Jangan Lupakan Tahun itu, Orang yang Ada Saat Itu, Dan Tekad Saat Itu
Jurnalis : Henny Yohannes (He Qi Utara 2), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara 1)Semua komite yang baru dilantik berbaris dan memasuki ruangan dengan bergandengan tangan. Tampak jelas aura di panggung Jiang Jing Tang, lt. 4 Aula Jing Si, Pantai Indah kapuk berubah menjadi aura kebahagian.
November 2019, sebanyak 117 relawan Tzu Chi Indonesia telah dilantik oleh Master Cheng Yen untuk menjadi komite di Tzu Chi Taiwan, 55 di antaranya merupakan relawan yang berasal dari Jakarta. Mereka memiliki latar belakang profesi yang berbeda-beda dan juga aktif di berbagai misi yang ada di Tzu chi.
“Gan en kepada relawan, gan en kepada komite yang baru dilantik, marilah kita mengundang komite kita dan mendengarkan sharing mereka,” ucap Aina, salah satu pembawa acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019 yang diadakan Minggu, 12 Januari 2020 lalu.
Mendengar aba-aba dari pembawa acara, semua komite yang baru dilantik segera berbaris dan memasuki ruangan dengan bergandengan tangan. Tampak jelas aura di panggung Jiang Jing Tang, lt. 4 Aula Jing Si, Pantai Indah kapuk berubah menjadi aura kebahagian. Senyuman bahagia dari para komite yang baru dilantik merebak di sana. Kemudian beberapa relawan memberikan sharing perjalanannya tentang bagaimana menjadi murid Master Cheng Yen.
Bisa Melayanai Adalah Lebih Beruntung Daripada Dilayani
Tahun 2019 merupakan tahun yang paling
bahagia bagi Anita Drajat, karena tahun itu ia telah dilantik langsung oleh Master
Cheng Yen dan menjadi muridnya. Anita merasa bersyukur dan beruntung atas
jalinan jodohnya dengan Sinar Mas dan Franky O Widjaja. Sejak menjadi karyawan
Sinar Mas, sejak itu pula ia mulai mengenal Tzu Chi.
Ketika mengenal Tzu Chi, Anita tergerak untuk berkegiatan sosial dan dapat melihat langsung penderiataan mereka yang kurang beruntung di pelosok indonesia. Hal inilah yang membuatnya selalu mengingat untuk terus bersyukur dan merefleksi dirinya untuk tidak merendahkan atau mengecilkan orang lain karena kita tidak tahu perjuangan ataupun kehidupan yang mereka jalani.
Anita merasa bersyukur dan beruntung atas jalinan jodohnya dengan Sinar Mas dan Franky O Widjaja. Sejak menjadi karyawan Sinar Mas, sejak itu pula ia mulai mengenal Tzu Chi.
Saat Anita melihat relawan lain yang berada di pelosok sangat bersemangat sekali saat melakukan kegiatan, ia pun ingin lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan. Seperti ketika ikut dalam Baksos di Papua. Lokasi yang sangat jauh tidak pernah membuat semangat relawan punah. Padahal dari Bandara Sentani ke kantor Xie Li di sana saja memakan waktu 5 hingga 6 jam. Setelah itu mereka masih harus naik mobil selama 30 menit dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki selama hampir 3 jam, baru bisa sampai ke penerima bantuan.
Melihat para relawan yang tidak merasa lelah, dan sebaliknya malah mengisi waktu sepanjang jalan dengan bersenda gurau, Anita merasakan bahwa relawan Tzu Chi Sinar Mas mempunyai potensi yang tak terhingga. Dirinya pun termotivasi untuk lebih memanfaaatkan waktu dan kesempatan yang diberikan saat ini sehingga ia ingin lebih giat dan rajin.
“Sekali dayung dua tiga pulau terlampui. Ketika saya bekerja, saya juga melakukan kebajikan. Ketika saya melakukan kegiatan atau kebajikan tersebut, tidak hanya yang menerima bantuan saja yang senang, saya pun juga ikut senang melihat senyuman mereka, dan juga saya merasa bersyukurm” tutur Anita.
Bagi Anita, melayani orang lain rasanya lebih beruntung daripada dilayani orang lain. Dan ia merasa beruntung berlipat-lipat ganda karena jalinan jodohnya dengan Sinar Mas, membuatnya bisa bekerja dan sekaligus berkegiatan sosial. “Juga saya jadi lebih mengenal Tzu Chi dan menjalankan Dharma master. Saya merasa beruntung bisa melayani orang lain bersama relawan-relawan Sinar Mas,” tegasnya.
Berjanji Kepada Master
Jalinan jodoh dr. Yassavati Kurnia dimulai
sejak ia terdiagnosa kanker kulit pada tahun 2008. Ketika tengah melakukan
pengobatan dan kemoterapi, ia rajin menonton program-program ceramah Master
Cheng Yen di DAAI TV, Sanubari Teduh
atau pun Lentera Kehidupan. Hal itu
menguatkan dr. Yassavati, ternyata apa yang diajarkan oleh Master betul.
Jalinan jodoh dr. Yassavati Kurnia dimulai sejak ia terdiagnosa kanker kulit pada tahun 2008. Ketika dilantik menjadi komite November 2019 lalu, dr. Yassawati merasakan kebahagiaan tak terkira.
“Hidup ini singkat. Dari lahir, tua, sakit dan meninggal. Jadi saya betul-betul terbantu sekali dengan tayangan-tayangan itu,” ungkapnya.
Dalam masa itu pula, dr. Yassavati bertemu dengan seorang muridnya, yaitu dr. Deasy Thio yang akhirnya mengajaknya ikut berkegiatan Tzu Chi. Dari sana dr. Yassavati mengenal dan mulai ikut melakukan kunjungan kasih dan sebagainya hingga menjadi anggota TIMA Indonesia.
Ketika dilantik menjadi komite November 2019 lalu, dr. Yassawati merasakan kebahagiaan tak terkira hingga seperti terbang entah kemana. “Pada saat itu, saya ingat kata Master: genggamlah saat ini. Karena itu saya berjanji di depan Master, sisa kehidupan saya saat ini adalah bonus. Jadi akan saya gunakan untuk mengembangkan apapun yang ada di Tzu Chi dan saya akan mengikuti jejak master,” papar dr. Yassawati penuh keyakinan.
Atmosfer Cinta kasih yang Sangat Kuat
Tahun 2000, dr. Tonny Christianto, Ms Sp.
B.,MM mengenal Tzu Chi dari dr Hengky karena Baksos Tzu Chi di Karawaci. Saat
itulah ia merasa terkesan dan perbedaan baksos Tzu Chi dengan baksos-baksos
yang pernah ia ikuti.
“Biasa kita bekerja, setelah selesai bertugas ya sudah. Tetapi di sini saya merasakan ada atmosfer cinta kasih yang sangat kuat. Karena kita bekerja bersama relawan, mereka menyiapkan dari menjemput pasien dari tempat tinggalnya, mengantar pasien, lalu diurus kebutuhannya di tempat baksos padahal mereka mereka tidak punya hubungan apa-apa dengan pasien itu dan tapi berusaha untuk mengobatin pasien, di sini saya merasakan ada satu hati, satu misi bersama di situ,” tuturnya.
Tidak hanya itu para relawan juga mengurus kebutuhan para dokter, dari makan, minum dijaga, “Dan kadang-kadang kalau kami terlihat capek, dipijitin juga. Hal ini tidak ada di tempat lain,” tambahnya.
Tzu Chi membuat dr. Tonny merasa bertemu sebuah keluarga yang saling mengasihi, saling mendukung satu sama lainnya, dan juga merasa saling diperhatikan. Itu membuatnya merasa sukacita saat bekerja ataupun membantu orang lain.
Tzu Chi membuatnya merasa bertemu sebuah keluarga yang saling mengasihi, saling mendukung satu sama lainnya, dan juga merasa saling diperhatikan. Itu membuatnya merasa sukacita saat bekerja ataupun membantu orang lain.
Walaupun kala itu sehari bisa melakukan operasi untuk 20-30 orang pasien, dr. Tonny merasa tidak masalah karena ia melakukannya dengan penuh sukacita. Dan sejak bekerja di Tzu Chi, keluarganya pun merasakan perubahan pada kepala keluarga mereka itu. “Ayah kelihatan lebih happy daripada dulu,” ucanya menirukan perkataan sang anak.
Dokter Tonny menuturkan bahwa sejak kecil ia sudah akrab dengan ajaran untuk mengasihi orang lain. Hal itu sangat senada dengan Tzu Chi. Bahkan terasa semakin dikuatkan untuk saling menyebarkan cinta kasih.
“Seperti kita harus membungkukkan badan saat kita memberi. Artinya bersyukur sekaligus berterima kasih karena ia telah memberi kita kesempatan untuk berbuat baik. Nah hal ini tidak ada di tempat lain, berterima kasih kepada orang yang kita beri,” kata dr. Tonny.
Dulu menjadi orang yang bisa memberi merupakan kebanggan besar bagi dr. Tonny, tapi kini apabila memberi dengan ketulusan, maka kebanggaan itu akan muncul ketika kita mau berterima kasih. “Ini bedanya memberi di Tzu Chi, kasih di Tzu Chi. Tidak hanya memberi kasih kepada orang, tapi kita juga berterima kasih pada orang itu,” tuturnya.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Menggenggam Jalinan Jodoh dengan Para Penerima Bantuan
16 Desember 2019Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi mengadakan kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2019 bagi penerima bantuan Tzu Chi Minggu, 8 Desember 2019. Kegiatan dihadiri sekitar 30 orang penerima bantuan beserta keluarga yang mendampinginya.
Keluarga-Keluarga Bahagia di Tzu Chi
15 Januari 2020Sharing pengalaman dan kesan mendalam yang dirasakan beberapa pasangan relawan di acara Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019. Semenjak bergabung menjadi satu keluarga dalam Tzu Chi, mereka mengalami banyak perubahan yang baik dan mendalam.
Jangan Lupakan Tahun itu, Orang yang Ada Saat Itu, Dan Tekad Saat Itu
15 Januari 2020November 2019, sebanyak 117 relawan Tzu Chi Indonesia telah dilantik oleh Master Cheng Yen untuk menjadi komite di Tzu Chi Taiwan, 55 di antaranya merupakan relawan yang berasal dari Jakarta. Beberapa dari mereka membagikan kisahnya di Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019.