Jangan Lagi Ada Pandangan yang Keliru (Bag. 2)

Jurnalis : Cindy Kusuma, Metta Wulandari, Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara), Rudi Dharmawan (He Qi Barat), Vimala (He Qi Selatan)
 
 

foto
Pada bulan 7 (lunar) ini insan Tzu Chi giat mensosialisasikan dan meluruskan beberapa pandangan yang kurang benar, terutama dalam tata cara sembahyang, seperti memberikan hewan kurban untuk doa persembahan dan membakar uang kertas untuk para arwah leluhur.

Sharing Peserta
Selain menonton ceramah-ceramah Master Cheng Yen, Like Hermansyah, Lynda Suparto, dan Tan Soei Tjoe, tiga orang relawan komite Tzu Chi membagikan pengalaman unik mereka dalam berikrar vegetarian dan perubahan yang dirasakan dalam kehidupan mereka setelah bervegetarian. Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, bahkan di awal mereka bergabung dengan Tzu Chi, mereka masih belum bisa bervegetarian. Namun, berkat pelatihan diri yang dijalankan di Tzu Chi, mereka mencanangkan ikrar yang telah mengubah hidup mereka.

Like Shijie mengatakan, dulunya ia adalah orang yang sangat doyan makan. Ia bersedia pergi ke luar kota hanya untuk semangkuk bubur. Awalnya ketika diimbau oleh Lulu Shijie (relawan Tzu Chi lainnya) untuk bervegetarian, ia merasa bahwa itu adalah hal yang mustahil. “Nanti di kehidupan yang mendatang saja!” begitu kilahnya. Namun setelah mendalami Dharma dan mengikuti Master Cheng Yen, ia memanjatkan sebuah ikrar yang luhur, “Saya mau bervegetarian dalam setiap kehidupan (di kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang).”

Lynda Shijie adalah seorang ibu yang jago memasak. Selain berperan menjadi istri dan ibu dari empat orang anaknya, ia juga mesti mengurus bisnisnya dan mengelola staf. Sekarang, dengan perannya sebagai ketua He Qi Timur, ia bertambah sibuk lagi. Meski demikian, ia berprinsip bahwa bekerja Tzu Chi tidak boleh sampai membiarkan pekerjaan kantornya terbengkalai, oleh sebab itu, ia bersedia mengorbankan waktunya untuk berbelanja dan bersenang-senang demi memastikan bahwa pekerjaan Tzu Chi dan pekerjaan kantor sama-sama bisa dijalankan dengan baik. Selain itu, dengan pemahaman yang benar, ia berhasil mengajak keluarganya untuk mengubah kebiasaan mempersembahkan daging hewan kepada arwah leluhur. “Dahulu popo(nenek) saya waktu hidup adalah orang yang baik, kenapa waktu sudah meninggal, kita harussha sheng (membunuh) dan menambah dosa dia yang sudah tiada? Akhirnya keluarga saya mengerti dan sekarang kalau paipai (penghormatan) sudah tidak pakai daging lagi.”

foto  foto

Keterangan :

  • Banyak perubahan yang dialami oleh para relawan komite Tzu Chi ini, diantaranya adalah menjadi lebih sabar, bervegetarian, dan tidak lagi bersembahyang dengan membakar uang kertas dan persembahan berupa hewan (kiri).
  • Para relawan dan tamu undangan yang hadir dalam acara Bulan 7 Penuh Berkah ini juga dapat memberikan isi celengan bambu mereka untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Dari kepingan-kepingan logam (kanan).

Lain lagi dengan Like dan Lynda Shijie, Tan Soei Tjoe Shijie dulunya adalah orang yang jago menenggak minuman keras. Demi kepentingan bisnis, ia bisa menemani suaminya lima hari dalam seminggu untuk karaoke dan pergi ke klub malam, semua ini dilakukannya demi keluarga. Tidak hanya itu, ketika bergabung dengan Tzu Chi, ia masih belum bisa bervegetarian, bahkan ia pernah memakan daging harimau, rusa, bahkan kalajengking. “Saya merasa perut saya bagaikan kuburan,” kenangnya. Namun setelah bergabung lama di Tzu Chi dan mendapat pengetahuan tentang bervegetarian, rasa welas asih terhadap semua makhluk tumbuh di hatinya dan ia menjadi seorang vegetarian. “Bahkan kalau di rumah ada lalat sekali pun, tidak saya bunuh, melainkan saya usir keluar,” ujarnya. Menurutnya, bervegetarian menjadi pintu gerbang tumbuhnya rasa welas asih dalam diri. Begitu pula jika saat ia menaiki mobil dan menemukan nyamuk di dalam mobilnya, dengan bahasa yang lembut ia mencoba mengusir nyamuk itu, dan uniknya itu selalu berhasil. “Saya yakin kalau kita penuh welas asih, hewan pun akan dapat merasakannya,” tandasnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta dengan khusyuk dan khidmat melakukan persembahan. Bulan 7 dalam pandangan sebagian masyarakat Tionghoa dianggap sebagai Bulan Sial (kurang baik), tetapi sebenarnya merupakan satu kesempatan untuk menciptakan berkah bagi banyak orang (kiri).
  • Acara bertajuk “Doa Bersama Bulan Tujuh Lunar Penuh Berkah” ini diselenggarakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di Aula Jingsi, Pantai Indah Kapuk, bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk berdoa bagi keselamatan dunia, sekaligus memberi masyarakat pengertian benar mengenai bulan tujuh lunar yang sering disalahpahami sebagai bulan setan (kanan).

Jalinan Jodoh Membawa Pengetahuan Benar
Setelah mendengarkan sharing dan memanjatkan doa di hadapan rupang Buddha, relawan mengajak hadirin untuk makan siang bersama di ruang makan, secara langsung mempraktikkan gaya makan vegetarian. Meski peserta sangat banyak, tapi relawan telah mempersiapkan sedemikian rupa sehingga setiap peserta dapat menikmati hidangan dengan rapi. Relawan juga dengan sigap melayani setiap peserta agar merasa nyaman bagai di rumah sendiri.

Jodoh baik telah terjalin, pengetahuan benar telah disampaikan. Semoga dengan persamuhan Dharma ini, masyarakat tidak lagi memiliki pandangan yang keliru terhadap bulan tujuh lunar, serta semakin giat berjalan di jalan Bodhisatwa dengan berbakti kepada kedua orang tua, bervegetarian dan berbuat kebajikan, serta tentunya menyakini bahwa setiap hari adalah hari baik.

Selesai

 

 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan di Vihara Hemadhiro Mettavati

Baksos Kesehatan di Vihara Hemadhiro Mettavati

05 Juni 2024

Cinta kasih bukan hanya di dalam hati, namun harus dipraktikkan. Seperti yang dilakukan para relawan di komunitas He Qi Muara Karang dan He Qi PIK yang menggelar baksos pengobatan gigi di Vihara Hemadhiro Mettavati, Sabtu, 1 Juni 2024.

Semangat Menimba Ilmu di Kelas Budi Pekerti

Semangat Menimba Ilmu di Kelas Budi Pekerti

31 Agustus 2016

Setiap orang tua menginginkan anaknya bertingkah laku dan berbudi pekerti yang baik. Pun juga para orang tua dari murid kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Pada Minggu, 21 Agustus 2016, kelas budi pekerti kembali digelar.

Kebahagiaan Terpancar Diraut Wajah Warga Tanjung Priok

Kebahagiaan Terpancar Diraut Wajah Warga Tanjung Priok

28 April 2017

Senin, 24 April 2017 warga Tanjung Priok sangat bersemangat mengantri dimulainya pembagian beras cinta kasih di halaman Gereja St. Fransiskus Xaverius, Tanjung Priok. Kegiatan ini merupakan kerjasama dari pihak gereja dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Sebanyak 1.193 paket beras cinta kasih dibagikan kepada  warga Tanjung Priok dan sekitarnya.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -