Jamuan Teh Tzu Chi Medan, Merefleksi dan Mengembangkan Budaya Humanis
Jurnalis : Elisa Intan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Gunawan, Sisilia (Tzu Chi Medan)Relawan Huei Mei mereview kembali bedah buku San Hu yang telah berakhir. Ia berharap ajaran Master Cheng Yen senantiasa membimbing para relawan.
“Jangan Lupa Akan Tahun Itu, Orang Itu Dan Niat Itu, Jangan Lupa Akan Satu Tujuan Utama.”
Pada hari Minggu, 10 November 2024, bertempat di Kantor Tzu Chi, Komplek Jati Junction Medan, relawan Tzu Chi Medan mengadakan acara jamuan minum teh yang dihadiri oleh 61 peserta. Acara ini dibuka oleh MC, dr. Willey Eliot Shijie, yang memperkenalkan pertemuan kali ini sebagai kesempatan untuk mengumpulkan relawan Tzu Chi yang memiliki tanggung jawab di bidang budaya humanis. Beberapa tim yang terlibat dalam acara ini antara lain tim narasumber, speaker, moderator, soundsystem, tim cha dao (jamuan teh), sou yu (isyarat tangan), dan zsm (dokumentasi).
Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengembangkan budaya humanis bagi relawan, serta mempererat kekompakan, keharmonisan, dan semangat tanggung jawab di dalam komunitas. Acara yang dibagi menjadi tiga sesi ini cukup padat, meliputi review buku yang telah dibedah, permainan interaktif, dan sesi berbagi pengalaman dari relawan. Kegiatan ini dijelaskan oleh Yenny Wanjaya Shijie, koordinator acara.
Salah satu inti acara adalah membahas kembali buku Riwayat Tzu Chi jilid 1 dan 2, yang telah dibahas pada sesi bedah buku offline dari Juni hingga September 2024. Pada tahun 2025, bedah buku akan dilanjutkan dengan jilid ke-3. Buku-buku ini menceritakan perjalanan panjang Tzu Chi dan pengaruh besar yang diberikan kepada masyarakat, serta pengalaman relawan dalam mendalami ajaran Dharma.
Isyarat tangan lagu “Menarik Kereta Terus Maju Ke Depan” menambah kebersamaan relawan untuk menjalankan hari yang penuh tantangan, sehingga relawan bekerja sama, bekerja keras berkontribusi pada cinta kasih dan perhatian kepada sesama.
Tzu Chi, sebagai organisasi kemanusiaan, telah mengembangkan empat jilid buku yang menggambarkan perjalanan sejarahnya. Berikut adalah ringkasan masing-masing jilid:
Jilid 1: "Renungan Tenang" (1937-1965): Buku ini menggambarkan perjalanan kehidupan Master Cheng Yen, dari masa kecil hingga mendirikan Tzu Chi. Pada fase ini Master Cheng Yen memulai perjalanan spiritualnya dan mengatasi berbagai tantangan awal untuk mendirikan organisasi Tzu Chi.
Jilid 2: "Kebaikan dan Perlindungan" (1966-1977): Fokus pada tahap awal Tzu Chi dalam menjalankan misi amal, menyediakan bantuan kemanusiaan, dan menanamkan benih kebaikan di masyarakat. Fase ini adalah fase di mana Tzu Chi mulai menanamkan benih kebaikan dan perlindungan dalam masyarakat melalui berbagai program sosial.
Jilid 3: "Hati Teratai" (1978-1986): Buku ini mencakup misi kesehatan Tzu Chi, termasuk pendirian rumah sakit dan klinik, serta pengembangan bidang budaya dan lingkungan.
Jilid 4: "Menerangi" (1987-1992): Buku ini mencatat misi Tzu Chi di bidang pendidikan dan terus berkembangnya misi sosial, medis, dan budaya di tingkat internasional.
Pengalaman Belajar dari Tzu Chi
Huei Mei Shijie, narasumber dari Malaysia, berbagi pengalamannya dalam mengemban tugas sebagai penerjemah buku dari bahasa Mandarin ke bahasa Indonesia. Melalui peran ini, Huei Mei Shijie tidak hanya memperdalam pemahaman tentang Tzu Chi, tetapi juga meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia-nya. Ia menceritakan bagaimana awalnya kesulitan memahami buku Dharma yang berbahasa Mandarin, namun seiring waktu, ia semakin tertarik dan memahami pesan yang terkandung dalam buku tersebut.
Dr. Willey Eliot Shijie, yang berperan sebagai MC, juga turut berbagi pengalamannya bergabung dengan Tzu Chi. Awalnya, ia merasa bergabung bukanlah suatu berkah, namun seiring berjalannya waktu, ia belajar untuk memahami ajaran Dharma lebih dalam. Berbagai tugas yang diembannya, seperti menjadi MC, moderator, dan speaker, memberikan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan berpraktik dengan sungguh hati. Ia menyampaikan bahwa melalui belajar dan berbagi, relawan dapat merasakan berkah yang sesungguhnya dari ajaran Master Cheng Yen.
Relawan juga mengikuti permainan game makna kalah. Pemenang game adalah orang yang kalah.
Acara ini juga diisi dengan sesi games yang dipandu oleh relawan Widiyani Shijie. Melalui permainan ini, peserta diajak untuk merasakan kembali pentingnya saling mendukung, bekerja sama, dan menjaga hubungan yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permainan yang menarik adalah tentang makna "kalah". Pemenangnya, Siti Shijie, mengungkapkan bahwa kalah dalam permainan tersebut memiliki makna mendalam sebagai latihan sabar dan kesempatan untuk belajar menjadi seorang Bodhisattva, yang selalu menerima keadaan dengan hati yang luas dan polos.
Jusni Lina Shijie, salah satu narasumber dan speaker, mengajak peserta untuk merenungkan lebih dalam tentang makna pendirian Tzu Chi oleh Master Cheng Yen. Mengapa Master mendirikan misi amal ini? Apa yang menginspirasi beliau untuk memulai gerakan ini? Melalui pertanyaan-pertanyaan ini, Jusni Lina Shijie mengajak para relawan untuk terus belajar dan memahami filosofi serta perjalanan hidup Master Cheng Yen sebagai panduan dalam berpraktek di jalan Bodhisatwa.
Sylvia Chuwardi wakil ketua pelaksana Tzu Chi Medan berpesan, “Bersatu Hati, harmonis, menyayangi, dan gotong royong dalam mengembangkan cinta kasih universal dan memperpanjang barisan relawan Tzu Chi dengan memperkenalkan Tzu Chi.”
Acara ditutup dengan pesan cinta kasih dari Sylvia Shijie, yang mengajak semua relawan untuk terus menumbuhkan benih-benih luhur (Bodhi) dalam diri, dan menjadikan Tzu Chi sebagai Jalan Bodhisatwa yang penuh cinta kasih universal. Melalui bedah buku dan berbagai kegiatan lainnya, relawan diingatkan untuk terus bersatu, bekerja sama, dan menjaga keharmonisan dalam membina diri serta memperkenalkan Tzu Chi kepada masyarakat luas.
Pesan akhir dari Sylvia Shijie, yang juga merupakan Wakil Ketua Pelaksana Tzu Chi Medan, adalah untuk terus mengembangkan cinta kasih universal melalui kerja sama yang harmonis dalam komunitas Tzu Chi, sambil mempraktikkan ajaran yang telah diajarkan oleh Master Cheng Yen.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Bedah Buku: Hidup dalam Dharma
13 Juni 2012 Bersama Kumuda Yap Shixiong yang selalu menginsiprasi kita melalui sharing-sharingnya, topik yang dibahas berasal dari buku Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian pertama Bab ketujuh, Biksu Brahmadatta.Bedah Buku: Mengikis Noda Batin
08 Desember 2011Begitu banyaknya kekotoran noda batin manusia sehingga kita perlu melakukan pertobatan. Maksud dari bertobat ini bukanlah pergi ke tempat ibadah dengan cara membaca naskah “Pertobatan”, namun esensi terpenting dari Pertobatan Air Samadhi adalah menyampaikan rasa bersalah secara “terbuka” untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Cerita Pulang ke Kampung Halaman Batin
18 Oktober 2016Rabu, 12 Oktober 2016 relawan Tzu Chi He Qi Barat komunitas KJ2 mengadakan bedah buku di Perumahan Kosambi Baru, Cengkareng. Dua relawan He Qi Barat, Virnandi dan Elvina membagikan pengalaman mereka dalam melewati hari di kampung halaman batin, yakni Hualien dan Taoyuan, Taiwan dalam kegiatan bedah buku tersebut.