Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 1)
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto Wilna (kaus putih) bersama relawan Tzu Chi dan teman-temannya bermain bersama di pantai dekat rumahnya di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. |
| ||
Seusai sarapan pagi dengan dibantu oleh ibunya, Wilna pun segera berangkat berangkat menuju sekolahnya: SLB B-C Yayasan Mutiara Bahari Mandiri di Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Angin laut berdesir pelan tatkala pintu rumah yang sederhana itu terbuka. Udara dan bau khas pantai sangat terasa. Rumah nenek Wilna memang sangat dekat dengan bibir pantai. Jadi tak heran jika Wilna beserta adik dan teman-temannya banyak menghabiskan waktunya di pantai. Gemuruh ombak dan lembutnya pasir hitam menjadi hal yang dekat dengan anak-anak pesisir pantai selatan ini. “Dulu nggak ada yang mau tinggal dan bangun rumah di sini,” kata Tati Patimah, nenek Wilna mengenang. Tati sendiri lahir dan tinggal di Bandung, sebelum akhirnya menikah dengan seorang pelaut asal Makassar. Sejak itulah Tati Patimah kemudian menjadi akrab dengan laut, pantai, dan juga hasil alamnya.
Keterangan :
Dengan langkah pelan, Wilna Nurcahyani (12) mengikuti langkah neneknya yang seolah tampak lebih gesit dan cekatan darinya. Menyusuri jalan-jalan kecil yang berliku, sang nenek mengajak kami untuk memotong jalan— melewati gang-gang sempit di antara rumah penduduk. Sekitar 10 menit kemudian, sampailah kami di halaman sekolah. Begitu memasuki selasar kelas, dua anak sebaya Wilna menyambutnya dengan senyuman ramah. Wilna segera mengulurkan tangan dan keduanya secara bergiliran menyambut tangan Wilna. Tanpa kata-kata, ketiganya duduk berjejer dengan tertib untuk menunggu jam pelajaran dimulai. Di sudut lain, beberapa anak juga sedang bercengkrama dengan temannya. Mulut mereka terbuka namun tanpa suara, dan lebih banyak menggunakan isyarat tangan dan juga anggukan kepala.
Keterangan :
Sabtu pagi itu (22/10/11) kebetulan merupakan hari mereka untuk melatih saraf motorik mereka – aktivitas fisik. Mereka berolahraga, mulai dari berlari, lompat katak, olah tubuh dan gerak serta bermain basket. Setiap gerakan dari sang guru selalu dicoba para muridnya dengan usaha keras yang tak mudah. Di sekolah ini memang beragam anak-anak yang mengalami keterbatasan: tunarunggu, tunagrahita, dan kelainan fisik lainnya. Wilna sendiri menurut gurunya, Lela Sobariah termasuk kategori tunagrahita sedang. “Gurunya juga maklum, katanya kalau menghadapi Wilna harus sabar. Jangan dipaksakan, biar dianya (Wilna -red) aja yang mau. Kalau dalam dirinya ada kemauan untuk belajar pasti hasilnya akan baik juga,” kata Lina mengulang perkataan sang guru. Sepuluh Tahun yang Lalu Bersambung ke Bagian Dua.
| |||
Artikel Terkait
Mengenal Lebih Dalam Budaya Humanis Tzu Chi
25 September 2019Membersihkan Pantai Pasir Panjang
20 Juli 2012 Hari minggu tanggal 15 Juli 2012, jam 12 siang, para relawan Tzu Chi mulai berdatangan di kantor penghubung Tzu Chi Singkawang. Banyak diantara relawan yang kelihatan membawa sapu lidi dan perlengkapan bersih-bersih. Apa yang akan mereka lakukan?Peletakan Batu Pertama Jembatan Simpay Asih Cikaung
09 November 2021Relawan Tzu Chi Bandung dan Tzu Chi Cianjur melakukan peletakan batu pertama pembangunan Jembatan Simpay Asih Ciakung yang menghubungkan 3 desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.