Istana Dongeng Ceria di Akhir Tahun

Jurnalis : Yang Mery, Fotografer : Kwa Cun Meng
 
fotoDengan membawa poster kata perenungan, anak--anak murid kelas Istana Dongeng Ceria memberikan persembahan bahasa isyarat tangan di hadapan orangtua mereka.

Sabtu yang cerah, tanggal 5 Desember 2009 merupakan pertemuan terakhir untuk kelas Istana Dongeng Ceria (IDC) di tahun 2009. Karena pertemuan ini jatuh di bulan Desember yang juga bertepatan dengan Hari Ibu, maka topik pertemuan kali ini adalah seputar Hari Ibu. Pertemuan terakhir ini mengundang seluruh orangtua murid untuk ikut bergabung di dalam kelas IDC bersama dengan anak-anak. Seperti biasa, di dalam kelas IDC, ada 3 hal yang wajib diajarkan kepada murid-murid, yaitu : budi pekerti melalui dongeng atau kasus, kata perenungan, dan bahasa isyarat tangan.

Maka kegiatan-kegiatan itulah yang akan ditampilkan oleh para murid kepada orangtua mereka. Acara dimulai pukul 14.00 yang diisi dengan 5 tim anak-anak dari murid kelas kecil dan kelas besar. Setiap tim membawa beberapa karton yang berisi Kata-kata Perenungan Master Cheng Yen dan para murid kemudian membacakannya di depan orangtua mereka yang duduk di kelas. Melihat anak-anak mereka membacakan kata perenungan “Sinar matahari sangat terang, tetapi budi orangtua lebih besar”, salah satu orangtua murid meneteskan air mata mendengar anaknya membaca kata perenungan tersebut. 

Menumbuhkan Cinta Kasih
Acara selanjutnya diisi dengan bahasa isyarat tangan yang dibawakan oleh murid-murid kelas kecil. Saat itu mereka membawakan bahasa isyarat tangan yang berjudul Ai Xing Wa Wa, sebuah lagu yang sangat disukai mereka. Dengan sangat gembira dan tersenyum bahagia, mereka membawakan bahasa isyarat tangan ini.  Usai kelas kecil, murid-murid kelas besar membawakan bahasa isyarat tangan yang berjudul Di Jiu De Hai Ce yang bermakna sangat bagus bahwa setiap orang harus memiliki sifat tolong menolong kepada sesama.

foto  foto

Ket : - Bangga dan haru, itulah yang dirasakan oleh para orangtua murid kelas Istana Dongeng Ceria ini. Rasa                   bangga itu mereka wujudkan dengan mengambil foto anak-anak mereka yang sedang melakukan bahasa            isyarat tangan. (kiri)
        - "Ini lho tangan Mamaku," pikir seorang anak saat memegang tangan yang diyakininya milik sang mama            tercinta. (kanan)

Setelah anak-anak mementaskan kemampuan dan pelajaran yang dipelajari di dalam kelas IDC kepada orangtua mereka, maka acara selanjutnya adalah sharing para orangtua murid. Salah satu orangtua murid lantas berdiri dan sambil tersenyum bahagia mengatakan, “Saya adalah Ibu Desi, ibu dari Janice, awalnya saya hanya iseng saja mengikutsertakan anak saya dalam kelas IDC ini. Memang awalnya tidak ada hasil tapi setelah 10 bulan anak saya berubah, karena di dalam kelas selalu membaca dan mendengarkan kata-kata perenungan, anak saya mengalami kemajuan dalam moral budi pekerti dan sifat cinta kasihnya kepada sesama.”

Satu saat ia dan anaknya pergi ke sebuah toko buku. Kebetulan di depan pintu masuk toko buku tersebut ada sebuah kotak dana, anak-anaknya lalu mengatakan kepadanya, “Mama, saya minjam uang mama dong, nanti pulang dikembalikan, saya mau menolong orang yang kesusahan dengan memasukkan uang didalam kotak dana tersebut, mereka korban bencana sangat kasihan. Harus kita bantu.” Mendengar perkataan anaknya itu, ia pun menjadi sadar jika anaknya kini sudah berubah. 

foto  foto

Ket : - Bagi yang benar memilih tangan mama, si anak akan segera memeluknya, sementara bagi yang salah, tak             jarang si anak menangis karena telah salah memilih. (kiri)
        - Dengan penuh hormat dan kasih, anak-anak ini melayani orangtua mereka dengan memberikan secangkir            teh. Para ibu ini pun menerima dengan penuh syukur kebaikan yang diberikan anak-anak mereka. (kanan)

Begitu juga dengan sharing dari orangtua Natharina yang mengatakan kalau anaknya sejak ikut kelas IDC, anaknya tidak membuang makanan dengan sembarangan. Bahkan setelah pulang dari sekolah pun, Natharina bisa membantunya membersihkan rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah (PR) nya sendiri. Menurutnya lagi, Natharina juga selalu ingat kata perenungan yang diberikan para shigu. “Di kelas shigu suka nanya siapa yang melakukan kata perenungan kemarin,” menurut mamanya lagi. Selain orangtua Natharina, ada juga orangtua murid lain yang mengatakan bahwa anak-anaknya menjadi mengerti bagaimana membedakan sampah yang bisa didaur dan mana yang tidak bisa didaur ulang.

Setelah sharing selesai, para orangtua murid juga mengikuti acara games dengan gembira. Dalam games itu murid-murid harus mencari orangtua mereka dengan menghapal bentuk tangan ibunya. Yang mereka dapat lihat hanya sepenggal bentuk tangan yang keluar dari sebuah lubang karena wajah dan tubuh orangtua mereka tersembunyi di balik kain hitam yang diselubungkan para relawan. Setelah menemukan ibunya, para murid-murid ini harus memegang tangan ibu mereka dan memeluknya. Acara dilanjutkan dengan memberikan segelas teh dan suvenir kepada orangtua dangen bersujud di hadapan mereka. setelah suvenir diterima dan teh yang diberikan telah diminum, murid-murid ini mengucapkan kata Gan En dan mencium mama dan papa mereka. acara hari Ibu tahun ini, memang benar-benar membuat orangtua murid yang hadir tersentuh dan menjadi mengerti apa fungsi dari kata perenungan, bahasa isyarat tangan, dan budi pekerti yang diberikan di kelas Istana Dongeng Ceria.

 

Artikel Terkait

Tzu Chi Diharapkan di Manado

Tzu Chi Diharapkan di Manado

03 Maret 2014 Dalam kegitan yang bersifat ramah tamah itu itu peserta kembali diberikan pengenalan tentang asal usul Tzu Chi dan sharing dari seorang karyawan Swiss Bell Hotel yang selama sebulan ini mulai mengenal Tzu Chi.
Perhatian Tzu Chi Sinar Mas pada Para Penyandang Tunanetra

Perhatian Tzu Chi Sinar Mas pada Para Penyandang Tunanetra

12 Mei 2020

Tzu Chi Sinar Mas mengulurkan tangan bagi teman-teman tunanetra yang saat ini kesulitan mencari nafkah dampak dari wabah corona. Pada 8 Mei 2020, Tzu Chi Sinar Mas memberikan paket sembako cinta kasih kepada 127 keluarga tunanetra.

Ketegaran Hati Menjalani Hidup Pascagempa

Ketegaran Hati Menjalani Hidup Pascagempa

14 Januari 2020

Sebanyak 553 warga korban gempa dan likuefaksi Palu akhirnya merasa lega. Mereka menandatangani Surat Perjanjian Penghuni Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tahap 1 (11-12 Januari 2020). Karmen Darwati salah satunya. “Bahagia, meski kadang sedih kalau ingat suami,” katanya.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -