Jalinan Jodoh Pada Pelatihan Relawan Pademangan

Jurnalis : Budi Suparwongso, Fotografer : Budi Suparwongso, Robby Lulianto.
 
 

foto
Sepuluh tahun lalu ketika pertama kali Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng mulai beroperasi, Zaenah Shijie sudah mendaftarkan diri untuk menjadi seorang guru SD. Karena prestasinya yang terus menanjak, maka akhirnya Zaenah Shijie diangkat menjadi seorang Kepala Sekolah SD Cinta Kasih Tzu Chi sampai sekarang.

Kegiatan pelatihan relawan Pademangan hari Sabtu ini, tanggal 27 April 2013,  di ITC Mangga Dua berada di bawah bimbingan Lucy Chairul Shijie. Acara ini termasuk pelatihan karena seminggu sebelumnya sudah disosialisasikan kepada ibu-ibu PKK Pademangan. Keseluruhan jumlah peserta yang terdaftar di Pademangan ada 71 orang dan hari ini yang datang ada 60 orang. Hampir semuanya adalah ibu-ibu PKK yang menyambut kegiatan Tzu Chi dengan suka cita.

 

 

Menurut Lucy Chairul Shijie, Ibu-ibu PKK ini sangat antusias dan mandiri, begitu ada kegiatan Tzu Chi mereka sudah bisa langsung menempatkan diri di dapur dan di bagian lain. “Apalagi ibu-ibu PKK Pademangan sudah mengatakan siap membantu kegiatan Tzu Chi berikutnya,” cerita Lucy Chairul Shijie dengan penuh semangat.  “Tujuan training ini yang terpenting adalah untuk lebih memperkenalkan Budaya Humanis Tzu Chi. Mereka juga sangat perhatian terhadap pelatihan yang diberikan oleh Tzu Chi sehingga mereka bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,” demikian penjelasan dari Lucy Chairul Shijie.

Sebagai pembicara pertama adalah Zaenah Shijie yang membawakan topik Visi dan Misi Tzu Chi. Visi Tzu Chi yaitu Mensucikan hati manusia, Membangun masyarakat yang damai dan sejahtera, serta Menghindarkan dunia dari bencana. Kemudian Misi Tzu Chi terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu Misi Amal, Misi Pengobatan, Misi Pendidikan dan Misi Budaya Humanis.

Sambil menjelaskan tentang Visi dan Misi Tzu Chi, Zaenah Shijie tidak lupa menitikberatkan bahwa di Tzu Chi kita tidak membeda-bedakan antara relawan, bahkan banyak pengusaha yang menjadi relawan Tzu Chi juga ikut menggotong karung beras pada waktu bakti sosial. ”Kemarin ditolong sekarang gantian menolong,” demikian ujar Zaenah Shijie membakar semangat para relawan yang hadir.

Like Hermansyah Shijie melanjutkan acara dengan menjelaskan tentang pentingnya Budaya Humanis Tzu Chi yang bisa dipraktekkan sehari-hari di antara relawan Tzu Chi maupun di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. “Bagaimana caranya kita memulai sebuah Budaya Humanis?,” Like Shijie menjelaskan kepada kita bahwa ada 3 (tiga) kata yang perlu selalu diingat sebagai pedoman, yaitu Gan En (Bersyukur), Zun Zhong (Menghormati) dan Ai (Saling Mengasihi). Dengan adanya pedoman seperti itu diharapkan masyarakat akan lebih harmonis.

foto  foto

Keterangan :

  • Darningsih Shijie (Paling Kiri) sedang berlatih Bahasa Isyarat Tangan Tzu Chi. Dia termasuk salah satu relawan yang datang paling pagi ke acara pelatihan ini dan di dalam hatinya terdapat kesan yang baik mengenai Tzu Chi, bahwa relawan Tzu Chi adalah yang pertama kali datang memberikan bantuan sebelum yayasan lain datang (kiri).
  • Agustin (kiri) dan Usni Shijie (berseragam abu) hari ini datang karena diajak oleh Yenni Shijie karena ketiganya ikut kegiatan PKK di Pademangan. Mereka berdua sangat senang dengan kegiatan sosial di Tzu Chi terutama yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan (kanan).

Budaya Humanis Tzu Chi juga menyangkut penampilan rapi. Berpemampilan rapi di Tzu Chi sangat penting sebagai identitas diri. Pada saat baksos, masyarakat akan melihat kita sebagai perwakilan dari para donatur yang mulia. Masyarakat juga bisa mengenali para relawan dari seragam yang dikenakan dan bisa memberikan dukungan dimanapun kita berada di seluruh penjuru dunia.  Ada istilah The Blue Angel untuk relawan biru putih Tzu Chi. Salah satu contoh Budaya Humanis Tzu Chi yang baik adalah gotong royong relawan Tzu Chi di Afrika Selatan. Mereka mengirim relawan setiap tahunnya ke acara pelatihan relawan Tzu Chi di Hua Lien, Taiwan, dari hasil penjualan menjahit bersama. Tahun berikutnya giliran relawan yang lain dikirim dari hasil penjualan menjahit tersebut.

Menggalakkan Pelestarian Lingkungan
Mengikuti ajaran Master Cheng Yen berarti kita sebagai relawan juga perlu menjaga pelestarian lingkungan. Program daur ulang 5 R (Reduce, Re-Use, Re-Cycle, Re-Think, Repair) selalu didengungkan, apalagi pada masa sekarang sudah mencapai kondisi Global Warming di seluruh dunia. Terakhir adalah bervegetarian yang juga merupakan salah satu Budaya Humanis yang menghormati semua makhluk hidup. Master Cheng Yen menekankan pentingnya bervegetarian juga karena alasan kesehatan. Segala macam daging sudah tidak alami, disuntik hormon jadi tidak sehat. Apabila kita sehat baru kita berpeluang untuk menolong orang lain, maka dari itu pilihan bervegetarian adalah pilihan yang memupuk jalan menuju kebahagiaan hidup sekeluarga.

Jalinan Jodoh Baik Telah Terbuka
Relawan yang satu ini mempunyai nama panggilan Nining, bersuara lembut dan tenang serta bertempat tinggal di Jalan Ampera Besar RT 04, RW 06, Pademangan Barat. Darningsih, itulah nama lengkapnya, baru kali ini mengikuti acara sosialisasi di Tzu Chi. “Pertama kali waktu itu saya mengikuti baksos pembagian beras setahun lalu di ruko Pademangan. Kok yang memberikan bantuan yang mengucapkan terima kasih, bukan yang menerima bantuan. Saya terharunya pada saat itu. Lalu ada relawan yang bantu menggotong beras saya.”

Setelah itu Darningsih bertemu tetangganya yaitu Yuli Shijie yang menyarankan  untuk ikut kegiatan Tzu Chi. Awalnya ragu-ragu karena merasa tidak punya cukup materi untuk membantu orang lain. Setelah masuk menjadi relawan Tzu Chi, hati Darningsih sangat tergerak. Ternyata tanpa materipun kita bisa menolong orang lain. “Di sini kita menolong orang lain tidak berpatokan pada materi, yang penting tulus,” jawab Yuli Shijie pada waktu itu. Jodoh baik Darningsih berbuah, niatnya untuk menolong orang lain bak gayung bersambut ketika diajak oleh Yuli Shijie di Pademangan.

Darningsih sangat senang di Tzu Chi karena sifatnya yang lintas agama, semua menjadi satu dan Tzu Chi menolong tanpa pamrih. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, Darningsh seolah mendapat jalan keluar, “Sebelum saya dan kawan kawan masuk ke Tzu Chi, biasanya ada teman suka berdiam diri kalau bertemu saya. Tapi sekarang, setelah bergabung dengan Tzu Chi, bila bertemu lagi, teman saya itu suka tertawa. Saya belum pernah ikut baksos Tzu Chi, makanya saya ingin sekali bisa ikut,” demikian harapan dari Darningsih.

Menjadi Lebih Baik
ibu Usni yang berumur paruh baya sudah ikut 4 kali Sosialisasi Tzu Chi. “Saya senang ikut kegiatan sosialisasi karena kita semua menjadi bisa lebih terbuka dan lebih mengedepankan kerjasama antara teman-teman. Karena di Tzu Chi tidak membeda-bedakan asal usul, makanya saya selalu merasa senang datang ke acara sosialisasi.”

foto  foto

Keterangan :

  • Ibu Euis Rohani (kanan) termasuk yang datang paling pagi ke Pelatihan Relawan Pademangan ini. Antusiasnya untuk selalu ikut kegiatan Tzu Chi walaupun sudah berusia paruh baya patut diacungi jempol (kiri).
  • Pada pelatihan kepada ibu-ibu PKK ini ada 2 orang laki-laki yang datang, pertama adalah Agustin, yang kedua adalah bapak Djalal (kanan) yang suka dipanggil Alok. Sebenarnya pak Djalal sudah mendaftar untuk ikut acara pelatihan keesokan harinya dari Hu Ai Angke, tetapi karena sudah berjodoh baik hari ini, maka diapun mengikuti pelatihan hari ini dengan penuh perhatian dari awal hingga akhir acara (kanan).

Dalam mengikuti acara sosialisasi, ibu Usni juga mengajak beberapa temannya untuk bergabung. “Saya mendapat manfaat pribadi yaitu dapat pendidikan budaya humanis untuk diterapkan di dalam keluarga dan anak, selain itu ada juga pengetahuan tentang lingkungan hidup. Saya akan mencoba untuk menerapkan di keluarga saya dulu. Kalau sudah berhasil baru diberikan kepada tetangga,” demikian tekad ibu Usni.

Lain cerita dengan Agustin ketika mengingat pertama kalinya diajak datang ke Tzu Chi. “Mau ikut saya tidak? kita mau ke PIK untuk bantu-bantu orang lain, tetapi jangan mengharapkan dapat sesuatu,” ucap Yennie Shijie kepada Agustin. Itulah awal mula jodoh baik dengan Tzu Chi semakin erat di hati Agustin yang berusia ke 20. Sebelumnya dia senang melihat acara Tzu Chi dari televisi. “Apa betul ada kegiatan sosial seperti yang di DAAI TV?,” dia bertanya kepada dirinya sendiri setiap kali melihat acara DAAI TV. Ternyata di dekat rumah Agustin ada Yenni Shijie yang mengajak dia untuk datang ke acara sosialisasi ini.

Pertama kali ikut kegiatan Tzu Chi adalah sewaktu membantu mengepak barang untuk bantuan korban banjir Pademangan di bagian Logistik Tzu Chi Center, PIK. Agustin mengambil pelajaran bahwa semua kegiatan Tzu Chi bisa terorganisir dengan baik serta ada budaya ramah tamahnya. Relawan tidak hanya memberi bantuan, namun sekalian berterima kasih kepada yang ditolong. “Awalnya Itu yang bikin saya bingung, biasanya kan yang memberi justru yang menunggu kata-kata terima kasih dari yang ditolong. Karena teladan yang baik itu makanya sampai sekarang saya mau ikut”.

Menambah Kebajikan
“Saya pertama kali ikut pelatihan semacam ini karena ingin tahu lebih dalam tentang Tzu Chi, tidak hanya membantu di lapangan, jadi bisa mengetahui asal mula riwayat Tzu Chi,” demikian penjelasan ibu Euis Rohani yang tinggal di RT 3/RW 13 Pademangan Barat. Selain itu ibu Euis yang juga menjabat sebagai Ketua RT PPKB sudah sejak dulu membantu pembuatan daftar survei untuk bantuan dari Tzu Chi. Sudah 6 tahun ini ibu Euis bergabung di dalam kelompok PKK dan sudah sering ikut kegiatan Tzu Chi di Pademangan.

Sebagai seorang muslim yang sudah mempunyai 9 anak dan 16 cucu, ibu Euis juga mengharapkan kasih sayang dan gotong royong sesama umat manusia dengan tidak membeda-bedakan agama. Sama halnya dengan Djalal yang juga memutuskan untuk bergabung dengan Tzu Chi. “Saya Sering membaca bulletin dan majalah Tzu Chi yang ada di tempat kerja. Saya menjadi senang hatinya ketika membacanya maka memutuskan ingin bergabung,” ujar bapak Djalal yang sering dipanggil Alok.

Sebenarnya di tempat kerja pak Djalal, tidak ada relawan Tzu Chi tapi dia pernah menjadi donatur, sehingga ada yang mengirimkan bulletin dan majalah Tzu Chi. Dia merasa senang bisa bergabung dengan Tzu Chi dan menjalin jodoh baik dengan teman-teman yang lain, juga bisa ikut bersumbangsih di bidang sosial. “Ajaran Tzu Chi adalah untuk kebaikan bersama supaya bisa menghargai sesama. Kalau ada kegiatan bakti sosial pasti saya mau ikut dan saya sudah mendaftar jadi relawan Tzu Chi,” demikian semangatnya bapak Djalal.

Album Foto:
 https://plus.google.com/u/0/photos/114744069601923913896/albums/5872915513428647281

  
 

Artikel Terkait

Turut Menjadi Pewaris Masa Depan Bumi

Turut Menjadi Pewaris Masa Depan Bumi

19 Juni 2019
Para mahasiswa yang tergabung dalam Bina Nusantara Mandarin Club (BNMC) memberikan donasi botol plastik  yang mereka kumpulkan ke Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Tzu Chi Center PIK, Selasa, 18 Juni 2019. Para mahasiswa ini juga juga langsung belajar memilah botol-botol tersebut.
Kondisi Warga Way Muli Satu Bulan Pascatsunami Selat Sunda

Kondisi Warga Way Muli Satu Bulan Pascatsunami Selat Sunda

22 Januari 2019
Sudah satu bulan, warga terdampak tsunami Selat Sunda di Lampung bertahan di tenda-tenda pengungsian. Di sana, kondisi mereka pun masih belum stabil. Relawan Tzu Chi Lampung datang membawa bantuan berupa 56 buah kasur lantai, 50 setel seragam sekolah, dan bahan masakan sesuai kebutuhan pengungsi.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -