Jalinan Jodoh Tzu Chi dan Wilna (Bag. 2)

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
 

fotoTanggal 21 dan 22 Oktober 2011, relawan Tzu Chi kembali mengunjungi Wilna untuk memantau kondisi kesehatan Wilna yang dibantu Tzu Chi 11 tahun lalu.

Dua tahun kemudian, di Jakarta, Wawan yang pekerja di salah pabrik konveksi di Jakarta Barat ini kemudian mencoba mencari cara untuk mencari cara untuk mengobati putrinya. ”Dari temannya akhirnya dikasih tahu kalau ada yayasan yang bisa bantu menangani penyakit-penyakit seperti ini,” terang Lina. Wawan pun kemudian mencoba mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Alhamdulillah kemudian dikabulin permohonannya. 

 

Waktu itu ada relawan Tzu Chi yang datang. Nggak lama setelah disurvei, tiga hari kemudian langsung ada panggilan dan Wilna segera dibawa ke Jakarta,” jelas Lina. Pertengahan tahun 2002, saat Wilna genap berusia 2,5 tahun, operasi pertama pun dilaksanakan di RSCM Jakarta. Tak berapa lama kemudian operasi kedua pun dilaksanakan untuk memperbaiki bagian wajah Wilna. Secara fisik penampilan Wilna pun berubah, hanya bola mata sebelah kanannya saja yang masih belum sempurna. “Dulu relawan bilang kalau nanti mau dioperasi lagi untuk menyempurnakan hasil operasinya bisa menghubungi Tzu Chi lagi,” ungkap Lina, “katanya yayasan mau bantu sampai tuntas.”

Kebahagiaan menyelimuti hati Lina dan Wawan tatkala melihat putri mereka dioperasi. Secara fisik wajah Wilna jauh lebih baik ketimbang sebelum operasi. “Senang, biar pun semuanya belum beres, tapi penyakit utamanya dah diobati. Perasaan senang aja,” ujar Lina mengenang. Wilna sendiri sejak kecil tak pernah mengeluhkan kondisinya. “Paling dia nanya kenapa di kepala bagian belakangnya ada selang? Saya jawab, ‘itu buat obat Wilna.’ Itu aja,” tegas Lina.

foto  foto

Keterangan :

  • Wilna (usia 2,5 tahun) dalam dekapan hangat neneknya, Tati Patimah. (kiri)
  • Relawan Tzu Chi, Posan Shixiong menjelaskan tentang Yayasan Tzu Chi dan kegiatan sosial yang dilakukannya kepada nenek Wilna, Tati Patimah.(kanan)

Berbekal itulah 11 tahun kemudian (2011) Lina dan suaminya memberanikan diri untuk mengajukan permohonan pengobatan kembali bagi Wilna. Terlebih Wilna pernah mengalami kejang-kejang sampai mulutnya mengeluarkan busa. Lina pun segera membawa Wilna berobat ke RSUD Palabuhan Ratu kemudian disarankan oleh dokter di sana untuk kembali menghubungi yayasan yang mengoperasi Wilna sebelas tahun lalu. “Pihak rumah sakit di sini “nyerah”, katanya mereka nggak ada alat-alatnya,” terang Lina.  Karena itulah melalui sang suami Lina kembali mengajukan permohonan bantuan pengobatan bagi Wilna. Sebersit harapan muncul di hati Lina dan Tati tatkala relawan Tzu Chi kembali menyurvei rumahnya pada tanggal 21 Oktober 2011. “Bisa nggak ya selain diperiksa lagi di Jakarta Wilna juga dipasangi bola mata palsu,” kata Tati berharap. Menurutnya, jika Wilna dipasangi bola mata palsu di mata bagian kanannya maka itu akan sedikit bisa mengobati rasa minder cucunya itu. Namun bagi keduanya, kesehatan Wilna saat inilah yang menjadi fokus utama mereka. Posan dan Hok Cun Shixiong, relawan Tzu Chi yang menyurvei mengatakan akan mencoba meneruskan permohonan ini ke Tzu Chi Jakarta. “Kalau nanti dalam meeting kasus disetujui kita akan kabari ibu,” kata Hok Cun.

foto  foto

Keterangan :

  • Menghabiskan waktu di pantai pada sore hari menjadi kebiasaan Wilna dan teman-temannya yang tinggal di pesisir pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.(kiri)
  • Salah seorang anak yang berkebutuhan khusus (tunarunggu) dengan tekun mengikuti gerakan isyarat tangan dari relawan Tzu Chi berjudul "Satu Keluarga".(kanan)

Perkembangan Wilna
Pascaoperasi 11 tahun lalu, Wilna tumbuh seperti anak-anak normal seusianya. Wilna bahkan sempat bersekolah di Sekolah Dasar umum sampai kelas V. Namun karena sulit mengejar pelajaran dan juga rasa minder yang membuat Wilna sulit berinteraksi dan berkomunikasi di sekolah membuat Lina dan Tati, neneknya memutuskan untuk memindahkan Wilna ke Sekolah Luar Biasa. “Selain minder, Wilna juga sering diolok-olok sama teman-temannya,” ungkap Lina. Sebagai seorang ibu, Lina tentu saja merasa “sakit” dan ingin marah jika putrinya dijadikan bahan ejekan, namun karena menyadari kekurangan fisik putrinya dan juga memaklumi sifat anak-anak yang cenderung iseng membuat Lina bisa meredam emosi dan menerima ujian ini. “Namanya juga anak-anak,” kata Lina mahfum.

Nah, di SLB inilah Wilna terlihat lebih enjoy dan bisa berinteraksi dengan teman-temannya. “Dia mau adaptasi sama teman-temannya di SLB, tapi bertahap, nggak sekali ketemu teman mau diajak ngobrol. Ya udah kita pindahin aja ke SLB, daripada di rumah main doang. Biar pun anak begitu kan pendidikan juga penting,” kata Lina, “saya berharap Wilna bisa pintar, meskipun dia kondisi begitu saya inginnya dia pintar, seperti anak-anak normal lainnya, nggak minder. Biarpun ada kekurangan, kan juga mesti bisa berprestasi (ada keterampilan), bisa nunjukkin ke orang-orang bahwa meski kondisinya terbatas juga bisa berprestasi seperti orang-orang yang normal.” Sebuah ungkapan tulus yang keluar dari lubuk hati seorang ibu terhadap anaknya.

 

 

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Bersama-sama Menyelami Sutra

Suara Kasih: Bersama-sama Menyelami Sutra

03 Agustus 2012 Selama 20 tahun ini, para guru sungguh memiliki hati Bodhisatwa dan hati orang tua. Selama 20 tahun ini, mereka menggarap petak demi petak ladang batin para murid serta mendampingi para murid dengan segenap hati dan berbagai metode.
Internasional : Bantuan Banjir di Australia

Internasional : Bantuan Banjir di Australia

11 Februari 2011 Tanggal 23 Januari 2011, 100 orang relawan membawa obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari dalam skala besar untuk dibagikan kepada 282 warga di Brisbane, Australia yang terkena bencana banjir paling parah dalam kurun 50 tahun terakhir.
Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

Kisah Veky Yohanes, Hidup Sebatang Kara Dengan Sakit Jantung dan Diabetes

25 Juni 2021

Veky bercerita sudah dibantu oleh Tzu Chi sejak 4 tahun lalu. Awalnya Veky mendapat bantuan pengobatannya namun, karena Veky terdampak pandemi ia kemudian mendapat bantuan biaya hidup dari Tzu Chi.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -