Jalinan Kasih Sebuah Celengan Bambu

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya, Hadi Pranoto

Celengan bambu menjadi media Yayasan Buddha Tzu Chi untuk terus menjalin jodoh baik dengan orang-orang yang pernah dibantu Tzu Chi. Theresia Sisfani (19) yang biasa disapa Merlyn adalah pasien penanganan khusus Tzu Chi pada tahun 2009, dan hingga saat ini masih terus menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi melalui celengan bambu.

Theresia Sisfani (19) yang biasa di sapa Merlyn adalah pasien penerima bantuan pengobatan jangka panjang (penanganan khusus) Tzu Chi pada tahun 2009. Kini Merlyn sudah bekerja sebagai tenaga administrasi di sebuah perusahaan tempat Cicinya bekerja. Merlyn mengidap penyakit tumor Teratoma pada dinding rahimnya ketika berumur 7 tahun.

Relawan pendamping Merlyn, Hok Cun biasa disapa Acun, relawan Tzu Chi Tangerang pada 13 September 2021 berkesempatan mengunjungi rumah orang tua Merlyn di Desa Gelam Jaya Kec. Pasar Kemis Kab. Tangerang, Banten. Acun mengatakan bahwa Liem Cun Bie (ayah Merlyn) ingin menyerahkan celengan bambunya yang sudah setahun lebih belum diberikan untuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Liem Cun Bie dan Mi Lan, orang tua Theresia Sisfani menyerahkan donasi celengan bambunya.

Liem Cun Bie beralasan bisanya menuangkan celengan bambunya ke Kantor Tzu Chi Tangerang, namun karena pandemi Covid-19, Kantor Tzu Chi Tangerang tutup untuk sementara. Beruntung Cun Bie masih bisa bertemu Acun di kampung kelahirannya Teluk Naga, Tangerang, Banten.

Kini Merlyn sudah berusia 19 tahun dan sudah bekerja di sebuah perusahaan sebagai tenaga administrasi di Kota Tangerang, Banten. Merlyn sudah bekerja lebih kurang 7 bulan. Menurut pengakuan Mi Lan (51), Ibu Merlyn, semenjak operasi pengangkatan tumor Teratoma, Mi Lan selalu menanyakan apakah ada keluhan pada perut putrinya. Terlebih sebagai wanita dewasa, datang bulan Merlyn normal. “Saya selalu tanyain ke Merlyn, ‘Lyn gimana perutnya ada keluhan gak’? Enggak Mahhh jawab Merlyn,” ungkap Mi Lan.

Theresia Sisfani (19) kini sudah bekerja di sebuah perusahaan sebagai tenaga administrasi.

Acun mengutarakan jalinan jodoh baik keluarga Liem Cun Bie ini ketika ia bertemu Tjun Bie di daerah Pluit sedang berjualan siomay. “Ini seperti Cun Bie nih,” kenang Acun mengingat kawan kecilnya di Teluk naga, Tangerang.

Dari pertemuan inilah Cun Bie mengutarakan kesedihan dan kesusahannya kepada Acun. Acun ingat, kala itu Cun Bie berkata, “Acun, gue mau nanya. Anak gue ada benjolan di perutnya, tapi gue nggak ada biaya buat ke dokter,” kenang Acun.


Acun kemudian menyarankan Cun Bie untuk mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) untuk selanjutnya mengajukan permohonan bantuan pengobatan ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Acun yang saat itu bertugas di RSCM Jakarta untuk mendampingi pengobatan pasien-pasien yang dibantu oleh Tzu Chi segera berkonsultasi dengan dr. Iskandar Rahardjo Budianto, Sp.B, Sp.BA. Dari hasil konsultasi beberapa kali, dr. Iskandar menyatakan bahwa merlyn harus segera menjalani operasi pengangkatan tumor di dinding rahim.

Dokter Iskandar Rahardjo Budianto, Sp.B, Sp.BA. yang mengoperasi Theresia pada tahun 2009. 

Merlyn tinggal di Kota Tangerang dan menurut peraturan Jamkesmas, Merlyn bisa menjalani pengobatan di Tangerang sesuai tempat tinggalnya. Sedangkan dr. Iskandar bertugas di RSCM Jakarta. Jadi, secara aturan Merlyn tidak bisa menjalani pengobatan di RSCM Jakarta. Sedangkan di rumah sakit di Tangerang saat itu belum ada relasi dokter yang bisa kerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Acun yang mendampingi Merlyn kembali berkoordinasi dengan dr. Iskandar dan Divisi Bakti Amal Tzu Chi. Merlyn akhirnya bisa menjalani operasi di RSCM Jakarta dengan biaya mandiri penuh, dan biayanya cukup mahal hingga puluhan juta.

Hok Cun pada tahun 2009 pascaoperasi Theresia sering datang berkunjung untuk melihat kondisi Theresia. Keluarga Liem Cun Bie menyisihkan hasil berjualan siomaynya untuk di donasikan ke Yayasan Tzu Chi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan.  

Jalinan jodoh baik kembali datang untuk Merlyn, dr. Iskandar yang menangani Merlyn dengan segala kerendahan hati bersedia tidak dibayar jasanya dalam tindakan operasi Merlyn. Jadi, Yayasan Buddha Tzu Chi hanya dikenakan biaya obat-obatan dan biaya rawat inapnya saja selama merlyn menjalani perawatan pascaoperasi. “Saya sangat bersyukur sekali dan berterima kasih sekali kepada dr. Iskandar yang mau membantu Yayasan Buddha Tzu Chi untuk kesembuhan Merlyn,” ujar Hok Cun.

Acun pun sangat gembira ketika mengetahui bahwa Merlyn sudah bekerja bisa membantu ekonomi keluarga.

Terus terjalin Berkat Celengan Bambu

Liem Cun Bie ketika berdagang siomay selalu menyediakan celengan bambu Tzu Chi. Bagi pembeli yang bertanya, ia akan menjelaskan tentang Tzu Chi dan manfaatnya dalam mendukung kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. Foto diambil tahun 2009, kala Cun Bie masih sehat dan mampu berdagang setiap hari.

Mi Lan (51) istri Tjun Bie mengatakan awal bertemu lagi dengan Acun ketika keluarga Tjun Bie datang berkunjung ke rumah orang tuanya yang berdekatan dengan keluarga Acun. Dari pertemuan itu Cun Bie menanyakan ingin mendonasikan celengan bambunya. Acun menjanjikan untuk datang ke rumah Cun Bie untuk mengambil dana celengan bambu.

Di sisi lain Mi Lan sangat bersyukur sekali masih bisa menjalin jodoh baik dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. “Saya selalu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih, kita cuma bisa dikit-dikit celengin untuk bantu-bantu yang membutuhkan lewat Tzu Chi,” ungkap Mi Lan dengan mata berkaca-kaca.

Mi Lan mengenang kembali 12 tahun lalu ketika kondisi Merlyn sering sakit-sakitan dan kondisi ekonomi keluarga Cun Bie yang pas-pas an. “Saya nggak tau waktu itu jalan keluarnya gimana kalau nggak ketemu Tzu Chi,” jelas Mi Lan.

Sekarang ini Mi Lan sangat senang melihat kondisi Merlyn tumbuh sehat dan sudah bisa mencari nafkah untuk membantu keluarga Cun Bie. “Saya seneng lihat Merlyn sekarang udah bisa kerja, seneng udah bisa nyari duit,” ujar Mi Lan.

Dua belas tahun yang lalu, bersama-sama dengan Acun, Cun Bie, istri, dan anaknya sama-sama menghitung uang dari hasil celengan bambu mereka. Ini merupakan tanda terima kasih mereka terhadap Tzu Chi yang telah membantu pengobatan putri mereka. Kebiasaan ini terus terjalin, Cun Bie rutin menyerahkan celengan bambunya ke Kantor Tzu Chi Tangerang.

Di saat sang ayah yang sudah tidak lagi sekuat dulu mencari nafkah, dengan bekerjanya Merlyn membuat beban keluarga ini menjadi lebih ringan. Liem Cun Bie saat ini masih mencari nafkah dengan berjualan siomay, namun kondisi fisiknya yang menurun akibat penyakit infeksi salurang telinga dan diabetes membuatnya tak lagi bisa berjualan setiap hari.

“Sekarang kalo jualan siomay paling seminggu dua kali, badannya nggak kuat, cepet lemes,” jelas Mi Lan. Apalagi kondisi Covid gini, sepi,“ ungkap Mi Lan.

Acun berharap agar Cun Bie bisa pulih kondisi kesehatannya dan Merlyn bisa menjaga dan membahagiakan kedua orang tuanya.  

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Semangat dalam Menghargai Kehidupan

Semangat dalam Menghargai Kehidupan

15 Agustus 2024

Semangat Elrose, seorang penerima bantuan menginspirasi para relawan Tzu Chi Pekanbaru. Dalam keadaan sakit, Elrose sangat menghargai kehidupannya dan tetap berusaha hidup mandiri. "Selama 2 tahun dibantu Tzu Chi, saya merasa sangat tertolong," ungkap Elrose haru.

Kunjungan Kasih: Asa Untuk Oma Giok San dan Pak Agus

Kunjungan Kasih: Asa Untuk Oma Giok San dan Pak Agus

19 Maret 2015 Bapak Agus Suryadi kini telah satu setengah tahun menderita koma akibat kecelakaan motor yang menimpa dirinya. Tepatnya tanggal 31 Agustus 2013, ia dan Bu Mity sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Saat itu, motor yang dikendarainya menabrak tembok jalan layang karena menghindari mobil yang berlawanan arah di daerah Jembatan Tiga. Akibat kejadian itu, Bu Mity terpaksa berhenti bekerja untuk merawat suaminya dan putri mereka yang berusia dua tahun, Felliani.
Memberi Perhatian Kepada Para Lansia

Memberi Perhatian Kepada Para Lansia

20 Juni 2019

Tujuh orang relawan Tzu Chi Sinar Mas, Xie Li Kalimantan Selatan 2 pada tanggal 25 Mei 2019 melakukan kegiatan kunjungan kasih ke  desa-desa di sekitar Perkebunan Sungai Magalau di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -