Jangan Lagi Ada Pandangan yang Keliru (Bag. 1)
Jurnalis : Cindy Kusuma, Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, Dimin (He Qi barat), Sugandha (He Qi barat), dan Stephen Ang (He Qi Utara)
|
| ||
Acara bertajuk “Doa Bersama Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah” ini diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Aula Jingsi, Pantai Indah Kapuk, bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berdoa bagi keselamatan dunia, sekaligus memberi masyarakat pengertian benar mengenai bulan tujuh lunar yang sering disalahpahami sebagai bulan setan. Dalam kesempatan ini, Tzu Chi menitikberatkan pada pesan Master Cheng Yen untuk menghargai semua makhluk dan bervegetarian agar dunia terhindar dari bencana. Tepat pukul 10 pagi, Gatha Pembukaan (Lu Xiang Zan) membahana di ruangan, menandai mulainya acara doa bersama. Hadirin beranjali menyatukan hati, sementara barisan relawan komite dan Tzu Cheng berbaris, berjalan perlahan menuju ke altar untuk mempersembahkan pelita, buah, dan bunga bagi Buddha. Setelah prosesi ini, hadirin diajak untuk menyaksikan video-video cuplikan ceramah Master Cheng Yen yang bertajuk “Maudgalyayana menyelamatkan Ibunda”, “Menghormati Kehidupan – Semua Makhluk adalah Setara”, dan sebagainya. Mengajak masyarakat untuk menyadari bahwa kita hendaknya menghargai semua makhluk dan menyayangi mereka dengan bervegetarian, serta menjalani bulan tujuh dengan penuh rasa syukur. Dharma Melalui lagu
Keterangan :
Kurang lebih 30 murid yang berasal dari Sekolah Cinta Kasih telah bersiap di panggung saat lagu mulai diputar, gerakan demi gerakan begitu lincah dibawakan tanpa ada kesalahan. Beberapa menit berlalu, para hadirin memberikan tepukan tangan yang begitu meriah hingga membahana di seluruh ruangan. Pertunjukan telah berlalu, namun bagi para murid yang membawakan isyarat tangan ini ternyata menganggap isyarat tangan ini bukanlah sekedar lagu yang hanya akan berlalu apabila pertunjukkan telah usai. Felicia Stephany misalnya, murid kelas 2 SMA Cinta Kasih Tzu Chi ini adalah satu diantara murid-murid lain yang ikut dalam pementasan isyarat tangan ‘Membalas Budi Orang Tua’ yang ditampilkan dalam acara Bulan Tujuh Penuh Berkah yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Baginya, belajar dan mempraktikkan isyarat tangan sendiri bukanlah sesuatu yang baru karena ia dan teman-temannya telah lama mengenal isyarat tangan ini. Membawakan isyarat tangan lagu ini merupakan suatu kebanggaan bagi Felicia, karena arti yang disiratkan dalam lagu begitu besar dan isi lagu ini merupakan suatu hal yang sangat ingin dia wujudkan dalam kehidupan nyata. “Dari lagu ini saya ingin sekali untuk membalas budi orang tua, walaupun saya belum bisa membalas budi pada orang tua. Tapi nanti saya pasti akan berusaha sebisa mungkin untuk membalas budi mereka,” ujar Felicia.
Keterangan :
Bagi dirinya, sosok ibu dalam hidupnya adalah lebih dari pahlawan super yang banyak ditayangkan di tayangan televisi. “Bagi saya, mama itu pahlawan! Mama itu seperti sosok super hero, lebih dari super hero. Dan cuma mama, orang yang benar-benar rela berkorban,” tegasnya. “Saya sayang sama mama, saya benar-benar pengen berbakti dan membalas budi mama dengan cara apapun, saya akan membuat mama bangga karna saya,” ucapnya sambil menyeka air mata haru. Dirinya juga menambahkan pesan pada teman-teman sebayanya untuk selalu mengingat jasa besar orang tua dan untuk membalas budi mereka. “Buat temen-temen, orang tua adalah segalanya, kita tidak boleh lupain orang tua. Mumpung masih ada waktu, kita harus bisa membalas budi oarng tua. Dengan cara apa pun itu, semua hal baik harus kita lakukan setiap saat,” pesannya. Satu lagi penampilan isyarat tangan yang dibawakan oleh relawan dari gabungan 4 He Qi. Barisan relawan begitu khidmat dalam menyampaikan pesan yang ada dalam lagu ‘Bertobat Satu Per Satu’. Dengan gerakan yang begitu apik dan irama yang syahdu, lagu ini begitu menyentuh hati setiap hadirin yang datang. Bersambung ke Bag. 2 |
| ||
Artikel Terkait
Menumbuhkan Teratai dalam Batin
25 Mei 2016Asa yang Telah Terjawab
26 Januari 2022Toto Tursinah (83) sangat bahagia menerima bantuan dari Tzu Chi Bandung dalam program Bedah Rumah. Rumah yang dihuninya sejak puluhan tahun itu sebelumnya sudah rapuh, sudah tak layak huni.