Jalinan Kasih Penuh Suka Cita di Tanjung Priok

Jurnalis : Felicite Angela Maria, Giok Chin Lie (He Qi Timur), Fotografer : Felicite Angela Maria, Giok Chin Lie (He Qi Timur)


Para relawan menyambut warga yang sudah datang untuk mengantre pembagian beras di pelataran parkir Gereja Katolik Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin 24 April 2017.

Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia.” Kata Perenungan Master Cheng Yen.

Karena itu, kamu harus menjadi sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” Injil Matius 5:48; petikan wawancara Romo Wiwit.

Senin 24 April 2017 bertepatan dengan hari libur nasional Isra Mi’raj. Pagi itu, sekitar 60 insan Tzu Chi dan tujuh muda-mudi Tzu Chi komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading sudah berkumpul di pelataran parkir Gereja Katolik Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka bersiap membagikan 1.193 paket beras 10 kg kepada warga lingkungan paroki gereja dan wilayah di sekitarnya.

Persiapan pembagian beras cinta kasih Tzu Chi ini sudah dilakukan sejak hari Kamis malam 21 April 2017. Beberapa relawan Tzu Chi yang diwakili oleh Johar Kohar dan Wie Sioeng terlebih dulu memberikan sosialisasi di hadapan Romo Wiwit, selaku pastor paroki gereja Fransiskus Xaverius dan para ketua wilayah, ketua lingkungan paroki gereja. Dilanjutkan dengan pendataan survey warga dan pembagian kupon beras yang dilaksanakan pada Sabtu, 22 April 2017.

Lucia Sulistyorini, Ketua Komisi Seksi PSE (Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi) paroki mengatakan, data warga yang dikelolanya ada 8 wilayah, dan 36 lingkungan yang masuk ruang lingkup gereja paroki. Mulai dari Warakas, Plumpang, Tanjung Priok, Koja, Rawa Badak, Jakarta Utara. Sebagian besar bekerja sebagai buruh harian lepas, pedagang lepas dengan penghasilan yang minim.

Sementara itu, pembagian kupon paket beras menjadi tantangan tersendiri bagi 17 relawan. Tempat tinggal yang terpencar-pencar letaknya dan banyak yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau  sepeda motor membuat pembagian kupon baru selesai menjelang malam hari. Usaha dan niat tulus para relawan dibantu sejumlah pengurus lingkungan setempat tidaklah sia-sia, hingga saat pembagian beras pun bisa terlaksana dengan baik.


Kebahagiaan warga menerima beras juga menjadi kebahagiaan para relawan.


Anton Arkian (46 tahun; rompi relawan) turut membantu insan Tzu Chi menurunkan logistik beras dan menyalurkannya kepada warga. 

Melihat antusias warga yang datang mengambil bantuan beras di Senin pagi itu membuat para pengurus lingkungan paroki gereja makin bersemangat.  Salah satunya, Anton Arkian (46). Warga paroki gereja yang juga ketua lingkungan wilayah Santo Petrus, daerah Folker, R.E Martadinata, ini sejak hari Kamis membantu mengantar relawan yang membagikan kupon di lingkungan yang ditanganinya. Ia juga turut membantu menurunkan logistik beras dan ikut membagikannya.

”Saya suka cita sekali. Saya banyak belajar bagaimana saya bisa ikut membantu menyalurkan bantuan yang rapi. Saya bisa membantu warga lingkungan yang saya kelola mendapatkan bantuan yang semestinya. Saya berharap kegiatan semacam ini bisa berlanjut tidak berhenti hanya di pembagian beras ini saja,” ungkapnya.

Di antara warga yang antusias datang, ada Henny Lusia (63). Warga paroki yang tinggal di RT 03 ini hidup bersama cucunya dan mendapat uang pensiun dari PT. Pelni sebesar Rp 200.000 per bulan. Selain itu sehari-hari beliau mengumpulkan kardus dan botol bekas di sekitar Tanjung Priok, untuk penghasilan tambahan.

Karena itu mendapatkan bantuan beras begitu disyukurinya. Ia bahkan berujar tidak bisa tidur karena membayangkan bisa membawa pulang beras. “Senang sekali dapat beras ini, nanti pulang langsung dimasak. Mudah-mudahan dapat lagi beras seperti ini”, kata nenek ini sembari membawa troli kecil untuk mengangkut beras yang diterimanya.

doc tzu chi

Insan-insan Tzu Chi juga mendatangi langsung warga-warga yang tidak mampu mengambil sendiri bantuan beras mereka, karena faktor usia dan kondisi badan yang tidak sehat.


Terlihat warga-warga yang didatangi ini merasa gembira, penuh suka cita dan rasa syukur.

Romo Antonius Wiwit Subagyo dalam sharing-nya menceritakan, dirinya banyak belajar dari Yayasan Buddha Tzu Chi. Beberapa bulan yang lalu Ia mengunjungi Aula Jing Si bersama rombongan para pastor Dekanat Jakarta Utara untuk mengenal lebih dekat dan bertukar pikiran. Yayasan Buddha Tzu Chi bukan hanya terdiri dari orang-orang Buddhis saja, tapi lintas agama.

”Ini justru merangkul banyak agama di dalamnya. Banyak orang dari berbagai agama ini, kalau sejauh yang saya lihat, justru disatukan oleh Tzu Chi oleh satu hal yang sama, yaitu oleh kasih. Jadi masing-masing dipertemukan oleh kasih. Karena mereka dipertemukan oleh kasih maka bisa bekerjasama dengan indah sekali,” ujarnya. 

Romo Antonius Wiwit Subagyo juga mengaku bahagia, bersyukur bisa turut serta berpartisipasi ikut pembagian beras. “Di sini kita memberi nuansa bahwa perbedaan agama itu bukan penghalang bagi kita. Kita justru bisa disatukan oleh kasih. Kasih yang menyatukan kita hari ini. Itu sangat indah sekali. Saya sungguh bahagia bisa terlibat dalam pembagian beras ini,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Relawan Tzu Chi, Johan Kohar. Penanggung jawab pembagian beras ini mengatakan, Tzu Chi di manapun selalu menggemakan sebagai suatu yayasan yang lintas agama.

“Tzu Chi itu memang lintas agama.  Di mana dulu kita juga pernah membagi beras untuk yang di Cilincing di Vihara. Di halaman masjid kita juga pernah membagikan bantuan kebakaran. Dan hari ini kita juga bisa membagikan beras di gereja,” ungkap Johan Kohar.


Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -