Jalinan Jodoh dalam Melenyapkan Penderitaan

Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi, Galvan (Tzu Bandung)
 
 

foto
Relawan/komite Tzu Chi Bandung, Zou Leung, sedang melihat kondisi pasien bakti sosial mayor dan minor yang telah seleasi menjalani operasi hernia di ruang pemulihan.

Penyakit bisa hinggap pada siapa saja yang tanpa pernah pandang bulu. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, penyembuhan suatu penyakit bisa dikatakan lebih mudah karena tidak akan terlalu direpotkan oleh masalah biaya dalam proses penyembuhannya. Akan tetapi, bagi golongan masyarakat kelas bawah, terserang penyakit akan menjadi masalah besar. Terlebih lagi apabila mengidap penyakit berat dan harus menjalani operasi dalam proses penyembuhannya. Jangankan untuk berobat, biaya untuk kehidupan sehari-hari pun terkadang sulit didapat.

Potret kehidupan seperti ini yang dimanfaatkan secara positif oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Dengan melihat kekurangan dan penderitaan yang mereka alami, Tzu Chi senantiasa hadir untuk memberikan pertolongan kepada mereka. Dalam kesempatan kali ini, Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial operasi mayor minor secara gratis yang ditujukan bagi masyarakat kurang mampu. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 7-11 Januari 2013,  bertempat di Rumah Sakit Dustira, Cimahi, Bandung, Jawa Barat.

Adapun jumlah pasien yang mengikuti bakti sosial ini, yaitu sebanyak 28 pasien yang mengidap hernia, bibir sumbing, dan benjolan. Pasien-pasien tersebut berasal dari Bandung, Cianjur, Subang, dan Majalengka (Provinsi Jawa Barat)  yang telah lolos menjalani screening sebagai syarat untuk menjalani operasi. Selama pasien menjalani pengobatan, para relawan Tzu Chi senantiasa mendampingi mereka. Misalnya seperti menjenguk dan memberikan dukungan moril bagi pasien di ruang rawat inap, hingga mendampingi pasien menuju ruang operasi. Tidak hanya sampai situ, karena para relawan pun selalu menunggu proses operasi pasien hingga tuntas.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi Bandung, Yuyu Kurniadi, sedang melihat kondisi pasien bakti sosial mayor dan minor yang telah selesai menjalani operasi hernia di ruang pemulihan (kiri).
  • Relawan Tzu Chi Bandung, H. Sahid Sudarsono (depan), Budi Lukiman (tengah), dan Hendra Adiutama (kiri), bersama-sama mengantarkan pasien bakti sosial mayor dan minor yang telah selesai menjalani operasi dari ruang pemulihan menuju ruang rawat inap (kanan).

Ragam Cara Dalam Jalinan Jodoh
Jalinan jodoh Tzu Chi dengan para pasien dapat terjadi dengan berbagai cara. Seperti dalam kegiatan bakti sosial ini jodoh para pasien dengan Tzu Chi pada kegiatan bakti sosial ini terjalin berkat peran seseorang yang bernama Jojo. Jojo yang merupakan warga Majalengka ini berperan menjadi jembatan penghubung antara Tzu Chi dengan pasien baksos yang berasal dari Majalengka. Dengan ketulusan hatinya, pria 39 tahun ini senantiasa mendaftarkan dan membimbing para pasien kurang mampu asal Majalengka untuk mengikuti Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi.

Sedangkan awal mula pertemuan Jojo dengan Tzu Chi itu sendiri yaitu pada tahun 2004, ketika Jojo meminta bantuan pengobatan dan operasi anaknya ke Tzu Chi. "Jadi saya mulai dari tahun 2004 itu ya pertamanya anak saya yang dibawa (berobat ke Tzu Chi-red) sebelum saya tau yang di Bandung, jadi saya bawa ke (Tzu Chi-red) Cengkareng, Jakarta. Nah, abis itu setahun kemudiannya itu banyak orang-orang yang nanyain ke saya, jadi ya udah saya kasih tau, waktu dulu saya masih bawa pasien itu ke Cengkareng, ke Cengkareng juga saya (membawa pasien) hampir udah 5 orang itu yang hernia semua. Terus mulai ke sini tuh (Tzu Chi-red) , di Bandung. Saya dari Cengkareng disaranin ke Bandung aja, ada cabangnya, soalnya kalo misalnya dari Majalengka ke Jakarta kan lumayan cukup jauh gitu, ya jadi transport juga udah berapa. Soalnya kan yang dibantu sama saya itu bukannya orang yang mampu untuk operasi terus daftar kesini gitu, bener-bener orang yang tidak mampu buat dibantu sama Yayasan Buddha Tzu Chi gitu," kata Jojo berkisah.

                Dan keberadaan Tzu Chi ini, Jojo mengetahuinya dari seseorang ketika sedang berada di dalam angkutan umum. "Jadi kebetulan gini, saya kan lagi ngobrol (dengan penumpang) di mobil gitu, di kendaraan umum, ngobrol-ngobrol. Saya nanya kan (ke penumpang-red) abis dari mana, abis dioperasi, dioperasinya katanya gratis, saya kan nggak tau gratisnya, gratis total,  potongan atau gimana. Nah saya dikasih tau, kebetulan yang ngasih taunya juga begitu tahu alamatnya, cuma bilang Cengkareng, di Rumah Sakit Cinta Kasih. Nah, langsung sampe 2 hari saya nyari (di Jakarta), kemudian ketemu, Pas ketemu langsung ke bagian administrasinya, katanya ngga ada potongan lagi, ini gratis semuanya. Dan sampe sekarang banyak itu (pasien) bukan penyakit yang hernia aja, datang nanya ke saya,” ucap Jojo.

foto  foto

Keterangan :

  • Jojo (kiri), di tengah kondisi ekonomi terbatas, ia masih bisa bersyukur dapat menjadi jembatan penghubung antara Tzu Chi dengan pasien baksos yang berasal dari Majalengka, Jawa Barat (kiri).
  • Relawan Tzu Chi Bandung, Pepeng Kuswati (ke dua dari kiri),                     dan Wang Li Chiung (ketiga dari kiri) sedang menjenguk pasien baksos yang telah selesai menjalani operasi (kanan).

Dengan berbekal uang seadanya Jojo senantiasa menolong para pasien. Kendati Jojo kondisi perekonomiannya terbatas, namun demi rasa kemanusiaan ia rela mengorbankan waktu dan tenaganya tanpa pamrih. Jarak yang jauh antara Majalengka menuju Bandung, dan harus menginap di rumah sakit,  bukanlah hambatan bagi Jojo untuk terus menolong serta mendampingi sesama yang sedang dilanda kesusahan.

"Mungkin saya udah tau ke sini, jadi orang-orang datang ke saya gitu. Saya juga jadi suka bingung, suka bingungnya misalnya saya nganter, kadang-kadang kan saya (menginap) disini berapa hari. Saya nganter buat ngedaftarin, buat segala macem gitu kan kadang-kadang saya itu ya ongkos sendiri. Tapi itu mungkin udah tanggung jawab saya, saya bisa membantu juga udah allhamdulilah. Kalau misalnya dari Majalengka kata saya (ke pasien-red) udah berangkat aja kesana sendiri, mereka itu katanya ngga tau, maklumlah dari kampung.  Kalo misalnya datang ke sini tanpa saya, mereka takutnya gimana-gimana, nggak tau prosedur, saya kan udah tau gimana prosedur Yayasan Buddha Tzu Chi,” katanya.

Kini keadaan para pasien pun kian membaik. Kesembuhan merupakan penantian panjang bagi mereka yang baru bisa terwujud dalam kegiatan bakti sosial ini.      "Dari awalnya sakit panas pertama-tama, sesudah panas langsung ada benjolan, ya saya itu dulu ke dokter, dan katanya hernia. Kata dokter juga harus dioperasi, nggak ada obatnya, harus dioperasi aja. Saya langsung ke aja ke Tzu Chi. Itu (sakit hernia) udah 5 tahun lebih. Sebelumnya sakit terus, mendingan, udah sembuh,” kata Darwah (36), salah satu pasien. Dengan adanya bantuan operasi hernia gratis ini, pria yang sehari-harinya berjualan sayuran ini pun tergerak hatinya untuk menjadi relawan Tzu Chi guna menolong sesama. "Pengen jadi relawan, saya terharu sama yayasan. Saya akan membantu orang lain lagi seperti relawan," ujar Darwah. Bakti sosial ini adalah sikap nyata dari Tzu Chi sebagai wujud dalam menjalankan misi kesehatan. Dalam misi tersebut terkandung tekad bahwa Tzu Chi bertekad untuk melenyapkan penderitaan.

  
 

Artikel Terkait

Tzu Ching Camp 2015 : TIME

Tzu Ching Camp 2015 : TIME

25 Agustus 2015 Para muda mudi mahasiswa Tzu Chi (Tzu Ching) mengadakan Tzu Ching Camp 2015 yang diadakan di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta tanggal 15-17 Agustus 2015. Tzu Ching Camp yang diadakan selama tiga hari dua malam ini, diikuti oleh 190 peserta yang berasal dari universitas se-Jabodetabek serta Bandung, di antaranya, Universitas Bunda Mulia, Binus, Untar, Trisakti, Universitas Parahyangan dan lainnya.
Berbagi Kasih di Senjarawi

Berbagi Kasih di Senjarawi

21 Desember 2016
Berbagi waktu untuk mengasihi terhadap sesama dituangkan setiap detiknya bersama oma dan opa, semoga apa yang telah dilakukan oleh relawan Tzu Chi dapat memberikan inspirasi untuk saling mengasihi terhadap sesama
Suara Kasih : Memiliki Pandangan Benar

Suara Kasih : Memiliki Pandangan Benar

26 April 2011 Pada kehidupan ini, kita harus memaanfaatkan waktu untuk segera bertobat jika berbuat salah. Saat orang lain telah bertobat, kita harus membuka hati dan berlapang dada. Kita harus bertekad untuk menjadi penyelamat bagi lebih banyak orang. Inilah ikrar luhur setiap Bodhisatwa.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -