang yang makin tergugah untuk mengikuti contoh teladan Bodhisatwa.

Sumbangsih Nyata Umat Buddha.
Master Dharma Kong-Le dari Kuala Lumpur mengatakan melalui  penampilan ini Sutra sudah diremajakan. Umat Buddha tidak hanya melafalkan Sutra tetapi juga melakukan ajaran Buddha dalam tindakan kita.

Sementara, Master Dharma Xuan-Shan dari Malaka mengatakan Sutra dapat membangkitkan keharuan pada hati setiap orang. Saat ini moralitas masyarakat menurun, generasi muda juga merasa kehidupan mereka tidak berarti, sehingga ia berharap dengan adanya acara pemberkahan khususnya pertunjukan drama musikal dapat membuat mereka tergugah dan menemukan tujuan hidup mereka.

Master Xuan-Shan juga menyampaikan kesan-kesannya dengan mengatakan, “Setiap orang dapat mencapai ke-Buddhaan dan Master Cheng Yen adalah contoh teladan Bodhisatwa yang menolong seluruh makhluk hidup. Saya menyesal hanya dapat melakukan sedikit. Saya berharap dapat mengikuti jejak langkah Master Cheng Yen dan berjalan di jalan Bodhisatwa.”

foto

Keterangan :

  • Hampir 200 lebih relawan dari Malaka, Muar, Segamat, dan Tampin menampilkan drama musikal yang diadaptasi setelah latihan intensif mereka selama 3 bulan.

Setelah menyaksikan kisah kilas balik Tzu Chi di tahun 2010, Pendeta Joseph Heng Chon Sin dari Gereja St. Theresia Malaka merasa penting untuk menggugah nilai-nilai kebajikan di hati setiap orang karena dunia kita saat ini sedang menghadapi serangkaian bencana alam yang dahsyat. Ia juga terharu dengan banyaknya dukungan yang diberikan oleh relawan Tzu Chi di seluruh dunia sewaktu sebuah bencana terjadi.

Sekitar 100 anggota gereja yang datang bersama dengan Pastur Fr. Joseph Heng menjadi saksi bagaimana Yayasan Tzu Chi melakukan pekerjaan sosial kemanusiaan dan menyediakan bantuan bagi mereka yang belum beruntung. Pastur Fr. Joseph Hang dan umatnya juga berharap dapat melakukan hal yang sama di kemudian hari.

“Sebelum mengunjungi Tzu Chi, kami berpikir Tzu Chi sama seperti kelenteng lainnya. Namun setelah kunjungan yang pertama, kami mendapati Tzu Chi adalah sebuah organisasi yang menolong orang lintas suku, agama, ras, dan golongan. Banyak orang yang berhati mulia di sana dan setiap dari mereka memiliki pikiran positif dan selalu siap untuk melakukan perbuatan baik,” kata Siti Zubaidah dari Dunia Melayu Dunia Islam. Hari itu Siti Zubaidah datang mengajak 10 orang anggotanya untuk mengenal lebih jauh Tzu Chi. Salah satu anggotanya, Nor Aslena, mendukung pandangan Siti dan mengatakan ia menjadi semakin termotivasi untuk lebih banyak berdana kepada orang lain setelah menghadiri acara tersebut.

Kekuatan “I” (Saya)
Ronald Gan Yong Hoe, Sekretaris Kantor Urusan Agama (Cabang Malaka) mengatakan drama musikal yang diadapsi dari “Arti Sutra yang Tak Ternilai” telah menyentuh hatinya dan membuatnya semakin terharu.

Saya merasakan kekuatan “I” (saya) dan kumpulan kekuatan yang banyak dari “Is” (saya) dapat mengubah dunia. Kita harus belajar cara Tzu Chi dalam mempublikasikan misi-misinya. Ronald Gan percaya bahwa setiap agama membimbing orang menjadi baik, namun semua itu kembali kepada bagaimana kita menerapkan pengajaran tersebut di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Chen Jin Mei dari Machap (sebuah desa di daerah pinggiran Malaka) datang bersama dengan 36 teman dan saudaranya yang sengaja ia undang. Chen mengatakan sangat menyukai tayangan Da Ai TV dan selalu terharu dengan setiap program-programnya. Ia juga berjanji akan mengikuti jejak langkah para relawan Tzu Chi karena ada banyaknya bencana alam di dunia ini. Diperkirakan 10.000 orang menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun Tahun 2010 di Malaka yang dipercantik dengan adanya drama musikal isyarat tangan.

foto  foto

Keterangan :

  • Pastur Fr. Joseph Heng membawa 100 anggota gerejanya ke acara pemberkahan akhir tahun karena ia berpikir acara tersebut sangat penting untuk menginspirasi banyak orang agar menjadi baik. (kiri)
  • Ribuan undangan menghadiri acara pemberkahan akhir tahun yang diselenggarakan oleh Tzu Chi Malaysia. (kanan)

Tujuan Hidup yang Sesungguhnya
Seorang warga negara Nepal, Sanjay Mahato mengungkapkan bahwa ia dapat memahami apa yang disampaikan dalam drama musikal dan isyarat tangan karena teks berjalannya menggunakan bahasa Inggris. Ia berjanji akan melakukan apa yang telah dilakukan oleh relawan Tzu Chi saat ia kembali ke tanah airnya.

Pelatih dansa, Zhang Guang Quan, datang bersama 20 muridnya. Ia merasakan pertunjukkannya sangat istimewa dan tata cahaya serta tata suara sangat fantastik. Meski ia tidak dapat memahami bahasa Mandarin, ia masih dapat mengerti acara yang dipertunjukkan lewat teks berjalan bahasa Inggris. Ia berharap dapat turut serta mengikuti aktivitas Tzu Chi di waktu mendatang dan bekerja untuk kedamaian dunia dengan satu kesatuan hati.

Lima puluh orang dari organisasi Sai Baba juga hadir di antara para pengunjung. Anny dan Suria Lee sangat terkesan. ”Doanya amat sangat menyentuh,” ujar Suria. Anny pun lantas membeli dua set DVD “Makna Sutra yang Tidak Ternilai”.

Acara Pemberkahan Akhir Tahun 2010 di Malaka pun ditutup dengan penyampaian doa. Para Master Dharma, Pastur Katolik, Biarawati, dan para pemuka agama lainnya diundang tampil ke atas panggung untuk melakukan doa bersama. Dalam lautan pelita, setiap orang menghaturkan doa tulus mereka agar dunia terbebas dari bencana, terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dan timbulnya damai di hati setiap orang. Mari kita terangi hati kita dan berikan sinar tersebut kepada orang lain juga. (Sumber: www.tzuchi.org, diterjemahkan oleh Susi Subiono)

  
 

Artikel Terkait

Mewujudkan Bank yang Ramah Lingkungan

Mewujudkan Bank yang Ramah Lingkungan

27 September 2022

Relawan Komunitas Hu Ai Perintis Medan meresmikan titik green point di Panin Bank cabang Pemuda Medan. Green point di Panin Bank adalah titik yang ke-41 di Medan.

Antusiasnya Santri Pesantren Al-Zaytun Study Tour ke DAAI TV

Antusiasnya Santri Pesantren Al-Zaytun Study Tour ke DAAI TV

02 Desember 2018
Bisa berkunjung ke Stasiun Televisi DAAI TV menjadi pengalaman menyenangkan sekaligus berharga bagi 50 santri Pesantren Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat. Apalagi ke-50 santri ini tergabung dalam Forum Studi Jurnalis (FSJ). Rasa ingin tahu mereka tentang seluk beluk dunia jurnalistik dan broadcasting pun terjawab di sini.
Pelatihan Relawan: Dharma Tak Bersuara

Pelatihan Relawan: Dharma Tak Bersuara

24 Juni 2013 Pelatihan kali ini terkesan menarik dan unik, pasalnya pelatihan yang biasanya berlangsung di dalam ruangan dengan peserta yang duduk diam serta disuguhi dengan materi dan sharing relawan, saat itu justru hanya terjadi dalam sedikit sesi.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -