Internasional: Waisak di Melaka, Malaysia

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

fotoHampir 6.000 mengikuti dua sesi upacara pemandian Buddha Rupang dalam rangka Waisak di Tzu Chi Melaka.

Bersamaan dengan peringatan Waisak oleh relawan Tzu Chi di seluruh dunia tanggal 9 Mei 2010, relawan Tzu Chi Melaka juga mengadakan peringatan serupa di halaman Aula Jing Si Melaka. Sore itu hujan mulai turun, ketika relawan sedang sibuk mempersiapkan acara yang digelar pukul 6 sore. Relawan pun berdoa dengan khusyuk agar hujan bisa berhenti turun pada saatnya sehingga acara bisa berjalan lancar. Beruntung, hujan berhenti mengucur sekitar pukul 4 ketika para peserta mulai mengalir datang.

Seratus Buddha Rupang, duduk dengan teduh di tengah altar yang sederhana namun elegan, menyambut para peserta yang berdatangan di tengah hembusan angin yang lembut dan matahari yang berangsur terbenam. Di hari yang ceria dan penuh arti ini, mereka semua mengucap syukur kepada Buddha yang telah berbagi kebijaksanaan, kepada orang tua kita yang telah mencurahkan kasih sayangnya, dan sekaligus berdoa agar terus dapat dengan tekun melatih semangat Bodhisattva.

Hampir 6.000 orang mengikuti upacara peringatan yang dibagi dalam beberapa sesi ini. Diharapkan dengan prosesi penghormatan pada Buddha yang digelar dengan khidmat dan hening ini, para peserta dapat menemukan batinnya yang suci dan murni dan juga dapat melenyapkan penderitaan dan kekhawatiran. Secara bersama, mereka berterima kasih kepada Buddha, orang tua, dan semua mahluk hidup, seraya berdoa bagi perdamaian dunia.

Bersama Menjernihkan Batin
Sejumlah Biksu, Biarawati (Suster) Katolik, dan masyarakat dari berbagai lapisan.ikut hadir dalam acara tersebut. Sesungguhnya setiapa agama memiliki hakikat yang sama, yakni menjernihkan batin manusia. Hal ini pernah disampaikan Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi. Jika semua orang dari agama apapun bisa bahu membahu bekerja sama, masyarakat yang harmonis akan terwujud. “Tzu Chi berharap dapat mengajak orang-orang memahami ajaran Buddha melalui prosesi semacam ini, karena hanya dengan pikiran yang suci dari setiap orang, dunia yang bebas dari bencana akan terwujud.” ujar Master Cheng Yen.

Biksu Dao Pu dari Lembaga Nanhai Puduoshan, Singapura, adalah salah satu guru Dharma yang menghargai acara demikian. Setelah acara usai, beliau berkata,”Kita seharusnya tidak dikotak-kotakkan oleh agama dan hendaknya menghargai agama kita dan hidup dengan harmonis. Hanya dengan cara ini, kebahagiaan dan perdamaian akan tercapai.”

Suster Clara Wong dari Perkumpulan Biarawati Sacred Heart, yang juga menghadiri acara, menyampaikan pendapatnya dalam sebuah wawancara: “Saya tahu kalian mengerjakan banyak hal yang baik, dan karena ingin tahu lebih banyak, saya datang untuk mengenal organisasi ini berikut misinya. Semua ini amatlah baik.”

foto  

Ket : - Murid-murid dari Montfort Youth Center melakukan prosesi pemandian Buddha Rupang. Jasvinder Singh              (paling kanan) melihat kegiatan ini sebagai kesempatan untuk mempelajari budaya lain.

Tamu Istimewa
Datin Sri Datuk Wira Hajah Asmah Ab. Rahman, istri dari Menteri Utama Melaka hadir untuk menyaksikan peringatan Waisak Tzu Chi Melaka. Beliau berkata,”Saya senang bisa memiliki kesempatan untuk datang dan menyaksikan upacara Buddhis yang begitu megah dan khidmat. Meski saya melihat dari kursi tamu, saya dapat merasakan suasana yang begitu damai.” Datin amat mengagumi kegiatan amal Tzu Chi, khususnya dalam pemberian bantuan bagi korban bencana. Beliau berharap lebih banyak orang Malaysia yang terlibat dalam kerelawanan. Sejumlah anggota dari Pertubuhan Jamaah Islah Malaysia (JIM), sebuah LSM Muslim juga ikut hadir dalam rangka pertukaran budaya dengan relawan Tzu Chi.

Memohon Sebuah Harapan
Wu Ju Hong, seorang partisipan umum, telah mengikuti peringatan Waisak ini untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Tahun ini, dia datang dengan seluruh anggota keluarganya. Di tahun 2008, dia berdoa bagi korban bencana di Myanmar. Secara khusus, dia amat menyukai lantunan musik yang teduh yang mengiringi upacara pemandian Buddha Rupang tersebut. Empat puluh tujuh murid dari Montfort Youth Center di Melaka juga diundang untuk mengikuti acara ini. Bagi sebagian besar dari mereka, termasuk Jasvinder Singh, ini adalah untuk pertama kalinya mereka mengikuti  acara ini. Jasvinder, seorang siswa senior dari lembaga tersebut, menikmati upacara ini dan merasa acara ini kesempatan baginya untuk mempelajari budaya yang berbeda. Dia berharap adik-adik yuniornya dapat belajar sesuatu dari kegiatan ini.

Seperti yang terdapat dalam sutra pemandian Buddha Rupang: “Hari ini, saya hadir untuk memberi hormat pada semua Buddha yang mewakili kesucian, kebijaksanaan, kemuliaan, dan kebajikan. Semoga semua makhluk hidup terbebas dari kekotoran batin, dan mencapai pencerahan batin sebagaimana yang telah dicapai Buddha.” Semoga upacara pemandian Buddha Rupang ini membawa kedamaian bagi semua orang. Mari bersama-sama menyebarkan cinta kasih Buddha ke segala penjuru dunia. (Sumber: Website Tzu Chi Taiwan Tanggal 9 Mei 2010, Diterjemahkan oleh: Agus Hartono).

  
 
 

Artikel Terkait

Menggarap Ladang, Melatih Diri

Menggarap Ladang, Melatih Diri

15 Januari 2013 Keberadaan Aula Jing Si di Indonesia merupakan sebuah sejarah dan rumah bagi seluruh Bodhisatwa dunia yaitu relawan Tzu Chi di Indonesia. Tentunya "rumah kita bersama" ini haruslah juga dijaga dan dibersihkan oleh pemilik rumahnya sendiri.
Menjalin Jodoh dengan Masyarakat

Menjalin Jodoh dengan Masyarakat

11 Januari 2013 Baksos ini bertujuan untuk membantu pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu, dan memberi perhatian kepada balita dan lansia.
Menyemai Bibit-Bibit Berkah di Kampung Kebhinnekaan Sukajadi

Menyemai Bibit-Bibit Berkah di Kampung Kebhinnekaan Sukajadi

22 Februari 2019
Kelurahan Sukajadi menjadi lokasi baksos kesehatan yang digelar relawan Tzu Chi Hu Ai Tangerang, pada Minggu pagi, 17 Februari 2019. Selain pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, dalam baksos degeneratif ini juga diadakan penyuluhan tentang pengenalan berbagai penyakit degeneratif dan kiat sehat di usia emas (di atas umur 50 tahun).
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -